Mohon tunggu...
Ilham Mochammad
Ilham Mochammad Mohon Tunggu... Lainnya - profil

Bio

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengaruh "Urban Sprawl" pada Kota Semarang

28 Maret 2018   02:15 Diperbarui: 28 Maret 2018   03:00 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
innovationsdemocratic.org

Kota adalah merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri, didalam Kota yang berkembang ke arah lebik tidak pernah lepas dari berbagai macam fenomena yang mempengaruhi perkembangan kota tersebut. 

Jumlah penduduk perkotaan meningkat pesat seiring dengan urbanisasi, angka kelahiran yang tinggi, serta banyak faktor lainnya. Peningkatan ini berdampak pada munculnya beberapa isu perkotaan yang kompleks. Mulai dari masalah permukiman, sanitasi, trasportasi, kriminalitas, pengguran, kemiskinan, dan banyak isu-isu perkotaan lainnya.

Menurut Bapak Ridwan Sutriadi, ST, MT, PhD, dalam mengelola perkotaan di Indonesia, secara garis besar terdapat 6 komponen yang dapat dilakukan. Pengelolaan perkotaan di Indonesia bertujuan agar kota dapat maksimal dalam melaksanakan perannya. 6 komponen tata kelola kota adalah :

Planning process.

Proses perencanaan terdiri dari proses formulation, implementation, control, and reporting. Proses perencanaan yang ada berlangsung secara siklus yang terus mengulang. Hasil kontrol dan reporting digunakan sebagai input untuk proses formulation berikutnya. Karena dengan berdasarkan masalah yang terjadi sebelumnya, diharapan proses perencanaan bisa memperbaiki keadaan dan dapat mengakomodir kebutuhan.

City Competitive

Dalam penataan kelola perkotaan, daya saing antar kota tidak dapat dihindarkan. Setiap kota yang ada berlomba-lomba untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Beberapa hal yang digunakan sebagai parameter untuk menunjukkan daya saing kota antara lain sumber daya manusia, sosial budaya, fisik, infrastruktur, ekonomi, institusi, dll.

Land and Urban Form Management.

Dalam hal ini yang digaris bawahi adalah bagaiamana pengendalian suatu ruang sangat berpengaruh dan memiliki pengaruh yang besar. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap land and urban form management adalah key actors sebagai pelaksana dan creativity sebagai suatu hal yang unik dari pengendali, yaitu pemerintah sendiri.

Infrastruktur and Service Innovation Management

Infrastruktur diperlukan sebagai penyalur kebutuhan seluruh warga kota dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Setiap kawasan perkotaan memiliki keunikan tersendiri, sehingga bisa dipastikan setiap kota tidak memiliki infrastruktur yang sama. Keunikan masing-masing kawasan sangat bergantung kepada keadaan wilayah. Hal terpenting adalah bahwa seluruh kawasan mendapat layanan infrastruktur yang merata dan tidak ada disparitas antar wilayah.

Urban Institutional Management

Dalam hal ini yang sangat berperan adalah pemerintah kota sendiri sebagai institusional tertinggi, serta pihak-pihak lain yang membatu pembangunan. Pemerintah memiliki kendali untuk mengontrol pembangunan dan melakukan perencanaan kawasan untuk saat ini dan saat mendatang. Hal ini harus didukung dengan menyediaan anggaran yang cukup untuk membangun kawasan. Kerjasama win-win solution antara pemerintah dan pihak swasta harus menjadi jawaban atas kebutuhan suatu kota.

Urban space and Hinterland Management

Penggunaan ruang dalam ruang harus memfokuskan pada pembangunan kedepan. Suatu kawasan tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa kawasan sekitar sebagai penyokong atau disebut satelit. Permasalahannya adalah bagaimana suatu kota bisa merencanakan tidak hanya kawasan inti namun juga kawasan sekitarnya. Hal yang dikhawatirkan adalah pembangunan yang tidak teratur sehingga memicu dampak negatif urban sprawl.

Opini

 

urbancultivator.net
urbancultivator.net

Di Perkotaan saat ini sudah umum yang namanya Urban Sprawl, sprawl bisa dideskripsikan sebagai pembangunan yeng tidak terencana, menyebar, kepadatan rendah dan tidak terstruktur di kawasan pinggiran. Salah satu bentuk nyata dari proses urban sprawl di kawasan pinggiran adalah meningkatnya jumlah pembangunan perumahan yang tersebar di kawasan pinggiran kota. 

Dengan adanya pembengunan perumahan, otomatis membuat jaringan jalan menjadi bertambah, dan muncul aktivitas ekonomi seperti komersial. (Setioko, 20009).  Dengan adanya pembengunan perumahan, otomatis membuat jaringan jalan menjadi bertambah, dan muncul aktivitas ekonomi seperti komersial. Perembetan bentuk fisik kekotaan ini menyebabkan adanya perubahan bentuk kota. Sedangkan Soetomo (2013), urban sprawl merupakan proses perkembangan model ekstensi urbanisasi dalam proses pembentukan "mega urban" secara horizontal.

Tingginya tingkat pembangunan di kotakota besar di Indonesia membuat pertumbuhan ekonomi juga meningkat. Dengan kegiatan penduduk perkotaan yang semakin meningkat, maka kebutuhan lahan juga semakin meningkat pula. Lahan permukiman menjadi sangat terbatas di pusat kota karena harga lahan yang mahal. Lama kelamaan daerah tersebut tidak mampu menampung kegiatan penduduknya. Karena batas administratif yang terbatas, maka terjadilah perkembangan ke daerah pinggiran kota. Akibatnya muncul kecenderungan pergeseran fungsi-fungsi perkotaan ke daerah pinggiran (urban fringe). Kebutuhan ruang yang semakin meningkat di daerah perkotaan tersebut mendorong terjadinya perkembangan daerah pinggiran kota (urban fringe) dan perkembangan daerah secara acak (urban sprawl).

Menurut penelitian yang dikemukakan oleh Setioko (2009), fenomena urban sprawl di Kota Semarang ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan kebutuhan ruang di kawasan pinggiran bagian selatan dan timur Kota Semarang. Real Estate Indonesia (REI) DPD Jawa Tengah dalam Shofarini (2013) mengatakan bahwa pertumbuhan pembangunan perumahan yang ada di kota Semarang 5 tahun terakhir ini mengalami peningkatan di Kecamatan Tembalang tapi tidak terlalu tajam yakni sekitar 20-30% dan peningkatan ini akan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya karena adanya prediksi bahwa perkembangan fisik Kota Semarang akan berkembang ke arah selatan dan timur kota.  

Urban Sprawl yang terjadi di arah selatan dan timur kota terjadi dikarenakan masih banyaknya lahan tak terbangun ditambah lahan terbangun yang   termasuk kawasan elite dengan konsep  kawasan memenuhi kebutuhan kawasan tersebut sendiri dan  menjalar semakin besar dan semakin berkembang yang menyebabkan  urban sprawl di kota semarang.

adanya perembetan aktivitas yang memanjang (ribbon development) sebagai bukti urban sprawl di Kelurahan Meteseh membawa konsekuensi terhadap perubahan bentuk Kota Semarang yaitu terjadi perkembangan pembangunan ke arah Selatan Kota Semarang. Namun demikian bentuk kota masih tergolong dalam kategori Fan Shaped Cities (Kota Bentuk Kipas). 

Kota dengan model bentuk kota kipas seperti Semarang memiliki keunggulan seperti kemudahan dalam penyediaan fasilitas pelayanan pada kawasan pinggiran. Hal ini karena dukungan jaringan jalan yang mencapai kawasan pinggiran. Sehingga kemampuan pusat kota dalam memberikan pelayanan mampu mendorong laju pembangunan. Akan tetapi terdapat halangan pembangunan seperti urban sprawl yang terjadi daerah Selatan lambat laun memicu kepadatan lalu lintas dan lahan terbangun, sehingga diperlukan langkah antisipatif untuk mengatasi masalah tersebut.

Daftar Pustaka

Farisul Hanief & Santy Paulla Dewi (2014). Pengaruh Urban Sprawl terhadap perubahan bentuk Kota Semarang ditinjau dari perubahan kondisi fisik kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang. Jurnal Ruang, 2(1) 341-350

Ilham Mochammad 

08211640000066

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun