Mohon tunggu...
sichanang
sichanang Mohon Tunggu... Lainnya - Gak perlu ucapan terimakasih atas pelaksanaan tugas!

Penulis. Pernah cantumin pekerjaan 'penulis' di ktp tapi diganti sama pak RT. Blog pribadi : http://sichanang.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hubungan Guru Dan Ortu Tak Bisa Lagi Seperti Sinetron dan Drakor

25 November 2023   09:26 Diperbarui: 25 November 2023   09:40 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu jarang sekali orang tua hadir di sekolah. Sangat jarang murid yang diantar jemput, karena di samping jarak sekolah yang dekat, situasi dan kondisinya juga relatif aman di tahun 80 - 90an. Orang tua hadir di sekolahan biasanya untuk mengambil rapor, atau ada rapat orang tua yang diselenggarakan pihak sekolah untuk keperluan tertentu, dan mungkin bila anaknya bermasalah di sekolah.

Berbeda dengan saat ini, kehadiran orang tua di sekolahan mungkin hampir tiap hari. Ya untuk keperluan antar jemput utamanya. Selain itu, sekarang ada Komite Sekolah dan ada pula Wakil Orang Tua Kelas (WOTK). Disini orang tua hampir tiap hari berkecimpung dalam kegiatan di sekolah. Bahkan pada jenjang tertentu ada pula kegiatan Kelas Orang Tua. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebenarnya banyak sekali keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah, yang seharusnya mampu menjadi wadah bagi kolaborasi antara orang tua dan guru.

Di era digital ini komunikasi orang tua dan guru juga dapat berlangsung dalam berbagai media. Bisa dibilang, kini banyak sekali saluran komunikasi dan jalinan kerjasama yang dapat dipakai antara orang tua dan guru. Namun demikian, justru muncul pertanyaan, mengapa malah tidak berlangsung optimal?

Nampaknya perlu banyak evaluasi dari keberadaan wadah maupun media komunikasi yang ada. Sedikit cerita dari banyak rumor yang beredar, peran dari Komite Sekolah justru banyak yang bersifat elitis, dan mungkin karena terlalu lama masa jabatannya, justru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sedang media komunikasi, seperti WAG hanya diperuntukkan menyampaikan informasi formal atau pengumuman saja.

Mencermati realita yang ada itu, kiranya perlu bersama-sama kita cari jalan keluar dari kurang optimalnya hubungan guru dan ortu yang tak berhasil menjadi kolaborasi itu.

Kolaborasi Itu Penting

Konsep Merdeka Belajar yang semangatnya merujuk pada ajaran Ki Hajar Dewantara itu, sejatinya ingin mengimplementasikan semangat mendidik dengan hati. Mendidik dan mengajar dimaksudkan sebagai proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia (peserta didik) dan segala aspek kehidupannya, baik fisik, mental, jasmani, dan rohani.

Lalu, Bagaimana caranya agar anak terbebas dari kasus perundungan?

Jawaban dari pertanyaan ini seharusnya merupakan implementasi dari konsep memanusiakan manusia itu. Ada beberapa hal yang dapat ditempuh dengan melakukan kolaborasi antara guru dan orang tua.

Pertama, hindarkan perundungan dengan mengasah potensi anak agar berprestasi. Guru dan orang tua harus giat menggali potensi peserta didik, baik minat dan bakatnya. Setelah anak sudah tampak minat dan bakatnya, dukung untuk mengasahnya hingga mencapai prestasi. Dengan demikian, di satu sisi anak yang memiliki potensi dan bakat unggul akan terhindar dari perundungan, karena umumnya pelaku perundungan akan segan terhadap anak yang berprestasi. Di sisi lain, anak yang memiliki prestasi akan berpikir ulang apabila akan melakukan perundungan. Jadi, upaya yang ditempuh disini dapat menekan tindak perundungan dari kedua sisi.

Kedua, optimalkan peran orang tua. Ini bisa dimulai dengan mengefektifkan kelas orang tua. Beragam model kelas orang tua dapat diselenggarakan untuk mensosialisasikan bahayanya perundungan, cara menghindari jadi korban atau pelaku perundungan, dan lain sebagainya. Lebih dari itu, ajak orang tua untuk menemukenali potensi dan bakat anak, lalu beri solusi untuk memberi dukungan agar anak dapat mengoptimalkan potensi dan bakatnya jadi berprestasi. Dukungan bisa mandiri atau pun kolektif. Dan libatkan pula para stakeholder yang ada agar semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi dan bakatnya, disamping dalam kesempatan penyelenggaraan pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun