Hasan al-Basri dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijrah (642 Masehi). Dia pernah menyusu dengan Ummu Salamah, isteri Rasulullah S.A.W. Pada usia 14 tahun, Al-Hasan pindah ke kota Basrah, Irak, dan menetap di sana.
Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Bashri. Hasan kemudian dikategorikan sebagai seorang Tabi'in (generasi setelah sahabat). Hasan al-Basri juga pernah berguru kepada beberapa orang sahabat Rasulullah S.A.W. sehingga dia muncul sebagai Ulama terkemuka dalam peradaban Islam.
Hasan Al Bashri berguru pada para sahabat Nabi, antara lain: Utsman bin Affan, Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Talib, Abu Musa Al-Asy'ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah and Abdullah bin Umar. Al-Hasan menjadi guru di Basrah, (Iraq) dan mendirikan madrasah di sana.
Di antara para pengikutnya yang terkenal adalah Amr ibn Ubaid dan Wasil ibn Atha. Dia salah seorang fuqaha yang berani berkata benar dan menyeru kepada kebenaran di hadapan para pembesar negeri dan seorang yang sukar diperoleh tolak bandingnya dalam soal ibadah.
Dia menerima hadits dari Abu Bakrah, Imran bin Husein, Jundub, Al Bajali, Muawiyah, Anas, Jabir dan meriwayatkan hadits dari beberapa sahabat diantaranya 'Ubay bin Ka'ab, Saad bin Ubadah, Umar bin Khattab walaupun tidak bertemu dengan mereka atau tidak mendengar langsung dari mereka. Dan kemudian hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Jarir bin Abi Hazim, Humail At Thawil, Yazid bin Abi Maryam, Abu Al Asyhab, Sammak bin Harb, Atha bin Abi Al Saib, Hisyam bin Hasan dan lain-lain.
Hasan al-Basri meninggal dunia di Basrah, Iraq, pada hari jum'at 5 Rajab 110 Hijrah (728 Masehi), pada umur 89 tahun.
Hasan adalah pendukung kuat nilai tradisional dan cara hidup zuhud alias sederhana, kehidupan duinia hanyalah perjalanan untuk ke akhirat, dan kesenangan dinafikan untuk mengendalikan nafsu. dia merupakan tokoh sufi dalam islam. Khutbah-khutbah dia dianggap sebagi contoh terbaik dan terawal sastra Arab.
Pernah suatu ketika Hassan Al Basri ditanya, "Apa rahasia zuhudmu di dunia ini?"
Iabeliau menjawab
1. Aku tahu, rizqiku tidak akan diambil orang lain, karena itu hatiku selalu tenang.
2. Aku tahu, amalku tidak akan dikerjakan orang lain, karena itulah aku sibuk beramal shaleh.
3. Aku tahu, Allah Ta'ala selalu memerhatikanku, karena itulah aku malu jika Allah melihatku sedang dalam maksiat.
4. Dan aku tahu, kematian itu sudah menungguku, karena itulah aku selalu menambah bekal untuk hari pertemuanku dengan Allah.
Jangan tertipu dengan usia Muda, karena syarat mati tidak harus tua.
Jangan terpedaya dengan tubuh yang sehat, karena syarat mati tidak mesti sakit.
Jangan terperdaya dengan harta kekayaaan, sebab si kaya pun tidak pernah menyiapkan kain kafan buat dirinya meski cuma selembar.
Mari Terus berbuat baik, berniat untuk baik, berkata yang baik-baik, memberi nasihat yang baik.
Meskipun tidak banyak orang yang mengenalimu dan tidak suka dengan nasihatmu. Cukup lah yang mengenalimu lebih daripada orang lain.
Jadilah bagai jantung yang tidak terlihat, tetapi terus berdenyut setiap saat hingga kita terus dapat hidup, berkarya dan menebar manfaat bagi sekeliling kita sampai diberhentikan oleh-Nya.
Chamid | Alumni Pesantren Persis Bangil
Blitar, 6 Februari 09.51 Wib
*Diambil dari berbagai sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H