Mohon tunggu...
Chairunisa Rohadi
Chairunisa Rohadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Filsuf bagi dirinya, dan advokat bagi dunia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengurai Krisis Mental Gen Z dan Peran Mereka sebagai Agen Perubahan di Era Kapitalisme

31 Oktober 2024   21:08 Diperbarui: 31 Oktober 2024   21:25 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Generasi Z (Gen Z) saat ini menghadapi berbagai tantangan yang mengancam kesehatan mental dan kesejahteraan mereka. Dari beban biaya pendidikan yang tinggi hingga masalah pengangguran, serta meningkatnya gangguan kesehatan mental. Gen Z di Indonesia mengalami dampak dari sistem demokrasi kapitalisme yang mendorong lahirnya aturan yang kurang berpihak pada kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, mereka juga terjebak dalam gaya hidup serba cepat dan konsumtif seperti FOMO (fear of missing out), konsumerisme, dan hedonisme yang semakin menambah tekanan psikologis.

Krisis Kesehatan Mental Gen Z

Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan mental Gen Z di Indonesia berada dalam situasi yang mengkhawatirkan. Data yang dikutip oleh Kompas menyebutkan bahwa bunuh diri di kalangan remaja meningkat dan menjadi gambaran jelas tentang rapuhnya mental generasi muda hari ini. Tekanan yang dihadapi seringkali bersumber dari ketidakmampuan dalam mengatasi beban pendidikan dan ekspektasi sosial, serta gaya hidup konsumtif yang semakin merambah akibat perkembangan teknologi.

Teknologi, yang awalnya diharapkan menjadi alat bantu bagi kehidupan sehari-hari, justru membawa dampak buruk terhadap kesehatan mental. Gen Z terus-menerus terpapar citra kehidupan sempurna melalui media sosial, yang memperkuat rasa tidak aman dan ketidakpuasan pada diri sendiri. Menurut penelitian yang dilansir oleh Kumparan, peningkatan interaksi melalui media sosial memperburuk kondisi kecemasan, depresi, dan bahkan isolasi sosial di kalangan generasi muda.

Tantangan Ekonomi: Pengangguran dan Biaya Pendidikan

Tak hanya masalah kesehatan mental, Gen Z juga menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan. Menurut data Radar Jogja, sekitar 9,9 juta Gen Z di Indonesia tergolong pengangguran. Di tengah persaingan yang ketat, lulusan baru kerap kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak. Lapangan pekerjaan kian menurun, angka lay off terus bertumbuh dengan kondisi deflasi ekonomi. Di sisi lain, biaya pendidikan yang tinggi membuat banyak dari mereka harus menanggung beban utang atau memilih pekerjaan dengan pendapatan rendah hanya untuk melunasi utang pendidikan.

Demokrasi Kapitalisme: Akar Masalah atau Solusi?

Permasalahan yang dihadapi Gen Z hari ini tak lepas dari sistem demokrasi kapitalisme yang melandasi berbagai kebijakan ekonomi, sosial, dan budaya. Sistem ini, yang menempatkan keuntungan materi sebagai tujuan utama, mendorong lahirnya aturan-aturan yang seringkali mengorbankan kesejahteraan rakyat. Akibatnya, generasi muda lebih rentan terhadap tekanan ekonomi dan psikologis, sehingga rentan terhadap gangguan kesehatan mental.

Di sisi lain, sistem kapitalisme juga mendorong gaya hidup konsumtif dan individualistik yang memperparah kondisi mental Gen Z. Konsumerisme, hedonisme, dan budaya FOMO yang menjadi tren justru membuat mereka semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang sebenarnya, serta mengabaikan aspek spiritualitas yang bisa menjadi landasan ketenangan batin.

Potensi Gen Z sebagai Agen Perubahan

Namun, di balik segala tantangan tersebut, Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan. Mereka dikenal sebagai generasi yang kritis dan adaptif dengan teknologi, serta memiliki modal besar dalam hal akses informasi dan pengetahuan. Potensi ini, jika dibina dengan baik, dapat menjadi kekuatan untuk mendorong perubahan dalam tatanan sosial yang lebih baik.

Salah satu cara untuk mencapai perubahan ini adalah dengan memperkenalkan sistem Islam sebagai alternatif. Sistem ini menawarkan aturan yang berlandaskan keadilan dan kesejahteraan untuk seluruh lapisan masyarakat. Dalam pandangan Islam, nilai spiritualitas dan moralitas dijunjung tinggi, sehingga dapat membantu menyeimbangkan kebutuhan material dan spiritual dalam hidup.

Perlunya Pembinaan mengenai Islam Kaffah

Gen Z membutuhkan pembinaan yang shahih agar dapat menjadi pribadi yang kuat secara mental, fisik, dan spiritual. Melalui adanya partai Islam yang berkomitmen untuk membina generasi muda dengan nilai-nilai Islam, Gen Z diharapkan bisa menjadi generasi berkepribadian Islam yang siap membela agama dan membangun peradaban yang lebih baik.

Partai Islam yang berfokus pada pembinaan generasi ini dapat memberikan pendidikan ideologis yang tepat sehingga Gen Z memahami peran mereka sebagai khalifah di bumi. Ini bisa menjadi bekal bagi mereka dalam menghadapi tantangan di era modern tanpa melupakan nilai-nilai yang hakiki dalam kehidupan beragama.

Di tengah krisis kesehatan mental dan tekanan ekonomi, Gen Z memiliki kesempatan untuk menjadi pionir perubahan jika mereka dibekali dengan pemahaman ideologis yang kuat. Sistem Islam dapat menjadi alternatif yang menjawab kebutuhan manusia atas hakikat hidupnya, penyelesaian segala persoalan yang pada sistem kapitalisme saling bertumpuk. Dengan pembinaan yang tepat, Gen Z dapat menjadi generasi yang tidak hanya bertahan di era kapitalisme yang penuh tekanan, tetapi juga berperan aktif dalam perubahan yang sesuai dengan hakikat manusia melalui sistem hidup yang benar.

Wallahu'alam bissawab...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun