Dalam hal ini, akan timbul rasa di mana manusia takut akan ketinggalan informasi atau bisa disebut juga dengan takut untuk tidak bisa menjadi "eksis" karena tidak mengikuti sebuah informasi, meski informasi itu bukanlah hal yang penting untuk segera diketahui. Hal tersebut akan membentuk sebuah keadaan yang dapat mengakibatkan manusia kurang mampu dalam mengendalikan diri sehingga dihanyutkan oleh informasi yang ia cari.Â
Di samping itu, lingkungan yang terbentuk di media sosial akan mengarahkan manusia untuk terus mencari informasi dengan imbalan sebuah kata, yaitu "eksistensi".Â
Eksistensi yang tercipta atas keriuhan medIa sosial tidak tercipta begitu saja. Meski diikat oleh kebutuhan informasi yang sama dan munculnya sebuah interaksi yang intens kemudian menimbulkan sebuah ikatan.
Ikatan di sini memunculkan sebuah komunitas. Komunitas di sini diisi oleh manusia yang menggunakan media sosial sebagai dunia keduanya. Lantas, hal tersebut membentuk sebuah konsep baru yang dinamakan sebagai "netizenship".Â
Saya beranggapan bahwa konsep netizen ini merupakan saudara muda dari dua tipe ikatan sosial yang diperkenalkan oleh sosiolog Jerman, bernama Ferdinand Tonnies. Beliau membagi ikatan sosial menjadi dua, antara lain: Gemeinschaft atau paguyuban dan Gesellschaft atau Patembayan. Mari mengulas hal tersebut dengan lebih dalam.
Saudara Muda dari Paguyuban dan Patembayan Bernama Netizen
Jika selama ini, pengetahuan umum terkait dengan pembagian dua tipe ikatan sosial masyarakat yang bernama paguyuban dan patembayan sudah ramai diketahui oleh hampir seluruh manusia. Karena pengetahuan ini diajarkan di seluruh instansi pendidikan secara terus menerus.Â
Namun, bagaimana dengan konsep ikatan masyarakat yang baru bernama netizen ini?Â
Saya percaya bahwa konsep netizen ini merupakan sebuah penggabungan dari beberapa poin yang terdapat dalam konsep paguyuban dan patembayan. Mengapa demikian?
Mari kita uraikan secara singkat apa itu paguyuban dan patembayan terlebih dahulu, sebelum membahas terkait dengan konsep netizen ini. Paguyuban merupakan bentuk kehidupan masyarakat yang bersifat mengikat.Â
Munculnya sifat mengikat di sini dikarenakan adanya hubungan batin yang murni, alami dan kekal. Paguyuban lahir akibat adanya rasa solidaritas dan identitas yang sama berdasarkan atas kesamaan dalam keinginan dan tindakan.Â
Lalu, untuk patembayan itu sendiri muncul akibat adanya bentuk kehidupan masyarakat yang bersifat sementara dan terbentuk karena memiliki pemikiran yang sama. Pemikiran yang sama di sini dapat diartikan sebagai kehendak rasional dalam memenuhi kepentingan pribadi.