Pendekatan yang dimaksud terdiri dari analisa fundamental dan analisa teknis, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Fundamental analysis involves the use of economic data (e.g., Production, consumption, disposable income) to forecast prices, whereas technical analysis is based primarily (and often solely) on the study of patterns in the price data itself (Jack D, Schwager and Mark Etzkorn, 2017). Kedua pendekatan tersebut dapat digunakan untuk membantu dalam mengambil putusan di pasar modal yang efisien. Perbedaannya, analisa fundamental menggunakan laporan keuangan dengan menghitung rasionya. Sedangkan analisa teknis akan menggunakan chart.
Adapun analisa fundamental menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk menentukan nilai saham berdasarkan potensi dalam meraih keuntungan. Analisa fundamental menggunakan prediksi berdasarkan keadaan ekonomi yang terfokus pada industri tertentu. Diharapkan, teori yang digunakan tersebut akan mendorong investor melakukan penjualan dan pembelian saham. Investor dapat membedakan saham yang harus dibeli (Esm Faeber, 2008). Namun investor yang menggunakan laporan keuangan, informasinya belum tentu mengungkapkan harga saham di pasar modal.
Penggunaan software baku di dalam analisa teknis akan menghapus perbedaan asumsi yang dapat mempengaruhi pergerakan saham. Para investor mendapatkan keuntungan dalam satu waktu, karena manajer investasi melakukan transaksi saham menggunakan seluruh uang investor. Manajer investasi dapat melihat perbedaan nilai saham dari informasi masa lalu yang dapat diolah dan digunakan untuk melakukan transaksi. Mereka mengambil keputusan untuk melakukan jual beli saham melalui kecenderungan chart.Â
Tentunya perbedaan nilai saham masa lalu menjadi pijakan untuk memprediksi nilai saham di masa depan. Perbedaan nilai di dalam waktu yang berbeda akan menunjukkan kecenderungannya. Kecenderungan yang memprediksi nilai sahamnya dari satu waktu ke waktu yang lain.
Untuk mengambil keuntungan, investor perlu memperhatikan pergerakan nilai saham dengan mengikuti kecenderungan perkembangan nilai saham dari masa lalu ke saat ini. Informasi masa lalu dapat memberikan prediksi arah kenaikan atau penurunan nilai sahamnya. Dari hal tersebut, investor dapat membeli saham ketika nilai saham akan naik dan menjualnya ketika nilai saham akan turun.
Random Walk Theory Membuat Pasar Modal Bergejolak
Dalam random walk theory, perubahan nilai saham tidak memiliki pijakan dan tidak dapat diprediksi. Pergerakan nilai saham memiliki distribusi kenaikan atau penurunan yang sama terhadap setiap saham.
Oleh karenanya, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk melihat perbedaan nilai saham (Burton G. Malkiel, 2015).Â
Peristiwa yang terjadi di pasar modal tidak terkait dengan emosi subjektif. Keadaan yang demikian akan menyulitkan investor untuk memprediksi arah nilai saham di pasar modal. Semua peristiwanya menjadi berdiri sendiri. Nilai saham di pasar modal sulit diduga, apabila investor ingin melakukan transaksi. Yang sesungguhnya terjadi, keterikatan emosi yang akan mempersatukan arah gerak dari nilai saham. Arahnya akan memiliki pattern tersendiri yang dapat diprediksi.
Adapun random walk theory hanya dapat digunakan bagi pasar modal yang efisien. Investor hanya menutup mata dan memilih saham secara acak dalam mendapatkan keuntungan. Apabila tidak demikian, maka peristiwa transaksi bukanlah peristiwa acak. Peristiwanya akan terjadi seperti semut beriringan menuju tempat yang terdapat gula.Â
Isu yang beredar akan membuat investor berlomba-lomba merespons terhadap informasi yang didapatnya. Isu memang menjadi perekat yang sangat ampuh. Isu dalam pasar modal bukanlah sesuatu yang buruk, asalkan didukung dengan transaksi saham yang cepat. Alas teori yang memadai sebagai pertanggungjawabannya tidak lagi dibutuhkan. Investor justru melakukan tindakan yang emosional karena waktunya terlalu singkat.