Mohon tunggu...
chamim faizin
chamim faizin Mohon Tunggu... Dokter - Demi pena apa yang telah dituliska

Khoirunnas Anfauhum Linnaas Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Banyak Rakyat yang Masih Miskin Ketimbang Mobil Pejabat

6 April 2015   05:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:29 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemudian menanggapi persoalan mobil, penulis rasa tak usah lah sering-sering beli mobil, beli mobil sekali bisa buat berkali-kali kepemimpinan asal dirawat dengan baik. Misal beli sekali bisa untuk 20 tahun bahkan 30 tahun sekalipun. Jadi mobil itu hanya untuk dinas, ketika pejabat sudah lepas jabatannya, ya semua fasilitas negara harus dihilangkan. Kita bilang itu mobil dinas, ya harus digunakan saat dinas pemerintahan saja, bukan untuk piknik, tamasya atau apalah. Dan saya rasa kebanyakan mungkin lebih dari 80% pejabat negara orang kaya dengan banyak harta. Jika mampu membeli mobil sendiri, tak usahlah pakai mobil negara, tak usahlah pakai mobil dinas.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, uang muka untuk pembelian mobil baru bagi pejabat negara bukan kali ini saja diberikan. Namun, pada tahun 2015, pemerintah memutuskan menambah jatah uang muka itu karena harga mobil meningkat akibat inflasi. Sementara Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto mengaku usulan ini pertama kali dimintakan oleh Ketua DPR Setya Novanto. Awalnya, DPR meminta Rp 250 juta namun akhirnya setelah dikaji oleh Kementerian Keuangan menjadi Rp 210 juta.

Kita merasa miris melihat keadaan diatas. Pejabat pemerintah yang kita usung sebagai wakil rakyat, yang mewakili kita dalam segala aspirasi rakyat, malah mewakili aspirasi kelompok dan probadinya sendiri. Rakyat ingin sejahtera, wakil rakyat sudah mewakili kesejahteraan rakyat ditengah kesengsaraan rakyat.

Semoga kita semua diberi perlindungan dan bimbingannya, semoga yang salah mengakui kesalahannya dan yang benar tidak berbesar hati menyombongkan kebenarannya. Masih banyak rakyat miskin untuk kita perjuangkan hak-hak mereka.

Ketika sesuap nasi masuk ke dalam mulut, rasanya menyesakkan ketika melihat masih banyak orang yang kelaparan.

Sumber : kompas.com dan artikel dari penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun