Mohon tunggu...
Chandra Putra Wijaya
Chandra Putra Wijaya Mohon Tunggu... Model - ini profil

Deskripsi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Dunia tanpa Penglihatan

2 Agustus 2017   10:43 Diperbarui: 2 Agustus 2017   11:02 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pic from http://sf.co.ua

Sebuah dunia dimana kebutaan itu alami. Dan hanya sebagian kecil dari kita yang bisa melihat bagaimana rupa orang lain.

Cukup sulit untuk membayangkan, bukan? Kita sangat bergantung pada mata kita. Sebenarnya, penglihatan bisa mencapai 80% informasi yang kami terima dari dunia luar. Dan untuk segera merampoknya dan bekerja dengan 20% lainnya adalah pemikiran yang sangat menakutkan.

Bayangkan jika kita dilahirkan tanpa mata.

Anda terbangun dari tidur Anda dan aroma pagi menyerempet hidung Anda. Namun kegelapan tidak terangkat. Dunia terang seperti dulu. Anda meraba-raba kegelapan dengan kedua tangan Anda disodorkan ke depan, mencari pakaian di dalam lemari pakaian Anda.

Anda akan mengunakan tangan Anda meraba kulkas Anda untuk mencari telur; Meraba lemari untuk mencari sekantong kopi; Meraba lemari lain untuk penggorengan; Dan melalui kitchen set meraba-raba tombol gas sebelum membelok ke kanan mendengar suara terkekeh dan merasa lega saat Anda merasakan kehangatan dan sekaligus mencium aroma gas yang menggelitik hidung Anda.

Sangat sulit untuk hidup tanpa penglihatan.

Rasa penglihatan telah menjadi sangat penting bagi kita sehingga kita sering lupa untuk berkonsultasi dengan indra kita yang lain. Kita menjadi sangat terobsesi dengan keindahan diri kita sendiri: membeli barang-barang yang tidak perlu supaya bisa membaur dengan orang-orang yang bahkan tidak kita sukai, membuat wajah kita terpotong agar sesuai dengan bentuk masyarakat yang menurutinya indah.

Kapan terakhir kali Anda benar-benar mengobrol dengan seseorang yang penting bagi Anda?

Kapan terakhir kali Anda melakukan sesuatu untuk pertama kalinya?

Kapan terakhir kali kamu membaca buku?

Kapan terakhir kali kamu membuat seseorang tertawa?

Kapan terakhir kali Anda mendengarkan ucapan seseorang dengan sepenuh hati?

Kapan terakhir kali kamu pergi jalan-jalan?

Kita melakukan begitu banyak kecantikan fisik sehingga kita lupa bahwa bagian dalam kita sama. Kita harus belajar bagaimana mencintai dengan mata tertutup, jadi kita bisa menghargai berkat mencintai dengan mata terbuka.

Bayangkan sebuah dunia tanpa penglihatan.

Jika seluruh dunia buta,

Berapa banyak orang yang akan Anda impikan?

Berapa banyak yang akan jatuh cinta padamu?

Berapa banyak nyawa yang akan Anda sentuh?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun