Bicara soal perut buncit, tentu hal pertama yang kuingat adalah kisah Rasulullah SAW yang mengganjal perutnya dengan batu. Peristiwa itu dapat kita baca dalam berbagai literatur. Inti yang hendak kucatat disini yaitu, untuk urusan perut beliau memang tidak suka bermewah-mewah dengan makanan dan minuman. Â
Disini bukan maksudku untuk bicara kesolehan, karena nyatanya aku bukanlah orang yang soleh-soleh amat. Tapi bolehlah sedikit berbagi cerita bagaimana di usia yang telah lewat setengah abad ini perutku masih rata. Dan bila sesekali sempat agak endut, aku akan diselimuti rasa gelisah, karena ada beberapa aktivitas keseharian yang jadi terganggu. Meminjam pepatah, sekali dayung dua tiga pulau terlampau, alih-alih menjaga penampilan, usahaku menjaga perut adalah juga untuk memperoleh kenyamanan, sekaligus 'belajar' meneladani Rasulullah.
Sehari-hari aku banyak menghabiskan waktu duduk di depan laptop, dan pasti akan tidak nyaman kalau perut mengganjal, posisi dudukku tentu akan terganggu dan tidak betah berlama-lama bekerja. Selain itu, aku hobby olahraga bulutangkis yang biasa kulakukan seminggu sekali, dan main bola yang masih ikutan merumput dua bulan sekali.Â
Selebihnya, ya menjalani aktivitas seperti kebanyakan orang, menjemput rejeki dengan jalan mencari nafkah sebagai freelancer. Semua aktivitas itu kujalani dengan nyaman saat perut terjaga. Apalagi, dalam beberapa momen saat kerja di luar kota, apabila menemukan view yang keren, satu kebiasaanku adalah berfoto tanpa baju. Terbayang kan, pasti akan terhambat kesukaan ini bila perutku membuncit hihihi....
Dalam keseharian, di pagi hari aku jarang sarapan nasi, kecuali sedang berada di luar kota yang kadang sulit menemukan warung makan untuk makan siang. Sebagai jaga-jaga bakal telat makan siang, maka paginya sarapan menjadi hal yang penting. Makan siang nasi masih menjadi 'kewajiban', ini kuakui bahwa aku masih menjadi orang Indonesia. Wajib nasi dan diusahakan tidak telat makannya. Untuk makan malam juga nasi, namun waktunya bebas. Di sela-sela itu, ya kadang masih ngemil. Oiya, aku juga termasuk peminum kopi hitam, tubruk.Â
Berhenti Makan Sebelum Kenyang
Selain waktu dan jenis makanan yang kukonsumsi, ada beberapa prinsip yang kujalani. Seperti, makan nasi secukupnya, bahkan terbilang jarang nambah nasi. Lalu, berhenti makan sebelum kenyang, atau dengan kata lain tidak sampai kenyang yang berlebihan. Mengatur cara makan ini tampaknya sepele, namun dengan menerapkan nasehat 'berhenti makan sebelum kenyang' ini faktanya gampang-gampang susah. Namun, karena sudah menjadi prinsip dan kebiasaan, maka menjalaninya pun jadi mudah.
Ada pun untuk jenis makanan, umumnya tidak ada yang spesifik. Aku termasuk makan apa saja. Dan pastinya suka sayuran. Terkhusus untuk minuman setelah makan, kalau di rumah biasanya cukup air putih biasa. Atau kalau makan di luar/warung, biasanya minuman yang kupesan adalah teh tawar. Maklum, ada perasaan tak enak bila hanya minum air putih...hehehe
Terkadang, aku kerap diledek oleh teman-teman karena minuman yang kupesan itu. Aku tak mempedulikan ledekan itu. Sebaliknya aku cukup heran dengan mereka yang tiap makan selalu memesan es teh manis atau es es lainnya. Mungkin ada kenikmatan yang dirasa, namun aku menganggap dibalik kenikmatan itu tersimpan bahaya yang mengancam.Â
Soal menerapkan prinsip makan pada saat telah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang ini, memang tak mudah menerapkannya. Berdasar pengamatanku pada teman-teman, biasanya mereka akan kalap bila menemukan lauk pauk kesukaan atau yang terbilang nikmat. Seolah, bila tidak menambah nasi, sepertinya akan merasa rugi. Disinilah letak kuncinya. Saat menghadapi godaan itu, prinsip dan kebiasaan kita yang akan menjadi penolong untuk menahan diri.
Tidak Perlu Olahraga Khusus
Kesimpulanku tentang pilihan hidup nyaman dengan perut rata, sepertinya tidak perlu repot-repot treatmen khusus atau memilih olahraga tertentu untuk menjaga penampilan perut. Cukup menjaga disiplin dan berkomitmen pada prinsip adalah yang utama.Â
Olahraga rutin lebih untuk menjaga kebugaran, bukan untuk membentuk tubuh. Berbeda kasus bila ingin menjadi atlet yang membutuhkan bentuk tubuh ideal, sixpack atau bentuk tubuh ikut dinilai.Â
Pastinya, dengan bobot stabil, perut tidak buncit, aktivitasku menjadi leluasa. Di keseharianku, kerap aku melihat seseorang dengan tubuh sangat besar, kulihat dia sendiri tak nyaman dengan dirinya. Setiap jumat kulihat orang itu, ketika berlangsung kotbah dia selalu berdiri di pinggiran. Dan baru masuk shaf saat menjelang sholat. Itu terjadi karena dia tidak bisa duduk di bawah seperti kebanyakan jamaah umumnya. Dalam hati aku kerap membatin, "Apa enaknya hidup seperti itu?!"
Pemandangan itu menjadi motivasi bagiku untuk tetap menjaga diri, menjaga perut agar hidup selalu nyaman dalam situasi dan kondisi apa pun.
Dan di momen bulan suci ramadhan ini, tentu sangat tepat untuk melatih diri untuk tidak bermewah-mewah dengan makanan dan minuman. Sebab, dengan berpuasa juga menjadi salah satu cara untuk menjaga kebugaran badan dan perut tidak buncit. Kalau yang ini beberapa temanku terbukti telah mempraktikkannya. Selain puasa ramadhan, ada teman yang rajin puasa senin-kamis, bahkan ada yang konsisten puasa Nabi Daud, sehari puasa sehari tidak. Bagi mereka tidak hanya tampilan yang terjaga, namun hatinya pun turut terjaga.
Salam sehat bagi kita semua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H