Alam yang indah dan asri semulanya menjadi andalan dan keutamaan dalam pengembangan wisata alam (nature tourism), sehingga banyak orang berharap bahwa dengan mengembangkan kesenangan terhadap alam dalam banyak kegiatan rekreasi/wisata alam akan membantu melestarikan alam ataupun hutan yang ada. Â Fenomena itu segera saja diambil oleh pemerintahan dengan membangun Kementrian Pariwisata atau Kepariwisataan Alam dengan tujuan untuk membantu mengamankan dan mengelola alam untuk tujuan-tujuan tersebut, bahkan muncul istilah ecotourism yang mengharuskan para pengunjung alam tersebut untuk mempelajari ilmu dan membawa misi pendidikkan dalam setiap kegiatannya dalam rangka meminimalkan kerusakan lingkungan dan membantu pendidikan/penyadaran tahuan masyarakat setempat tentang perlindungan hutan dan alam secara keseluruhan. Â Lebih jauh lagi telah dikembangkan apa yang disebut dengan sustainable tourism yang berarti bahwa bukan saja kegiatan berkunjung kealam akan menjadi suatu kebiasaan yang perlu dipelihara, tetapi juga kelestarian alam dan hutan yang dikunjungi harus tetap terjaga dalam waktu yang lama.
Fakta bahwa hutan dan alam semakin rusak adalah kenyataan lain yang secara teoritis juga direspons oleh kegiatan/keilmuan rekreasi alam, yaitu adanya perkembangan kemungkinannya orang berkunjung ke alam yang sudah tidak lagi terjaga dengan baik, seperti hutan yang terdegradasi, sungai yang penuh dengan polusi, Â hutan yang tidak lagi alami atau alam yang sudah berubah serba buatan atau bahkan alam ghaib sekalipun. Â Wisata alam yang seperti ini mempunyai komunitas tersendiri untuk berkembang dan kemungkinan besar mereka adalah para peneliti yang biasa ke lapangan untuk penelitian ataupun pengamatan untuk kepentingan membuat tulisan seperti jurnalis yang mestinya memang lebih banyak menyampaikan fakta daripada ulasan yang bersifat teoritis. Â Dan memang tidak aneh kalau juga pemerintah membangun wisata buatan seperti sirkuit Mandalika ataupun menjadi tuan rumah untuk mengadakan pertandingan formula E di ibukota Jakarta yang akan ditinggalkan, karena para pembalap yang datang dan juga para penggemarnya itu pasti akan datang dan ikut berkunjung untuk menikmati alam Indonesia yang cantik dan rupawan. Â Itulah yang disebut dengan paket wisata, sekali berlayar dua tiga pulau terkunjungi dan memang aneh dan begitu flexible bidang ini bahwa semua hal akan dapat diterima sebagai satu aktifitas rekreasi yang menyehatkan. Â Bukankah titik nol IKN yang baru di Penajam Kalimantan Timur sudah dikunjungi orang dalam masa liburan/hari besar kemarin untuk berwisata alam ? Â Banyak desa sekarang ini sudah berbenah diri dan mengklaim diri sebagai desa/kampung wisata yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan untuk melihat berbagai aksi wisata seperti budaya, seni, kebersihan sampai kuliner dan keramah tamahan penduduknya.
Di era sekarang ini bukan hanya teknologi yang menjadi industri, tapi juga wisata alam sudah harus masuk dalam bagian industri tersebut dan sudah mengglobal menembus dinding-dinding pemisah dalam banyak kehidupan.  Celakanya memang depopulasi penduduk dunia telah mulai dilakukan dengan sengaja, padahal luasnya bumi ciptaan Tuhan masih terlalu luas untuk dihuni  walau tidak untuk selamanya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H