Lima dekade lebih sudah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berdiri. Gerakan dan perjuangan sahabat-sahabat PMII dalam memperjuangkan cita-cita PMII di bumi nusantara ini, hingga saat ini terus terjaga dan diestafetkan dari generasi ke generasi. Kota Pahlawan (Surabaya) sebagai saksi dimana semangat para pendiri PMII yang tak pernah luntur dari sejak 21 Syawal 1937 Hijriyah atau bertepatan dengan 17 April 1960, hingga saat ini masih tetap bergelora, dan akan terus terjaga dalam memperjuangkan cita-cita tujuan PMII didirikan.
“Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”
Menghadapi era global, dimana persaingan kualitas diri menjadi penentu utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, PMII harus dapat menyesuaikan diri agar tak tergerus oleh zaman. Tanpa harus meninggalkan budaya positif yang ada, PMII harus mulai melebarkan sayap dengan menciptakan budaya baru yang lebih progresif.
Persoalan kaderisasi selalu menjadi wacana yang tak pernah putus dalam setiap tingkatan struktural yang ada di PMII. Dari mulai tingkat yang terendah (Pengurus Rayon) hingga tingkat tertinggi (Pengurus Besar). Berbagai model pengkaderan terus diasah dan diperbarui guna meningkatkan kapasitas dan kapabilitas intelektulitas sahabat-sahabat PMII yang tetap berpegang teguh dalam bingkai Islam Ahlus-Sunnah wal Jama'ah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Budaya kajian atau diskusi dalam memperdalam keilmuan atau mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang senantiasa masih terjaga, harus tetap dijaga. Bahkan, harus lebih ditingkatkan. Begitupun, aksi demonstrasi untuk memperjuangkan atau menolak kebijakan pemerintah yang dirasa tidak sesuai menurut pandangan sahabat-sahabat PMII, harus tetap dilakukan. Sebab, perjuangan tanpa adanya pengorbanan adalah sebuah hal yang mustahil diwujudkan.
Namun, yang menjadi pertanyaan dan persoalan dalam diri penulis saat ini, dan mungkin menjadi pertanyaan dan persoalan yang juga ada pada diri sahabat-sahabat PMII, mengapa PMII tidak terjun langsung dari tingkatan strata sosial yang paling dekat dengan sahabat-sahabat PMII dan memperjuangkan persoalan yang nyata (rill) ada dihadapan sahabat-sahabat PMII?
Memperjuangkan dan mempertahankan cita-cita kemerdekaan Indonesia bukanlah hal yang mudah. Negara-negara yang memiliki kekuatan (power) yang lebih besar dari negara lainnya, tak terlepas dari kekuatan yang dimilikinya dalam politik dan perekonomian. Kekuatan dalam dua hal tersebut, menjadi modal utama dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Persoalan politik yang cenderung elitis dan kurang merakyat, tetap harus diperjuangkan. Namun, persoalan perekonomian menurut penulis adalah hal yang lebih penting dan lebih mudah dijangkau oleh sahabat-sahabat PMII untuk diperjuangkan.
Kesejahteraan yang belum merata di Indonesia, merupakan persoalan nyata yang dapat dilihat dengan “mata telanjang” dan tersaji di hadapan sahabat-sahabat PMII dimanapun berada. Dari Sabang-Merauke, masyarakat masih berkutat dalam mencari penghidupan yang layak setiap harinya.
Hal tersebut, sepatutnya dan sewajarnya menjadi lokus perjuangan sahabat-sahabat PMII. Sebab persoalan kesejahteraan dalam perekonomian masyarakat, nyata ada di sekitar tempat sahabat-sahabat PMII berada.
PMII Penggerak Kemandirian Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat
Menjadi penggerak, bukan hanya berdiskusi dan berdebat terkait apa yang harus dilakukan. Menjadi penggerak adalah bagaiman sahabat-sahabat PMII terjun langsung menjadi aktor utama.
Diskusi dan perdebatan di ruang-ruang belajar, terkait bagaimana meningkatkan perekonomian masyarakat serta mensejahterakannya, harus mulai diwujudkan oleh sahabat-sahabat PMII dengan menjadi aktornya. Hasil perdebatan yang terkadang menghabiskan waktu sehari-semalam dan terus berlanjut kembali hingga esok hari, harus mulai ditinggalkan.
Tak patut rasanya catatan-catatan dari ide-ide kreatifitas yang dihasilkan oleh sahabat-sahabat PMII hanya menumpuk di pojokan-pojokan kantor sekretariat. Mulai saat ini, ide-ide kreatif sahabat-sahabat PMII harus diwujudkan dengan sahabat-sahabat PMII menjadi aktor utamanya.
