Rasanya tangan saya gatal untuk menulis, entah gak tau kenapa yah..
Seharian ini saya tidur begitu nyenyaknya tau-tau teman sana sini banyak yang nginfoin kalau jakarta sekarang terkepung air bah atau bisa disebut genangan air akibat cuaca buruk akhir-akhir ini.
Tak heran jakarta sudah menjadi langganan banjir sejak beberapa dekade tarakhir ini dibandingkan dengan tahun yang lalu. Ini merupakan salah satu yang terbesar. Kenapa yang terbesar? Sebab tahun ini populasi penduduk semakin bertambah, manusia membutuhkan tempat tinggal, gedung-gedung bertingkat juga semakin banyak, dan menyebabkan tanah semakin menurun sehingga semakin menipisnya kebutuhan air di sungai-sungai yang akhirnya terjadi penyempitan saluran air dan air yang mengalir deras akhirnya jadi tersumbat ditambah banyak orang yang tinggal dikali dengan seenaknya membuang sampah, kayu, dan sterofoam di sungai. Padahal sungai amatlah penting bagi perkembangan manusia, yang notabene membutuhkan air. Air yang tercemar karena ulah manusia juga yang membuat debit air sungai semakin tak terbendung pada saat hujan.
Seharusnya setiap satu gedung bertingkat memberikan lahan hijau bagi tanah untuk bisa bertahan hidup dari populasi sang aspal. Gedung-gedung di jakarta salah satunya yang menyebabkan tanah semakin berkurang, lahan terbuka hijau semakin sedikit, lahan tempat tinggal semakin tak bersisa lagi. Saya bukanlah lulusan arsitektur, tetapi saya sangat menyukai adanya lahan hijau untuk menghirup oksigen. Oksigen ternyata juga nyaris dilupakan bagi sebagian orang di perkotaan. Kita bisa melihat landsekap pada penataan ruang yang dibutuhkan untuk penghijauan lahan / tanah agar saat hujan turun ada ruang untuk penyimpanan air, dan kesediaan penampungan air.
Kita bisa melihat fakta dilapangan, banyaknya kebutuhan manusia yang menyebabkan kebutuhan-kebutuhan pokok itu semakin meningkat. Padahal kita bisa menggunakan lahan sempit yang ada di gedung-gedung bertingkat dengan menanam beberapa tanaman hidroponik untuk kebutuhan hidup sementara. Jangan heran tak ada satupun gedung yang menggunakan tanaman hidroponik, hanya ada beberapa gedungnya saja. Jika gedung-gedung di Jakarta semakin banyak, maka semakin banyak orang yang menyadari betapa pentingnya tanaman hidoponik bagi kelangsungan hidup, dan juga sebagai pengganti oksigen baru dengan kehadiran tanaman hidroponik.
Balik lagi pada genangan air / banjir apakah ada sangkut pautnya? Ya sangat, karena setiap musim hujan harga sayur sangat mahal, dan bahan pokok sangat susah di dapat apabila pada saat musim hujan. Semisal jika tinggal di perkotaan. Apabila anda tidak beruntung mendapatkan tanah atau tanah ditempat tinggal anda hanya ada di taman bermain di dekat tempat tinggal anda dan jauh dari banjir, ada baiknya anda mencoba tanaman hidroponik bagi keluarga. Selain menghemat pengeluaran belanja, tanaman ini sangat halal dan menyehatkan bagi diri sendiri maupun keluarga anda sendiri.
Jakarta, bukan hanya sebagai daerah rawan genangan air tetapi juga sistem drainase yang buruk menyebabkan jakarta bukan lagi sebagai kota metropolitan tetapi kota peluang banjir. Karena banjir tidak hanya datang pada bulan Januari atau Februari, tetapi juga pada bulan-bulan yang lain.
Seharusnya kita mulai bijak untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mengingatkan orang lain untuk membawa sampah plastik sendiri dan membantu tukang sampah jalanan untuk tidak seenaknya membuang-buang makanan ke jalan. Setiap kota memiliki tempat sampah sendiri yang disesuaikan dengan masing-masing jenis sampahnya. Agar memudahkan tukang sampah untuk mendaur ulang sampah tersebut menjadi bahan berguna. Apalagi sampah rumah tangga.
Kita bisa mencontoh di luar negeri, semua sampah dipisah dijadikan bahan baru yang siap pakai, bahkan dijadikan pembangkit listrik baru sebagai upaya mencintai lingkungan dan sumber daya bagi manusia untuk keberlangsungan hidup. Bila seandainya boleh saja ada satu gedung yang tidak lagi terpakai seharusnya bisa dijadikan lahan hijau baru atau taman ditengah kota. Di Jakarta hanya ada sedikit taman yang apa adanya bagi kebanyakan orang, dan itupun taman tetap saja kotor, akibat ulah orang-orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan seenaknya mempersilahkan tukang sampah membersihkan separuh jalanan di ibukota yang sangatlah luas ini mereka yang hanya di gaji kecil. Pikirkan!
Jika mau menyalahkan pemerintah, ya salahkan saja. Harusnya kita jugalah yang menyalahkan diri sendiri, pemerintah kita juga sudah capek-capek membersihkan sampah disungai dengan tank pengangkut sampah. Sampah terus berdatangan dan semakin banyak malah, dana yang dikeluarkan juga tidaklah sedikit, lihat saja sendiri. Ah.. seandainya saja semua sungai bersih, bening, dan tidak berbau seperti di Venice akan gembiralah saya melihat lalu lalang keindahan perahu yang hilir mudik di sungai. Balik lagi ke kita, mulai hari ini dan seterusnya mari ingatkan Keluarga, teman-teman, saudara-saudara kita untuk menghargai artinya sebuah tanah bagi kehidupan kita, tukang sampah jalanan untuk kita tidak se-enaknya membuang sampah bergunung-gunung di jalanan, di tempat wisata, dan di tempat-tempat umum lainnya.
Jika ingin hidup indah tenang dan tanpa banjir, hargailah juga tanah, sungai, dan tanaman bagi kehidupan kita, mulai dari keluarga kita di perkotaan dan di kota lainnya.
Salam
Tulisan Asli di publikasikan dari FB Pribadi tanggal 9 Februari 2015
[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Dokumentasi : Kiriman teman (Indra KW)"][/caption]
Lokasi : Depan MOI, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H