Bertepatan dengan hari perempuan sedunia setiap tanggal 8 maret, dimana perayaan itu jatuh pada hari ini. Dan melihat baik dari sejarah masa lalu hingga sekarang, menjadi perempuan tidaklah mudah. Mulai dari ketidak adilan ,ketimpangan sosial, dan standar berlebihan yang dihadapi di kehidupan .
Contohnya standar perempuan dari masyarakat yang masih sering kita dengar adalah ungkapan seperti "Perempuan harus memakai baju tertutup, agar tidak terkena pelecehan" "Perempuan seharusnya berbicara lemah lembut, tidak boleh galak" dan lain-lain . Seruan seperti ini, menuntut perempuan untuk menjadi malu. Tutupi kakimu, tutupi tubuhmu . Hal ini menunjukan seolah-olah dilahirkan sebagai perempuan itu sendiri sudah merupakan sebuah kesalahan.
Dan para perempuan, tumbuh menjadi pribadi yang tidak dapat mengungkapkan apa yang mereka inginkan, tidak bisa mengungkapkan apa yang mereka pikirkan ,dan membungkam diri sendiri. Mereka mengubah suatu kepura-puraan menjadi seni berakting .
Yang bermasalah adalah dengan adanya ekpestasi gender yang membuat tidak cuma perempuan menjadi takut untuk mengekspresikan jati dirinya sendiri yang asli . Â Seolah ekspetasi gender ini menentukan bagaimana kita seharusnya , bukan mengakui siapa kita sebenarnya. Bayangkan, betapa lebih bahagianya kita dan seberapa bebas diri kita sebenarnya, jika kita tidak memiliki ekspestasi gender.
Bahkan, ketika para perempuan tidak memenuhi ekspestasi tersebut. Rasanya seperti melakukan kesalahan besar , dan meminta maaf atas hal yang tidak seharusnya ia perminta maafi .
Tentu saja, hal-hal diatas masih banyak terjadi di zaman sekarang namun yang terpenting saat ini sudah menjadi lebih baik daripada waktu lampau . Dan pastinya akan terus berkembang menjadi lebih maju . Bisa dilihat dengan , kesetaraaan gender semakin diketahui public . Juga dulu banyak role-role yang biasanya kita lihat hal itu hanya dapat dilakukan laki-laki, sekarang perempuan sudah bisa menjadi role tersebut. Banyak sekali tokoh-tokoh perempuan yang dapat kita jadikan contoh seperti Susi Pudji Astuti dimana beliau menjadi mentri, bahkan Presiden seperti Megawati Soekarno Putri  .
Salah satu bukti  perempuan juga bisa membuktikan kemajuan tersebut adalah kutipan wawancara dari lembaga sosial media Cerdas Berkarakter, dengan pewawancara Fathia Izzati dan Narasumber atlet pesepak bola nasional Zahra Muzdalifah .
Dimana dalam wawancara tersebut Zahra menceritakan segala struggle yang dia alami . Dan kenapa ia memilih jalan menjadi atlet sepak bola dimana masih banyak orang yang memandang sepak bola hanya untuk laki-laki .  "Timnas wanita itu sempat hidup lalu redup lagi , club-club sepak bola wanita juga gak ada . Semuanya terpaku pada laki-laki  dan akhirnya dimana aku menambah ilmu aku bareng cowok-cowok yang dimana aku masuk Sekolah Sepak Bola cowok.
Untuk support jujur, karena aku sebenarnya masih kekeh mau jadi pemain sepak bola , itkarena gak ada support jadi mau aku buktiin . Kan diluar banyak yang bilang sepak bola tu untuk laki-laki aja . Kapan aku main bola pasti kaya 'eh cewek kok  maen bola' dahlah even my keluarga aja say stop like kamu buat apasih main bola? Kamu cantik, kamu ini kamu mending cari yang lain . Sepak bola wanita tu gaada, you wasting time gini gini gini . Tapi aku gak pernah denger karna I do what I love.'' Ucap Zahra .
Dari cerita Zahra , kita dapat menyimpulkan bahwa perempuan itu juga bisa melakukan semua hal yang bener-bener kita inginkan dan mencoba keluar dari zona nyaman perempuannya . Bukan karena kamu perempuan , jadi kamu takut mencoba banyak hal . Dari bidang manapun dikehidupan manapun, dibutuhkannya role model supaya bisa mendorong perempuan lain masuk ke berbagai macam bidang itu tadi . Jika kita belum menemukannya, maka dari itu jadilah orangnya.
Lalu dari itu semua, kita sebagai sesama perempuan yang utama harus saling mendukung . Karena background gender kita sendiri juga sama , sama-sama manusia juga  . Meski kita punya latar belakang berbeda seperti warna kulit, opini, previlage, berat badan, tinggi badan dan lain-lain. Tunjukan juga bahwa kecantikan abadi bukan hanya tentang potret-potret kulit putih tanpa cacat dan mengikuti standart publik.
Salah satu hal buruk yang seharusnya dihindari, Â yang sesama perempuan masih sering ditemukan, adalah ungkapan yang merasa "Kalau aku sih gak kaya cewek lain" . Dimana darisitu perempuan merasa lebih merendahkan sesama perempuan . Atau disebut Internalized Misogyny. Saat mereka melihat perempuan yang tidak sesuai dengan standart mereka , mereka akan menganggap kalau perempuan lain ini tidak cukup baik. Jadi untuk kalian yang masih memiliki mindset seperti ini , rubah yuk! Karena hal tersebut tidak cuma ber-impact ke orang lain tapi diri kita sendiri juga.
Kita harus sadar , ada beberapa aspek yang membuat kita berpandangan buruk kepada kelompok kita sendiri . Mulai dari situ kita ubah cara pandang kita supaya kita perempuan bisa berhenti mengkategorikan satu sama lain , seperti 'cewek gaul' 'cewek nakal' 'cewek begini' 'cewek begitu' . Seharusnya kita mendukung satu sama lain . Dan melawan musuh kita sebenarnya , yaitu 'Patriarki' . Â Dan sebagai masyarakat kita seharusnya memaksimalkan potensi manusia, daripada harus menempatkan mereka disuatu kategori atau peran tertentu yang akhirnya tidak memperbolehkan mereka untuk menunjukan dirinya sendiri yang utuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H