Anies Baswedan memang salah satu jagoan dalam  Pilpres 2024. Bersama Ganjar dan Prabowo, Anies konsisten berada di tiga besar hasil survey manapun sejak tiga tahun terakhir. Kendala Anies cuma satu, ia tak punya partai. Untuk sosok yang dinilai sebagai antitesis istana, Anies dinilai kecil kemungkinannya untuk dapat tiket sebagai calon presiden 2024.Â
Senin, 3 Oktober 2022 di Nasdem Tower, Partai Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai calon presiden 2024. Deklarasi yang tadinya akan dilakukan pada tanggal 10 November dimajukan, menyusul isu kriminalisasi Anies oleh KPK terkait dengan Formula E. Lalu, apakah ini langkah tepat baginya?
1. Anies belum tentu bisa maju
Untuk maju sebagai calon presiden, sesorang harus dimajukan oleh partai / koalisi yang memenuhi standar 20%, sedangkan nasdem hanya memiliki 10% suara. Koalisi Nasdem pun agaknya terbatas, mengingat Gerindra sudah mantap mengusung Prabowo, dan 3 partai istana (PAN, PPP, dan Golkar) sudah berkoalisi dalam naungan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Yang tersisa untuk menjadi rekan koalisi Nasdem adalah Partai Demokrat dan PKS. Beberapa waktu lalu santer dikabarkan mereka akan membentuk koalisi, namun sepertinya mentok karena kepentingan masing-masing partai, terutama Demokrat yang ngotot sekali memajukan AHY sebagai Capres.
2. Nasdem bisa saja berubah
Jika koalisi antara Nasdem besera Demokrat dan PKS tidak bisa menemukan hasil akhir, Nasdem bisa saja berpindah haluan dan berkoalisi dengan partai lain, KIB misalnya, yang digadang-gadang menjadi instrumen Jokowi dalam menentukan penerusnya di tahun 2024. Jika hal ini terjadi, saya ragu Anies akan tetap dimajukan sebagai calon presiden oleh Partai Nasdem.
3. Sebuah pertaruhan besar
Anies mengambil langkah berani dengan menerima pinangan Nasdem untuk maju sebagai calon presiden 2024, meskipun ada langkah yang lebih aman secara politik: melanjutkan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Karir politik Anies masih sangat panjang dan tidak ada ruginya sama sekali jika Anies menunggu lebih sabar 5 tahun lagi untuk menjadi calon presiden. Toh, jika ia melanjutkan jabatannya sebagai Gubernur 2 periode, Anies bisa tetap mendapatkan panggung politik yang akan menjadi modal besar baginya jika ia memang berniat menjadi presiden RI.
4. Peta besar untuk PDIP.
Dengan dideklarasikannya Anies sebagai calon presiden, pilihan PDIP seharusnya semakin mengerucut. Dua nama (Prabowo dan Anies) yang besaing dengan kadernya (Ganjar) dalam hasil survey sudah resmi akan dimajukan. Memilih Puan untuk melawan dua nama tersebut agaknya seperti bunuh diri. Puan bahkan tak berdaya untuk masuk di 3 besar. Dengan demikian, kemungkinan PDIP memajukan Ganjar untuk menjadi calon presiden semakin besar. Majunya Ganjar akan menjadi momok besar bagi Prabowo dan Anies. Gubernur dua periode di daerah yang menjadi lumbung suara nasional bukanlah lawan yang ingin anda hadapi.
5. Anies bukan Prabowo
Prabowo, meskipun kalah berkali-kali dalam kontestasi pemilu, ia tetaplah seorang tokoh dan pemilik partai. Semua kadernya adalah loyalis Prabowo. Gerindra adalah Prabowo, dan Prabowo tidak pernah kehilangan panggungnya dalam dunia politik. Beda halnya dengan Anies, yang andaikan jika benar ia maju dan kalah, saya ragu Anies akan memiliki panggung politik. Karirnya bisa saja selesai seketika, kecuali ia tetap diberi panggung, entah sebagai Menteri atau kembali menjadi kepala daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H