Para anggota penari dari tuan rumah akan melakukan gerakan dari ritme rendah hingga tinggi selama satu jam dan gerakan itu sudah dipersiapkan dalam latihan tanpa diberitahukan kepada grup tamu, sedangkan dari pihak tamu harus mengikuti gerakan tersebut dan jika mereka tidak bisa mengikutinya maka akan dianggap kalah dalam ronde awal pertandingan.
Pun sebaliknya dalam ronde selanjutnya, hal yang sama akan dilakukan oleh kelompok penari tamu selama satu jam kedepan, dengan memberikan kejutan demi kejutan kepada tuan rumah, menggunakan gerakan tarian dan lantunan syair yang sudah mereka persiapkan sebelum datang ke desa yang mengundang.
Setelah para penari Saman selesai beradu keahlian selama dua jam. Maka tiba pula giliran para penari Bines wanita untuk melanjutkan tarian. Sama seperti halnya dalam peraturan Saman, tarian Bines memiliki perbedaan dalam gerakannya, dimana tarian itu dilakukan dalam posisi berdiri melingkar dengan memutari area panggung sambil melantunkan lagu-lagu berbahasa Gayo.
Selain itu, ada hal menarik lainnya juga dalam penampilan tarian Bines yang hanya boleh diikuti oleh para anggotanya para wanita yang masih gadis ini, yaitu najuk atau pemberian uang kertas yang dijepit menggunakan lidi dan diselipkan di sempol atau di sanggul para penari oleh penonton.
Dikutip dari buku "Mengenal Kesenian Nasional 11 Tarian Saman" yang dikarang oleh N Fardhilah, tarian tersebut memiliki sejarah yang menarik dalam perjalananya hingga sampai dinamakan Tarian Saman yang dikenal sampai ke seluruh Negeri hingga saat ini.
Tarian tradisional ini pertama kali diciptakan oleh Syekh Saman seorang Ulama penyebar Agama Islam pada abad 14 Masehi, yang dikembangkan dari permainan rakyat, pada masanya disebut Tepuk Abe.
Tepuk Abe kemudian berkembang menjadi sebuah kesenian yang sangat diminati oleh masyarakat, hingga selanjutnya Syekh Saman mulai mengembangkannya dengan memasukkan syair-syair berupa pujian kepada Allah SWT dengan tujuan menyebarkan agama Islam melalui kesenian budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H