Mohon tunggu...
Chalimatus Sadiyyah
Chalimatus Sadiyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Si Penyuka Senja dan Teh Anget

https://lenterachals.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Plastik Biodegradable Sebuah Solusi atau Pemicu Masalah di Masa Depan?

23 Agustus 2023   12:30 Diperbarui: 23 Agustus 2023   12:31 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Plastik Biodegradable. Sumber: id.pinterest.com

Cung, siapa dari kalian yang masih menyepelekan efek penggunaan plastik? Nah, jika masih sering ngeremehin salah satu faktor utama masalah lingkungan ini, yuk kurang-kurangin.

Pencemaran lingkungan termasuk permasalahan sukar dihentikan apabila hanya dilakukan segelintir orang. Di Indonesia saja berita utama kali ini pencemaran udara sudah mengenai Kota Jakarta. Data terbaru menyebutkan banyaknya masyarakat kota yang mengalami infeksi paru-paru. Sungguh ironis sekali.

Kali ini bukan tentang polusi udara yang pekat melanda Kota Jakarta. Namun, salah satu masalah utama lingkungan yang mungkin bisa menjadi ledakan dahsyat di masa depan seperti polusi udara saat ini adalah limbah plastik. Penggunaan plastik konvensional untuk kebutuhan sehari-hari masih digandrungi oleh masyarakat. Belum ada habisnya karena plastik saja terpajang rapi di pasaran. Gunungan sampah plastik juga sudah tidak asing terlihat di sepanjang tempat.

Dari efek berbahaya tersebut, banyak peneliti kian mengatasi permasalahan limbah plastik menjadi olahan sampah yang dapat di daur ulang agar mengurangi pencemaran lingkungan. Alternatif dari mereka sarankan adalah penggunaan plastik biodegradable.

Plastik biodegradable merupakan plastik ramah lingkungan dan relatif cepat terurai. Para inovator membenarkan hal tersebut karena apabila dibuang di alam bebas mampu terurai dengan memakan waktu kurang lebih 2 tahun. Dibandingkan dengan plastik konvensional yang membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun.

Apa benar plastik biodegradable termasuk solusi yang tepat apabila diterapkan oleh masyarakat Indonesia? Atau malahan dapat pemicu tambahan masalah plastik?

Penggunaan Plastik Biodegradable

Umumnya plastik ramah lingkungan ini, terbuat dari komponen minyak nabati dan beberapa senyawa kimia tertentu. Selain itu, kandungan bahan utama plastik biodegradable adalah sisa tanaman maupun hewan juga terdapat kandungan senyawa positif seperti selulosa, kolagen, kasein, protein, dan lipid. Faktor inilah untuk meng-claim bahwa plastik ramah lingkungan sangat aman apabila diterapkan hingga masa mendatang.

Merujuk dari penulisan mahasiswa ITS berkaitan plastik biodegrabable bahwa penggunaan plastik ramah lingkungan memiliki kelebihan yang lebih baik dibandingkan plastik yang sering ditemukan di pasaran.

Yup, plastik ramah lingkungan sangatlah mudah terurai oleh mikroorganisme tanah. Minim zat berbahaya seperti Styrene tremer, bisphenol A dan sejenisnya yang mampu merusak lingkungan. Mengurangi bahan bakar fosil dan volume sampah kota. Dikarenakan bahan organik yang merupakan bahan utama dari plastik ramah lingkungan dapat diperbaharui dan alam bebas mampu menguraikan menjadi serpihan kecil sehingga mempengaruhi berkurangnya gunungan sampah seperti yang kita ketahui di beberapa TPA.

Melihat dari kelebihan plastik biodegradable memang patut untuk disanjungkan. Namun, jika dilihat spesifik kembali, nyatanya plastik ramah lingkungan dapat menjadi bom waktu di masa depan.

Plastik Ramah Lingkungan Sebuah Target Solusi atau Jadi Pemicu Masalah

Ternyata dari segi informasi terbaru Greenpeace Indonesia menyebutkan bahwa plastik biodegradable jika dibiarkan di alam bebas tampaknya masih utuh atau tidak terurai. Hal ini didasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Imogen Napper dan Ricahrd Thompson di University of Plymouth, Inggris.

Empat jenis plastik yang diteliti seperti plastik compostable, biodegradable, oxo-degradabel, dan plastik polythene yang diuji di tanah, udara, dan laut, menunjukkan hasil signifikan bahwa penguraian limbah plastik membutuhkan waktu relatif lama. Plastik ramah lingkungan hanya dapat terurai sempurna apabila di tempat dengan suhu lebih dari 50. Terutama jika dibuang di laut juga hanya mampu tenggelam ke dasar dan sulit terurai kembali.