Pertanyaan yang akan muncul selanjutnya, usaha apa yang harus dilakukan oleh sahabat-sahabat PMII?
PMII telah memiliki modal utama yakni sumber daya manausia (kader-kader) yang tersebar dari Sabang-Merauke. Modal tersebutlah yang harus diberdayakan secara bersama-sama dalam sebuah gerakan masif dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi dan mensejahterakan masyarakat.
Terjun langsung menjadi pelaku bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan satu pilihan yang patut dicoba. Dengan mengandalkan industri kreatif yang ada di masing-masing daerah sebagai objek perekonomian.
Masing-masing daerah (Cabang PMII) tentu memiliki kekhasan tersendiri dalam industri kreatif. Hal tersebutlah yang harus ditonjolkan agar juga turut menjaga dan melestarikan berbagai hasil kreatifitas masing-masing daerah. Tidak hanya benda-benda seni atau barang, pertanian atau bahkan hingga makanan khas daerah bisa menjadi objek utama untuk menjadi pelaku UKM.
Kenapa UKM? Kebijakan pemerintah yang memberikan banyak kemudahan bagi para pelaku UKM menjadi pedorong yang harus diperhitungkan. PMII, tidak hanya mencetak kader yang berpribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab saja, namun juga mengamalkan ilmunya dengan menjadi aktor utamanya. Dalam hal ini, juga menjadi seorang usahawan dan pebisinis secara langsung.
Sebab, kesejahteraan merupakan salah satu pendorong bagi kemajuan bangsa. Bagaimana sahabat-sahabat PMII mau berkomitmen memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, jika sahabat-sahabat PMII dan masyarakat di sekitar sahabat-sahabat PMII berada tidak sejahtera? Maka dari itu, penting untuk sahabat-sahabat PMII selain mendampingi masyarakat, juga menjadi pelaku utama dalam memajukan kemandirian perekonomian di wilayah masing-masing.
Gerakan PMII ber-UKM, bisa menjadi terobosan baru dalam gerakan mahasiswa. Dimana mahasiswa tidak hanya berdiskusi dan berdebat dalam mencari solusi persoalan yang ada di masyarakat saja. Tetapi sahabat-sahabat PMII langsung menjadi aktor perubahan, melalui terjun dalam dunia usaha. Dengan terjun langsung menjadi pelaku, sahabat-sahabat PMII dapat secara langsung merasakan apa yang di rasakan oleh masyarakat.
Contoh sederhana yang bisa dilakukan, misalnya di daerah sahabat PMII banyak terdapat pengrajin batik. Sahabat PMII bisa terjun untuk menjadi penjual batik pada awalnya, hingga kemudian sahabat PMII bisa memproduksi batik sendiri. Selain memiliki keuntungan secara ekonomi, keuntungan dalam hal keterampilan pun bisa di dapatakan. Lebih luas lagi, sahabat PMII bisa membantu dalam menyelesaikan persoalan misalnya terkait bahan baku yang sering menjadi persoalan di kalangan masyarakat pelaku UKM.
Contoh lainnya, misalnya di daerah sekitar sahabat PMII merupakan penghasil buah-buahan, sahabat PMII bisa terjun langsung membantu petani buah baik dalam mengolah maupun memasarkan hasil pertanian/perkebunannya.
Jika sahabat PMII terjun langsung, sahabat PMII sedikit banyak akan mengidentifikasi persoalan yang sering menimpa para petani, diantaranya kehadiran para tengkulak yang selalu “mencekik” petani. Dengan modal intelektual dan jaringan yang dimiliki sahabat PMII, setidaknya sahabat PMII bisa membantu para petani tersebut untuk dapat menerima hasil yang layak sesuai dengan modal dan pengorbanan serta waktu yang dihabiskan untuk menghasilkan hasil pertanian/perkebunannya.
Menurut saya, hal sederhana tersebut merupakan persoalan nyata yang ada di hadapan sahabat-sahabat PMII. Meskipun, saya sangat yakin pasti sudah ada sahabat-sahabat PMII yang melakukan hal tersebut. Namun, dengan gerakan masif serta dikoordinir oleh cabang-cabang PMII secara langsung yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, gerakan PMII ber-UKM dapat menjadi gebrakan dan kerja nyata sumbangsih sahabat-sahabat PMII dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Melalui terjun langsung dalam upaya kemandirian perekonomian dan mensejahterakan masyarakat Indonesia.
Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H