A. Pengertian Pesantren
Pesantren berasal dari kata dasar santri. Santri memiliki arti yaitu murid orang pandai. Dalam kamus Bahasa Indonesia  santri berarti orang sholeh yang mencari ilmu di tempat jauh dari rumah. Kata santri mendapat imbuhan awalan pe- dan akhiran -an, yang menjadi Pesantrian (pesantren) yang memiliki arti tempat. Jadi, pesantren merupakan tempat orang sholeh/pandai untuk mencari ilmu agama yang ditempati untuk menjadi tempat tinggal sehari-hari.
B. Asal-usul Pesantren
Awal mula adanya pesantren, yaitu ada seseorang (santri) yang bertemu dengan orang sholih atau yang disebut Kyai, dan ia  ingin belajar ilmu agama kepada Kyai tersebut. Lalu sang Kyai menerima dengan senang hati. Waktu terus berjalan namun santri terus bertambah, maka sang Kyai berinisiatif untuk membangun sebuah bangunan yang digunakan untuk tempat belajar para santrinya tersebut. Bangun tersebut, terbuat dari bambu. Dan para santri tidak pulang dari tempat mencari ilmunya, untuk terus belajar di sana. Maka dari itu, tempat tersebut disebut Pondok Pesantren. Atau dari bahasa arab berasal dari kata "Funduq" yang artinya hotel, atau asrama tempat tinggal.
Pondok pesantren sudah mulai ada semenjak beberapa abad yang lalu, terutama di Jawa. Syekh Maulana Malik Ibrahim merupakan Father Walisongo, yang dikenal sebagai Gurunya pesantren di tanah Jawa.
C. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren
Sejarah perkembangan pondok pesantren terdapat  4 periode, yaitu cikal bakal pondok pesantren, masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, perkembangan pondok pesantren pasca kemerdekaan.
1. Periode awal (Cikal bakal Pondok Pesantren)
Cikal bakal pondok pesantren tidak lepas dari sejarah masuknya Islam di Nusantra, jadi tidak lepas pula dari peran Walisongo dalam menyiarkan islam di Nusantara. Cikal bakal pesantren di Nusantara  masih belum dapat dipastikan siapa pendiri, kapan, dan di mana pondok pesantren berdiri. Terdapat banyak pendapat tentang siapa pendiri pondok pesantren pertama kali, yaitu ada yang berpendapat Syekh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, dan Sunan Gunung Jati sebagai pendiri pondok  pesantren pertama kali.
Perkembangan pondok pesantren sudah mulai abad ke 13-15 M. Jadi sekitar 500-600 tahun lalu pondok pesantren mulai berkembang di Nusantara, sehingga dengan lamanya perkembangan tersebut, pesantren merupakan akulturasi budaya Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan, dan telah berjalan sesuai tujuan Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Periode kedua (Masa penjajahan Belanda)
Pada masa penjajahan Belanda, pesantren berada di bawah kekuasan pemerintah Belanda, bahkan terancam tidak berkembang. Karena pemerintah Belanda menyiarkan kristianisasi dan westernisasi di Nusantara. Maka dari itu, dilakukanlah aksi sikap anti Belanda oleh para ulama, kyai dan santri untuk mempertahankan pesantren.
Salah satu sikap yang dilakukan agar Pesantren tidak hilang, maka didirikanlah pesantren di Desa, dan menghindari pesantren di Kota terlebih dahulu. Karena di Kota merupakan tempat kantor pendidikan pemerintah Belanda yang sedang berkuasa. Dengan adanya pendirian pesantren di Desa, maka juga membantu masyarakat lingkungan desa yang belum mendapatkan pendidikan sedikitpun.
Kemudian, dengan hal itu pesantren tetap berkembang, dan terus berkembang sampai saat ini, hingga mengalahkan posisi pendidikan Belanda masa itu. Hasil dari perkembangan tersebut pula, berdirilah organisasi-organisasi Islam untuk membela agama Islam di Nusantara, seperti Serikat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan organisasi Islam lainnya.
3. Periode ketiga (Masa penjajahan Jepang)
Pada masa penjajahan Jepang ini, berbeda dengan masa Belanda. Jepang memperlihatkan selalu mendukung kegiatan umat Islam di Nusantara, khususnya pesantren ini. Jepang tidak melarang, tidak mengecam, atau bahkan malah tetap mendukung agar pesantren tetap berdiri di wilayah Nusantara. Namun, para umat Islam sudah mengetahui, bahwa tindakan Jepang seperti ini merupakan taktik atau strategi Jepang agar bisa merebut kekuasan Indonesia. Selain mendukung pesantren, Jepang juga menerapkan beberapa kebijakan agar seolah-olah Jepang terus mendukung pesantren. Kebijakan tersebut diantaranya:
- Jepang mengunjungi dan membantu pondok pesantren, agar menarik simpati umat Islam
- Jepang mendirikan Kantor Urusan Agama
- Jepang menerapkan ilmu agama di sekolah-sekolah negeri