Penggunaan plastik biodegradable yang kerap disalah gunakan adalah sekali pakai. Padahal plastik ramah lingkungan dibuat untuk dapat digunakan berulang kali hingga plastik tersebut rusak atau tidak dapat dipakai kembali. Pengaruh plastik ramah lingkungan yang cepat terurai karena berbahan organik, menyebabkan masyarakat menerapkan metode sekali pakai.

Meskipun bahan utama pembuatan plastik biodegradable dari sisa bahan organik, apakah terhindar dari kandungan senyawa kimia? Belum tentu.

Dikarenakan bahan-bahan kimia terkandung pula di plastik ramah lingkungan seperti asam laktat, butyclene succinate, hidroksi alkanoat, propilen karbonat, dan butylenadipate-co-terephthalate. Hal ini untuk memperkuat dan menarik tampilan plastik sehingga masih ada kandungan racun atau toksin dan apabila dalam jumlah banyak mengenai tanah, sangatlah berbahaya terutama dibuang di lingkungan yang masih digunakan untuk lahan pertanian.

Memang benar, plastik biodegradable menjadi sebuah solusi untuk mengurangi sampah plastik konvensional yang kian hari semakin memenuhi lingkungan. Serta perusahaan juga memastikan bahwa plastik biodegradable secara penuh mampu terurai di alam. Nyatanya, apabila plastik ramah lingkungan masih membutuhkan waktu yang lama untuk terurai di alam bebas dan jumlah plastik melebihi batas tertentu. Kemungkinan seperti plastik biodegradable tujuan untuk ramah lingkungan akan berkebalikan menjadi penambah sampah plastik. 

Bagaimana coba untuk menerapkan tujuan yang sebenarnya dalam menggunakan plastik ramah lingkungan? Ada salah satu solusi yang mudah banget untuk kita terapkan. Apa itu?

Mengurangi Budaya Penggunaan Plastik Sekali Pakai

   

Negara Indonesia termasuk wilayah Negara agraris. Sebagian penduduk juga memiliki profesi sebagai petani atau pemilik lahan. Rendahnya kandungan racun pada plastik biodegradable jika tercemar ke lahan pertanian dalam jumlah banyak maka akan menimbulkan efek yang mengerikan. Dampak yang terjadi yaitu mempengaruhi adanya degradasi lahan, turunnya mikroorganisme tanah, dan memicu penurunan hasil produksi tanaman. Secara jika hal ini terjadi, maka ketika dikonsumsi oleh manusia maupun hewan menimbulkan munculnya penyakit baru ataupun masalah kesehatan yang lebih serius.

Pemerintah andil besar dalam menangani permasalahan sampah terutama limbah plastik. Dampak buruk sampah plastik menjadi acuan utama untuk segera dituntaskan. Apalagi jika sampah plastik terutama skala besar yang dibakar, sehingga menambah emisi karbon dan mempengaruhi terhadap kepekatan polusi udara yang berbahaya jika dihirup oleh makhluk hidup.

Ditinjau dari kekurangan plastik ramah lingkungan, efek lain juga hampir sama dengan plastik konvensional yaitu penguraian bahan plastik.

Oleh karena itu, selain pemerintah bahwa pola pikir individu sangatlah solusi yang dibenarkan. Mengapa demikian?

Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki akal. Sehingga untuk mengurangi kerusakan lingkungan, kita patutnya untuk mengurangi budaya penggunaan plastik sekali pakai langsung buang. 

Salah satunya yang bisa kita lakukan sejak dini, hari ini, ataupun esok adalah menerapkan penggunaan wadah atau plastik ramah lingkungan secara berangsur-angsur dan jika rusak dapat kita manfaatkan kembali ataupun diserahkan di tempat pembuangan sampah yang mewadahi untuk daur ulang.

Bisa menerapkan dengan pemakaian wadah berbahan alam seperti tas anyaman bambu, tas kain, ataupun tas lain yang dapat digunakan secara berangsur-angsur. Bahkan sudah banyak brand, perusahaan startup, artis papan atas mengkampanyekan sebuah produk, ataupun inovasi lain kepada masyarakat yang masih menyepelekan dampak mengerikan dari plastik konvensional maupun plastik ramah lingkungan. 

Selain itu, pemerintah perlu penambahan fasilitas pembuangan sampah yang memadai seperti pembangunan bank sampah secara merata di seluruh Indonesia, dan masyarakat memahami pentingnya  memisahkan sampah organik dan anorganik ataupun mengalih fungsikan sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat di rumah. 

Namun, apabila dari diri sendiri saja hingga detik ini masih tidak peduli lngkungan, akankah masa depan akan melindungi kita dari bencana alam? Jangan sampai perbuatan kecil yang merusak alam bisa merubah ledakan dahsyat yang tidak bisa kita kendalikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun