Mohon tunggu...
sichanang
sichanang Mohon Tunggu... Lainnya - Gak perlu ucapan terimakasih atas pelaksanaan tugas!

Penulis. Pernah cantumin pekerjaan 'penulis' di ktp tapi diganti sama pak RT. Blog pribadi : http://sichanang.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pelanggaran Kampanye, Berharap ke Bawaslu atau Cari Solusi?

28 Agustus 2023   07:00 Diperbarui: 28 Agustus 2023   10:42 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu saat berkomunikasi dengan seorang teman yang hendak menjadi caleg, aku berpesan agar dia tidak memasang tanda gambar dirinya melalui poster, banner, baliho di sembarang tempat. Kebetulan teman itu dari Kota Wisata Batu. 

Kusampaikan argumentasi, jangan kotori kota kita yang indah dengan foto dirinya + slogan yang tak ada kaitannya dengan wisatawan. Sayang bila kota kecil yang indah itu jadi tampak semrawut dengan adanya alat peraga kampanye pemilu. 

Saat menerima pesanku, awalnya tampak berat dia menerimanya. Namun dengan sedikit memaksa, akhirnya bisa diterima, setelah kubilang dia tetap boleh memasang gambar dirinya sebagai perkenalan hanya di poskonya dan di tempat yang berbayar. 

Pengecualian itu dengan penjelasan, di posko akan memudahkan masyarakat bisa langsung berkomunikasi, bahkan sekalgus tahu dengan siapa bila hendak menyampaikan aspirasi. 

Memasang atribut kampanye di media luar ruang yang berbayar, akan sesuai dengan komitmennya untuk membangun daerahnya. Berbeda cerita bila dia hanya memasang di tepi jalan, bahkan ditempel di pohon atau dinding kota. 

Selain itu, aku menawarkan bahwa identitas dirinya sebaiknya ditempelkan di hati masyarakat yang akan memilihnya. Caranya, yaitu dengan mendatangi target-target konstituen, berkomunikasi langsung, mendengar aspirasi, lalu memberikan solusi. Bukan memberi janji-janji manis tanpa bukti. 

Apabila langkah-langkah itu ditempuh dan dilakukan, akan ada ikatan batin antara si calon dengan konstituennya. Juga akan terjalin kerjasama yang baik antara kedua belah pihak saat mencari solusi dari berbagai persoalan yang melingkupi warga masyarakat yang akan diwakilinya kelak. Toh memang demikian seharusnya, karena itu memungkinkan para calon untuk menggaet target dalam satu dapil. 

Jangan sampai diantara keduanya berjarak. Apalagi memilih seseorang hanya berdasar foto dengan senyum yang terkesan dibuat-buat, lalu diimbuhi slogan yang kadang jauh panggang dari api.

Mengapa aku menyoroti foto yang dipajang itu seolah penuh kepalsuan?

Aku tahu persis bagaimana proses kreatif dari pembuatan alat peraga kampanye pemilu itu. Bukan pekerjaan mudah bagi para fotografer profesional sekalipun untuk mendapatkan ekspresi terbaik si calon. 

Perlu berpuluh-puluh jepretan untuk memperoleh satu frame foto terbaik. Terkadang senyum sudah oke, namun belum terpancar ketulusan dari wajah dan sorot matanya. Bahkan untuk beberapa kasus calon tertentu, terlalu sulit hanya untuk tersenyum saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun