Mohon tunggu...
Chairun Nisa
Chairun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Semester 4 Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Saya memiliki minat di seni seperti musik, film dan lain sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mandau Tercabut, Badai pun Datang

12 Desember 2022   08:36 Diperbarui: 12 Desember 2022   08:41 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kegiatan Pramuka selalu saja memiliki berbagai cerita-cerita menarik, unik dan juga seru. Setelah menjadi anggota Pramuka, saya yang saat itu masih SMA mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan Perkemahan Wirakarya Cabang (PWC) Penajam Paser Utara di hutan pinus, yang akan dilaksanakan selama 4 hari 3 malam. 

Kegiatan di mulai dari tanggal 19-22 Januari 2017. Hutan pinus ini sendiri baru dikelola untuk menjadi lokasi BUPER (Bumi Perkemahan) yang nantinya akan selalu dipakai ketika ada kegiatan perkemahan di Kabupaten Penajam Paser Utara. PWC sendiri merupakan kegiatan besar dan juga kegiatan pertama yang dilaksanakan di hutan pinus yang baru saja dikelola ini. Maka dari itu, sebelum dilaksanakannya upacara pembukaan, ada upacara adat yang harus dilakukan terlebih dahulu di siang hari pada hari Kamis (19/01/2017).

Upacara adat sendiri dilaksanakan sebagai salah satu wujud penghormatan akan adat istiadat yang selama ini dilakukan di kepramukaan untuk membuka suatu acara/kegiatan yang sifatnya istimewa atau besar. Untuk upacara adat di Kalimantan sendiri yaitu, dengan menancapkan "mandau" (senjata tradisional Kalimantan) pada sebatang kayu yang tingginya kurang lebih 50 - 70cm, yang dimana mandau tersebut tidak boleh dicabut sebelum kegiatan selesai, agar diberi kelancaran dalam segala kegiatannya. 

Konon katanya, jika mandau tersebut tercabut sebelum acara/kegiatan selesai maka, akan terjadi bencana ataupun timbulnya banyak masalah dikegiatan/acara yang akan dilaksanakan nantinya. Bahkan jika ingin memindahkannya pun mandau tersebut tidak boleh terlepas dari sebatang kayu yang sudah menjadi tancapannya tadi. Tetapi, tidak semua orang tau tentang pantangan tersebut.

Pada saat upacara adat yang dilaksanakan pada Kamis (19/01/2017) selesai, sebatang kayu yang sudah ditancapkan mandau tadi dipindahkan kedalam tenda panitia. Namun, karena posisi ditaruhnya tancapan mandau tersebut kurang strategis, sehingga membuat orang-orang yang berlalu lalang di tenda panitia tersebut menjadi kurang nyaman. Salah satu panitia yang bernama Desi itupun merasa rishi melihatnya. Sehingga, dia yang tidak tahu mengenai pantangan dari mandau tersebut, tanpa aba-aba dari siapapun langsung mencabut mandau itu. 

Sontak beberapa orang yang melihat hal tersebut menatap Desi dengan raut wajah yang terkejut dan memberi tahu kepadanya kalau sebenarnya mandau tersebut tidak boleh dicabut. Desi yang baru tahu alasannya pun, langsung memasang wajah yang penuh rasa penyesalan "Astaga, aku nggak tahu kalau ini nggak boleh dicabut, terus gimana dong?" kata Desi. Kemudian dijawab "Gapapa, dipindahin aja ke pojok belakang biar nggak terlalu ganggu, terus tancapin aja lagi mandaunya," ujar ketua panitia. Setelah itu, Mandau tersebut dipindahkan ke pojok belakang tenda, kemudian ditancapkan lagi.

Tidak berapa lama sejak kejadian itu, hujan pun turun. Walaupun tidak terlalu deras, tetapi bisa membuat jalanan di daerah yang baru dikelola menjadi bumi perkemahan ini menjadi sangat becek. Setelah itu, pada Kamis malam (19/01/2017), banyak sekali peserta yang tiba-tiba kesurupan, sehingga seluruh kegiatan di malam itupun dibatalkan. 

Saya sendiri yang sebelumnya tidak pernah melihat orang kesurupan, sangat antusias melihat hal itu. Ada juga saat dimana saya selalu menatap mata salah satu peserta yang kesurupan tersebut karena penasaran apakah orang tersebut benar-benar kesurupan. Kemudian, tiba-tiba saja dia melihat saya dan langsung datang lari menghampiri saya. Saya pun sontak terkejut atas pergerakan peserta yang kesurupan itu, untungnya sebelum dia menyergap saya, sudah ada orang yang menahan peserta tersebut. 

Kemudian pada hari Juma'at (20/01/2017), keadaan bumi perkemahan kembali normal dan seluruh kegiatan di hari tersebut bisa terlaksana dengan baik. Namun, pada malam terakhir yaitu pada Sabtu malam (21/01/2017), keadaan perkemahan kembali berantakan karena tiba-tiba kencangnya angin dan juga hujan gerimis, yang membuat jalan di daerah bumi perkemahan menjadi becek kembali. Setelah itu pun, banyak peserta-peserta yang tiba-tiba sakit dan ingin meminta obat di tenda panitia. 

Keadaan di tenda panitia sangat ramai, hingga tanpa disadari mandau yang berada di pojok tenda panitia tadi jatuh dan lagi-lagi mandau tersebut tercabut karena tersenggol oleh orang yang tidak diketahui, karena banyak sekali orang yang berada di tenda panitia. 

Ketua panitia yang melihat itu memutuskan untuk mandau yang tadi, dibiarkan saja tercabut dulu. "Sudah biar aja begitu dulu, daripada di tancap-copot terus. Nanti aja di tancap tunggu mau upacara penutupan besok," ujar ketua panitia. Namun, selang beberapa menit kemudian, hujannya menjadi tambah deras dan juga anginnya sangat kencang yang mengakibatkan beberapa tenda ada yang roboh dan juga banjir. 

Sehinggga para peserta yang tendanya kebanjiran  atau roboh  diberitahukan untuk mengungsi di tenda teman-teman peserta yang lain dulu. Hujan terus berkelanjutan hingga hari penutupan pada hari Minggu (22/01/2017). Karena hujan yang tidak ada habis-habisnya maka, diumumkan bahwa tidak ada upacara penutupan dan juga peserta bisa pulang kapan saja, entah pulang menunggu hujan reda atau pulang dengan hujan-hujanan.

Di zaman sekarang ini, pantangan seperti contoh di atas, sering dianggap hanya mitos dan tabu. Percaya ataupun tidak, segala sesuatunya adalah bersandarkan atas kehendak Tuhan. Di Kalimantan sendiri, keyakinan masyarakat setempat masih kental. Itu tidak lain karena rasa hormat terhadap roh leluhur yang masih terjaga hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun