Mohon tunggu...
Chairumi Tyas
Chairumi Tyas Mohon Tunggu... -

mahasiswa, suka jalan-jalan, baca sambil tiduran

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengejar Matahari (Terbit) di Balik Borobudur

21 April 2014   02:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:25 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liburan Jumat Agung kemarin saya manfaatkan untuk piknik kilat bersama teman-teman, ke Punthuk Setumbu.

Mungkin banyak yang sudah tahu, Punthuk Setumbu ini tempat yang lumayan terkenal untuk melihat matahari terbit alias sunrise. Letaknya di Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Foto-foto yang ada di internet tentu saja membuat orang semakin tertarik ingin menyaksikan sendiri detik-detik matahari muncul dari balik Gunung dan kabut tebal.

Ah,yang bener aja.

Saya sendiri tahu tentang tempat ini pertama kali dari Azka, adik saya, si local explorer paruh waktu yang merencanakan perjalanan saat J-12 (12 jam sebelum keberangkatan). Dia sudah memburu sunrise Setumbu sejak sebelum dikenakan biaya Rp15.000,00 bagi turis domestik untuk masuk (hiks). Mereka berdua harus tiga kali mendatangi tempat ini sebelum akhirnya “mendapatkan” sunrise karena Merapi terus tertutup kabut. Katanya, pertama kali Azka ke sini, cuma ada dia dan Ndon (temannya), serta turis-turis asing bersama pemandu mereka.

Azka menyarankan kami berangkat dari Magelang maksimal pukul 04.15 dan salat di masjid Sawitan. Tapi, namanya rencana, yaa harus improvisasi. Saya dan Taufik dari Jogja rencana pukul 03.00, realisasinya kami berangkat jam setengah empat. Kami semua salat di rumah, kemudian berkumpul dan cus dari Mertoyudan hampir jam lima.

Kami berbelok ke arah Blondo dan berhenti sebentar untuk mengisi bensin. Saya dan rombongan sudah merasa hopeless melihat ada sinar jingga tipis mulai terang di langit timur. Motor dipacu kencang. Azka hampir menabrak bule yang memakai kaos oranye di depan pertigaan pintu masuk Candi Borobudur.

“Ati-ati Mbak,” kata Lita yang memboncengnya.

Jarak parkiran ke tempat nonton sunrise tidak begitu jauh, hanya jalannya menanjak sehingga butuh tenaga lumayan. Saya sudah membawa senter untuk mengantisipasi gelap di pagi hari. Karena kesiangan, ternyata jalannya terang benderang (haha). Jalan setapak ini maksimal dilewati dua orang. Kondisinya baik, tertata, bahkan di beberapa tanjakan ada anak tangga dari semen untuk memudahkan kita naik. Annis sampai lebih dulu, kemudian duduk beristirahat sejenak untuk mengatur napas.

Pemandangannya persis seperti foto foto di internet. Gunung Merapi-Merbabu di kejauhan, menutupi matahari di belakangnya. Di antara bukit tempat kami berdiri dengan dua gunung raksasa, ada sebuah lembah, luas, yang isinya seperti lautan asap dan awan rendah. Dua bukit kecil menyembul menembus kabut. Di kanannya, bangunan dengan atap lancip ikut nongol.

Atap lancip. Candi Borobudur.

[caption id="attachment_332519" align="aligncenter" width="300" caption="See that? Borobudur"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun