Mohon tunggu...
Chandra Budiarso
Chandra Budiarso Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Iseng

Buah Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Vincenzo: Realita Masa Kini?

15 Mei 2021   13:05 Diperbarui: 15 Mei 2021   13:06 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vincenzo dan Hong Cha Young (Sumber: tvN)


-Perhatian! Mengandung Spoiler!-

Pekan lalu, drama Korea: Vincenzo tamat. Kisah seorang consigliere (Vincenzo) dan pengacara asal Korea (Hong Cha Young) yang diperankan oleh Song Joong Ki dan Jeon Yeo Bin menarik perhatian dunia.

Drama ini berkisah mengenai seorang consigliere bernama Vincenzo yang pergi ke Korea untuk mengambil emas yang tersembunyi di dalam sebuah Plaza bernama Geumga, dimana ternyata Plaza tersebut juga akan diakuisisi oleh perusahaan besar bernama Babel  yang akan menyebabkan para penghuni Plaza kehilangan tempat tinggal. Konflik pun dimulai.

Ternyata Babel bukanlah perusahaan biasa. Babel sedang dalam tahap memproduksi sebuah zat serupa narkotika yang akan membahayakan kesehatan seluruh warga Korea. Dalam beroperasi, Babel ternyata melanggar HAM karena menjadikan manusia sebagai alat percobaan obat-obat farmasi produksinya. Para peneliti yang bekerja untuk Babel pun dikurung dalam tahanan karena takut salah satu dari mereka akan membocorkan informasi mengenai apa yang telah dilakukan Babel.

Babel pun dituntut oleh seorang pengacara yang bernama Hong Yu Chan dari Firma Hukum Jipuragi. Dalam menghadapi Jipuragi, Babel mempekerjakan Firma Hukum Wusang sebagai kuasa Hukum. Tentu, Vincenzo memihak Jipuragi, yang kebetulan juga berkantor di Plaza Geumga. Merasa terancam dengan kehadiran Vincenzo, Babel mulai berulah.

Kekejaman Babel mulai terlihat pada episode 3 Babel melakukan percobaan pembunuhan Vincenzo dan Hong Yu Chan melalui seorang pembunuh bayaran. Vincenzo selamat dari kejadian tersebut, namun sayang Hong Yu Chan tewas. Perjuangan Hong Yu Chan dalam menghadapi Babel dilanjutkan oleh sang anak yang juga merupakan pengacara, Hong Cha Young.

Berkali-kali Babel mencoba untuk memfitnah dan membunuh Vincenzo, namun selalu berakhir dengan kegagalan. Akibat frustasi, Babel pun mulai mengancam orang-orang terdekat Vincenzo, seperti para penghuni Plaza, Hong Cha Young, hingga ibunya. Tidak hanya melakukan kekejaman frontal, Babel juga memanfaatkan para pejabat tinggi Korea untuk membantu mereka. Sebut saja: Polisi, jaksa, hingga hakim disuap hingga memihak Babel. Media pun dimanfaatkannya untuk membersihkan nama Babel diruang publik. Mereka semua akan diberi imbalan berupa sebagian harta milik perusahaan Babel.

Vincenzo dan Hong Cha Young terpaksa melawan seantero Korea.

Dalam menghadapi Babel, Vincenzo berkelakar: "Kejahatan harus dilawan dengan kejahatan". Perilaku khas seorang consigliere.

Atas kekejaman-kekejaman yang dilakukan Babel, Vincenzo membalasnya. Seperti pada episode 4, misalnya, Vincenzo menyusup dan membakar pabrik / gudang milik Babel. Para pembantu Babel, mulai dari Wusang hingga polisi yang disuap tidak lepas dari radar Vincenzo.

Kiri ke Kanan: Jang Han Seo (Direktur Babel), Han Seung Hyuk dan Choi Myung Hee (Pengacara dari Firma Wusang). (Sumber: Screenrant.com)
Kiri ke Kanan: Jang Han Seo (Direktur Babel), Han Seung Hyuk dan Choi Myung Hee (Pengacara dari Firma Wusang). (Sumber: Screenrant.com)


Kekejaman Babel seperti tidak asing. Isu-isu sosial yang dipertontonkan seringkali terdengar di Indonesia. Salah satu lirik lagu ciptaan Bona Paputungan: "Lucunya di Negeri ini, hukuman bisa dibeli" membuktikannya.

Jangan lupakan kasus Djoko Tjandra, sang buronan yang terbukti melakukan suap terhadap dua jenderal polisi terkait pengecekan status red notice dan penghapusan namanya dari Daftar Pencarian Orang (DPO) di Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Atau mungkin yang paling dekat, dua orang (mantan) Menteri Kabinet Indonesia Maju, Edhy Prabowo dan Juliari Batubara yang terbukti korupsi. 

Jangan lupakan juga kasus Jiwasraya, penyeludupan Harley, Hambalang, Bank Century, hingga Gayus Tambunan.

Perihal HAM, yang masih paling melekat adalah kasus Munir, atau tragedi Trisakti yang belum selesai hingga sekarang. Apakah sang pelaku seperti Babel, yang melakukan suap terhadap seluruh petinggi negeri hingga jejaknya tak bisa dicari sampai sekarang?

Pada akhirnya, melalui Drama Vincenzo, barangkali kita bisa melihat banyak Babel-Babel kecil di Indonesia. 

Pertanyaannya, apakah kebaikan dan idealisme masih cocok untuk melawan para mafia negeri ini? Atau haruskah kelakar Vincenzo diberlakukan untuk  menghadapi mereka?

Memangnya boleh?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun