Mohon tunggu...
sichanang
sichanang Mohon Tunggu... Lainnya - Gak perlu ucapan terimakasih atas pelaksanaan tugas!

Penulis. Pernah cantumin pekerjaan 'penulis' di ktp tapi diganti sama pak RT. Blog pribadi : http://sichanang.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hubungan Guru Dan Ortu Tak Bisa Lagi Seperti Sinetron dan Drakor

25 November 2023   09:26 Diperbarui: 25 November 2023   09:40 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolaborasi guru dan ortu demi  generasi penerus bangsa (foto dokpri)

Ketiga, tanamkan dalam  diri anak bahwa persaingan diperuntukkan dalam mengejar prestasi. Dimana didalamnya terkandung prinsip sportivitas. Membiasakan sikap ini akan memberikan kesadaran bahwa semua anak memiliki potensi untuk menjadi yang terbaik. Dan, sikap sportif adalah mengakui kehebatan orang lain. Sehingga, pada saat anak lain mencapai prestasi, maka yang lain akan mengakuinya dengan lapang dada. Di sini peran orang tua dan guru sangat penting. Penerapan di kelas, di sekolah, di keluarga, dan lingkungan sosial akan membiasakan setiap orang memberi pengakuan atas prestasi dan sekaligus menerima dalam keikhlasan. Dan buka medan pencapaian prestasi sebanyak-banyaknya, sehingga terbuka kesempatan yang luas agar anak mampu meraih pencapaian tertentu. Jangan sekolah hanya bersikap sekadar menjalankan tugas atau menggugurkan kewajiban saja. Apa adanya, tanpa ada upaya-upaya untuk memberi ruang berkespresi bagi peserta didik.

Keempat, guru dan orang tua perlu menciptakan inovasi-inovasi. Dan agar tergerak untuk berinovasi, maka perlu juga digelar ajang apresiasi. Kalau selama ini telah ada apresiasi terhadap guru berprestasi untuk semua jenjang pendidikan, ke depan sepertinya perlu juga diberikan apresiasi untuk kategori kolaborasi guru dan orang tua berprestasi.

Kelima, guru ke rumah peserta didik. Selama ini orang tua sudah melakukan banyak kegiatan di sekolah. Maka kiranya perlu juga kegiatan yang melibatkan guru untuk datang ke rumah peserta didik. Tentu saja ini dalam konteks untuk menjalin silaturahmi dan komunikasi antara orang tua dan guru. Dengan catatan, jangan lagi kegiatan semacam ini hanya dilakukan pada saat anak sedang dalam masalah. Ini adalah kekeliruan yang selama ini terjadi. Kalau selama ini kegiatan kunjungan dilakukan ketika anak bermasalah sebagai upaya menyelesaikan masalah, kini harus dijadikan upaya untuk pencegahan terjadinya masalah.

Selamat Hari Guru

Menyambut peringatan Hari Guru, kita semua memang perlu mengapresiasi pada "pahlawan tanpa tanda jasa" ini. Lalu, apa yang perlu dilakukan sebagai apresiasi tersebut?

Perlu ditekankan disini, wujud apresiasi bukan melulu memberi kado atau semacamnya. Kita paham, dalam budaya masyarakat telah dianggap sebagai kewajaran bahwa hal yang paling disukai seseorang adalah ketika mampu memberi dan menerima pemberian. Tapi, sejatinya bukan itu yang dibutuhkan. Pemberian kado, hadiah, dan sejenisnya itu biasa dilakukan dengan mengandung maksud tertentu. Atau, dalam bahasa lain disebut sebagai gratifikasi, meski kesannya berlebihan bila menyebutnya demikian.

Meski menyenangkan, disini penulis mengharapkan agar guru memulai dengan niat untuk tidak mengharapkan pemberian kado atau hadiah dari peserta didiknya. Caranya, yaitu sejak dini harus membuat pernyataan atau pengumuman agar peserta didik tidak memberi kado atau hadiah berupa barang apa pun. Gantilah dengan harapan bahwa 'kado terbaik' pada guru itu berupa prestasi dari anak didiknya. Mulailah berbangga dan bahagia ketika anak didiknya berprestasi. Ini sejatinya melebihi kado apa pun yang bisa diberikannya.

Cara lain yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu apabila memang memiliki kelebihan harta, maka kolektifkan kelebihan itu untuk mendukung atau memenuhi kebutuhan pengembangan minat, bakat dan prestasi anak-anak agar dapat memberi kebanggaan seperti di atas pada guru dan juga orang tua tentunya. Ini jelas lebih bermanfaat dari sekadar benda-benda yang dibungkus dengan beragam pemanis untuk para guru yang sedang memperingati hari jadi korps-nya.

Kita, orang tua, masyarakat bangsa dan negara ini sudah memenuhi kewajiban untuk menggaji guru-guru untuk menjalankan kewajiban dan pengabdiannya dalam berprofesi. Kalau ada yang perlu kita beri perhatian, yaitu guru-guru honorer di pelosok yang menerima penghasilan ala kadarnya. Mereka banyak yang menerima honor jauh di bawah standar. Berbeda dengan guru yang telah menjadi ASN dengan gaji tetap tiap bulannya. Ini bukan berarti penulis menganggap gaji guru ASN telah cukup besar, tapi memang seharusnya demikian cara kita memandangnya. Jangankan kado, ucapan terima kasih pun sebenarnya tidak wajib kita berikan kepada siapa pun atas pelaksanaan tugasnya. Kalau pun memang perlu berterima kasih, itu karena sisi kemanusiaan kita yang berbicara, bukan karena guru yang telah menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah.

Selamat hari guru....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun