Mohon tunggu...
chandradimukasuharno
chandradimukasuharno Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Hukum dan keadilan untuk masyarakat, bangsa dan negara.

Hukum berkepentingan untuk masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Reinterpretasi Konsep Kepemimpinan Dalam Etika Politik Islam : Membangun Model Kepemimpinan Yang Berkeadilan Dan Berwawasan Kemanusiaan

22 Desember 2024   06:36 Diperbarui: 22 Desember 2024   06:36 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adapun calon imam yang layak dipilih, lanjut al-Mawardi, harus memenuhi syarat-syarat berikut ini: 1) sikap adil (al-'adlah) dengan segala persyaratannya; 2) memiliki pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk mengambil ijtihad atau keputusan dalam mengahadapi problematika negara; 3) sehat pendengaran, penglihatan dan lisannya; 4) utuh anggota-anggota badannya; 5) mempunyai kebijaksanaan (al-ra'y al-mufdli) dalam mengatur kehidupan rakyat dan kepentingan umum; 6) mempunyai keberanian untuk memerangi musuh; 7) berketurunan suku Quraisy.

Batasan dan Ruang Lingkup Etika Politik

Untuk mengetahui lebih jelas tentang definisi etika politik, ada baiknya jika kita jelaskan dahulu, apa itu etika dan apa itu politik.

Istilah etika, berasal dari bahasa Yunani kuno. Dalam bentuk tunggal, kata Yunani ethos mempunyai banyak arti, yakni : tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Arti terakhir inilah, yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah 'etika', yang oleh Aristoteles (384-322 SM) -- filosof besar Yunani -- sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Dari arti etimologis etika di atas, maka etika dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Adapun kata yang dekat maknanya dengan etika adalah 'moral'. Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak : mores), yang dapat berarti kebiasaan atau adat. Sehingga kedua kata tersebut, secara etimologis, mempunyai arti yang sama, yakni adat kebiasaan. Hanya saja, asal usul kedua kata tersebut berbeda. Kata etika berasal dari bahasa Yunani, sedang kata moral berasal dari bahasa Latin.

Sedangkan secara terminologis -- sebagaimana diungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia -- kata etika dapat dibedakan menjadi tiga arti, yaitu : 1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan dan masyarakat.

Sedangkan etika, biasanya dipahami sebagai refleksi filosofis tentang moral. Etika lebih merupakan wacana normatif, tetapi tidak selalu imperatif, karena juga bisa hipotesis, yang membicarakan pertentangan antara yang baik dan yang buruk, yang dianggap sebagai nilai relatif. Etika ingin menjawab pertanyaan "bagaimana hidup yang baik?". Sehingga etika lebih dipandang sebagai seni hidup yang mengarah kepada kebahagiaan dan puncaknya adalah kebijakan.[15]

Selanjutnya, istilah politik biasa menunjukkan pada masyarakat secara keseluruhan. Sebuah keputusan dianggap bersifat politis, apabila keputusan tersebut diambil dengan memperhatikan kepentingan masyarakat keseluruhan. Suatu tindakan disebut politis, apabila menyangkut masyarakat secara keseluruhan. Politisi adalah seseorang yang mempunyai profesi mengenai masyarakat sebagai keseluruhan.

Sedangkan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, kata politik diartikan sebagai berikut ; 1) (ilmu) pengetahuan tentang ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti sistem pemerintah, dasardasar pemerintah); 2) segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain; dalam dan luar negeri. Kedua negara itu bekerja sama di bidang ekonomi dan kebudayaan, partai atau organisasi; 3) kebijakan; cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani masalah).

Sifat Pemimpin Yang Adil Dalam Islam

Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang sehingga ia memperoleh rasa hormat (respect), pengakuan (recognition), kepercayaan (trust), ketaatan (obedience), dan kesetiaan (loyalty) untuk memimpin kelompoknya dalam kehidupan bersama menuju citacita. Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di antara mereka "mengajak" teman-temannya untuk melakukan sesuatu seperti: nonton film, bermain sepek bola, dan lain-lain, orang tersebut telah melakukan "kegiatan memimpin", karena ada unsur "mengajak" dan mengkoordinasi, ada teman dan ada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun