Mohon tunggu...
Chandra FahrisSandimas
Chandra FahrisSandimas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi S1 Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang

Saya memiliki ketertarikan menulis pada bidang sejarah peninggalan megalitik, sosial budaya, dan sejarah kolonial.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Kerukunan di Desa Bernuansa Islam

7 Maret 2023   09:02 Diperbarui: 7 Maret 2023   09:08 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tak akan ada kampung sebersih ini di atas gunung kalau tak ada kerukunan di antara para penghuni." Sebuah kutipan dari seorang novelis ternama, Pramudya Ananta Toer yang seakan-akan diadaptasi masyarakat Desa Sudimoro. Ibarat menjadi sebuah tonggak awal untuk menjaga keutuhan persatuan umat islam dengan berbagai kemajemukan seperti latar belakang, suku dan asalnya. Itulah kehidupan sehari-hari masyarakat Sudimoro.

Dilakukan setiap satu bulan dua kali, setiap hari sabtu minggu kedua oleh warga Sudimoro RW 1 berkumpul di sepanjang jalan menuju TPU Sudimoro melaksanakan gugur gunung membersihkan pinggir jalan, selokan, beserta gorong-gorong. Penuh dengan sampah dedaunan, ranting pepohonan, dan rumput liar yang bersebaran.

Menurut penuturan Pak Juwadi selaku ketua RW 01, warga yang ikut kegiatan ini akan diwajibkan membawa alat berupa arit atau cangkul. Kegiatan ini akan bertepatan dengan tradisi nyadran kecil, untuk mengunjungi makam para sanak saudara, membersihkannya, dan memberi berbagai macam bunga yang dibeli di samping gang masuk TPU.

Kearifan lokal guna memupuk rasa persatuan umat islam di Desa Sudimoro, telah mengedepankan aspek gotong-royong pada kegiatan gugur gunung dalam rangka pembersihan akses TPU dari macam-macam sampah yang disebutkan diatas. Kegiatan gugur gunung didahului dengan doa bersama yang dipimpin oleh bapak ketua RW, Bapak Juwadi sebagai permulaan pelaksanaan kegiatan.

Pembersihan dilakukan dari awal masuk gang atau dari jalan raya menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) yaitu pada setiap sisi kanan maupun kiri jalan, bahu jalan, dan saluran got disampingnya. Rumput-rumput liar yang ada akan dibersihkan menggunakan arit, sedangkan untuk meratakan tanah kembali dan membersihkan selokan maka digunakanlah cangkul. Masing-masing warga telah mengetahui apabila bagian dirinya selesai, maka mereka akan pindah menuju arah gang yang lebih dalam atau mendekati Tempat Pemakaman Umum.

Sebuah sikap gotong-royong tampak nyata di tengah-tengah masyarakat Desa Sudimoro yang kental akan nuansa Islam karena hampir 100% penduduk memeluk agama Islam. Namun menyimpan beragam latar belakang suku, serta asal daerah. Hal ini terjadi akibat perpindahan penduduk menuju daerah rural urban fringe, yaitu batas desa-kota yang menyambung daerah rural yang lebih terluar.

Suasana Kegiatan Gugur Gunung Desa Sudimoro, dok. pribadi
Suasana Kegiatan Gugur Gunung Desa Sudimoro, dok. pribadi

Peran wanita ikut terlibat dalam pelaksanaan gugur gunung dengan menyiapkan minuman teh dan kopi pada wadah ceret plastik serta menyediakan makanan ringan berupa gorengan sebagai konsumsi bagi para laki-laki yang ikut gugur gunung. Anak-anak juga diajak untuk mengenal kebiasaan warga Sudimoro. Local genius dibentuk untuk membedakan peran keikutsertaan berdasarkan gender agar adil di disetiap lini masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun