Mohon tunggu...
sichanang
sichanang Mohon Tunggu... Lainnya - Gak perlu ucapan terimakasih atas pelaksanaan tugas!

Penulis. Pernah cantumin pekerjaan 'penulis' di ktp tapi diganti sama pak RT. Blog pribadi : http://sichanang.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pelanggaran Kampanye, Berharap ke Bawaslu atau Cari Solusi?

28 Agustus 2023   07:00 Diperbarui: 28 Agustus 2023   10:42 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto : megapolitan.kompas.com) Pencopotan APK menambah pekerjaan baru yang tak bermanfaat.

Bisa dibayangkan, bagaimana dalam kesehariannya bila si calon tidak terbiasa tersenyum dengan tulus. Pasti dia akan mewujud sebagai tokoh yang menyebalkan bukan! 

Mengenal secara langsung, berkomunikasi dan berinteraksi langsung, akan berbeda dengan hanya melihat pajangan foto. Disitu masyarakat akan mengetahui seberapa dalam komitmennya, seberapa luas wawasannya, seberapa besar tanggung jawabnya, dan sejauhmana akan memegang amanah bila kelak telah diberikan mandat kepercayaan.  Jadi, pemilih akan terhidar dari memilih kucing dalam karung.

Tapi kita juga tidak bisa mengesampingkan realita di lapangan. Mengapa para calon itu memilih menghindar dari pertemuan langsung dengan masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu. 

Karena telah tertanam kebiasaan di tengah masyarakat kita apabila didatangi oleh kandidat wakil rakyat, hal pertama yang ditanyakan adalah seberapa besar mereka akan diberi bantuan, sumbangan, atau sejenis 'money politic' bagi memuluskan langkahnya. 

Kesalahan dan stigma ini telah dianggap sebagai kewajaran di tengah masyarakat. Dan ini yang harus berani kita bongkar, kita ubah pola pikir sempit yang justru akan merugikan masyarakat. Apabila itu dibiarkan terus terjadi, jelas yang akan diuntungkan hanyal para broker yang biasanya mengklaim dirinya dapat mengerahkan massa. 

Lagi-lagi model yang seperti ini yang akan merugikan masa depan masyarakat sebagai pemegang hak pilih. Telah terbukti, masyarakat akan tidak memperoleh apa-apa dari orang yang mengklaim menjadi wakilnya (wakil rakyat). 

Bagaimana dengan capres yang cakupannya nasional?

Umumnya para capres mempunyai tim sukses atau pihak yang ditunjuk oleh capres atau peserta pemilu untuk meyakinkan pemilih. Melalui pihak-pihak inilah masyarakat harus berkomunikasi, atau bila perlu membuat kontrak politik tertentu untuk pegangan di kemudian hari dalam menagih janji-janji yang telah disampaikan melalui visi-misi, program, atau citra tertentu yang disampaikan. 

Sekali lagi, jangan merasa puas hanya dengan iming-iming amplop berisi uang sekedarnya, yang terkadang telah dipotong sana-sini. Dan ujung-ujungnya setelah pemilu usai, masyarakat pemilih tidak memperoleh dampak dari upayanya turut memilih. 

Jadi, ayo mulai mengubah, bahkan membongkar kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak produktif bagi perkembangan demokrasi itu sendiri.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun