Jadi kesimpulanku, seharusnya dunia pendidikan juga perlu mengajarkan siswa untuk menggali dasar dari sebuah aturan, terutama soal rambut ini. Toh, ada beberapa sekolah yang membebaskan siswanya memanjangkan rambut juga tidak masalah.Â
Menurut sudut pandangku, cara sekolah atau guru memotong rambut secara paksa dengan dalih mendisiplinkan itu adalah cara militeristik yang tidak tepat bila diterapkan di dunia pendidikan. Kedisiplinan dan kepatuhan pada masyarakat sipil, atau di dunia pendidikan yang kini mengusung kurikulum merdeka tidak bisa menggunakan paksaan semacam itu.Â
Apabila hal itu masih diterapkan, secara tidak disadari si guru atau sekolah akan memupuk jiwa pemberontak pada siswa dengan memaksakan kehendak seperti sering kita lihat di masyarakat misalnya membotakin maling yang habis ketangkap. Padahal apabila dianggap melanggar aturan sekolah, pelanggaran itu tak sebanding dengan yang dilakukan oleh maling. Anak-anak itu tidak mencuri suatu apa pun. Mereka hanya ingin mengekspresikan dirinya saja.
SIKAP SEBAGAI ORANGTUA
Kini sebagai orang tua, aku juga memberi gambaran pada anakku soal rambut atau segala sikap yang sebaiknya diambil. Pertama, tentu menjelaskan bagaimana dulu aku memutuskan untuk berambut gondrong, yaitu dengan mencari dasar sebagai pijakan sebelum memutuskan sesuatu, agar tidak menyesal di kemudian hari.Â
Lalu, ketika anakku disuruh memotong rambut oleh gurunya, aku bilang nanti akan kuantar ke tukang cukur langganannya. Tidak serta-merta langsung dipotong.
Lagipula terkadang soal model rambut ini juga menyangkut selera. Tidak bisa semua orang dengan model yang sama seperti di dunia militer. Kebebasan memilih model dan selera ini juga perlu dipahami oleh guru dan sekolah. Guru tidak bisa menggunakan selera berdasarkan pengalaman pribadinya.Â
Berdasar pengalaman anakku, dia merasa tidak nyaman apabila dipotong botak. Maka aku pun membiarkannya memilih model rambut yang tidak botak plontos. Aku tidak ingin dia tumbuh dengan rasa tidak nyaman. Apalagi kalau sampai menerima ejekan dari teman-temannya sehingga dia merasa minder. Jelas, sebagai orang tua aku tidak ingin memiliki anak yang tumbuh dan berkembang dengan perasaan minder dan tidak nyaman.Â
Dengan demikian, menurutku pihak guru dan sekolah juga seyogyanya mulai membuka diri untuk mengkomunikasikan tentang model rambut ini secara bijak. Jangan ada lagi tindakan memotong rambut dengan semena-mena, apalagi terkesan mempermalukan siswa dihadapan teman-temannya. Â
Menurut hematku, gak ada hubungannya tentang model rambut ini dengan sikap disiplin atau perilaku. Selama puluhan tahun aku berambut panjang/gondrong, semua baik-baik saja. Kalau pun ada orang yang melihatnya sebagai hal "buruk" itu lebih karena pengalaman subyektif pribadinya saja.Â