*(Oleh : Chairul
Hari indah menghiasi wajah, seperti biasa kebahagian hadir tanpa tanda tanya apapun. 4 tahun sudah merajut kasih yang diawali dari bangku sekolah menengah atas, dengan segala macam memori tersangkut bersama diri, sehingga tak ada lagi keraguan di dalam hati.
Namun tiada disangka, semua itu hancur hanya dalam sekejap saja, cinta tulus tanpa harapan jasa, seolah menjadi luka tak berujung yang datang bersama pengkhianat tanpa rasa. Kisah yang berawal dari ajakan pertemuan, kemudian menjadi perpisahan dan kehancuran kesetiaan. Semua itu dimulai dari pesan yang dilayangkan.
Berikut sepenggal cerita dari kasus percintaan Reina dan Rendi, sepasang kekasih yang akhirnya terpisah oleh pengkhianatan dari ketidaksetiaan itu sendiri.
"Bang malam besok kita keluar jalan-jalan ya, Reina kangen kali, karena kita sudah lama tidak ketemuan, " sebuah pesan yang masuk dari SMS ke handphone Rendi.
"iya Na, malam besok kita keluar ya, abang juga kangen" , balas Rendi dengan hati yang senang.
Pergilah kedua insan yang sedang memadu kasih itu keesok malamnya, tanpa ada kecurigaan apapun yang beranjak dari dalam pikiran Rendi.
"Reina lapar kita makan dulu ya?" tanya Rendi.
"Iya bang, kita makan di tempat biasa aja ya," jawab Reina, dan acara makan malam pun berjalan seperti biasanya.
Tibalah saat dimana Reina meminta sesuatu yang tidak diduga oleh Rendi, " Bang Reina besok mau ke Aceh Barat boleh tidak, soalnya Ina disuruh berobat sama ibu selama sebulan kesana " tanya Reina, sambil menatap Rendi mengharap membolehkannya.
"Untuk apa jauh kali berobat ke sana, disinikan banyak juga pengobatan alternatif lainnya " tegas Rendi.
"Iya tapi di sana ada teman ibu orang pintar, yang bisa nyembuhin sakit Reina, karena Ibu tidak mau liat Ina setiap malam sakit-sakitan seperti orang kemasukan setan" kata Reina memberi alasan.
"Iya baiklah kalau memang itu maunya Reina, abang pun bisa bilang apa," ujar Rendi dengan hati yang berat.
"Abang jangan khawatir, Reina pasti pulang, lagian nantinya kita bisa nelponan setiap malam," tambah Reina meyakikan Rendi
Tiga minggu sudah berlalu di mana Reina berada jauh di Pesisir Barat Aceh, komunikasi keduanya pun tetap berjalan, sampai tiba dimana ketika Rendi menghubungi kekasihnya dan ternyata tak ada balasan lagi.
Waktu pun terus berjalan, rasa kerinduan semakin memuncak, tetapi apalah daya, wanita harapannya, masih belum memberikan kabar sepatah kata pun.
Sebuah malam tragedi yang tidak mungkin dilupakan dalam hati, Rendi pun dengan perasaan tidak karuan, mencoba membuka Facebook Reina dengan tujuan untuk memuaskan mata, melihat gambar yang pernah tersimpan bersama kenangan.
Namun betapa terkejutnya Rendi, saat melihat Reina berfoto mesra bersama seorang lelaki yang lain. Mata yang awalnya hanya ingin melepaskan rindu, malah terlihat sebuah bencana yang menyayat hati.
Datanglah sebuah kabar mengerikan dari Reina keesokan harinya, "Bang maaf, Reina di sini sudah jumpa seseorang yang mungkin sebulan lagi akan menjadi suami Reina," sebutnya.
Bergetar pegangan Rendi saat membaca pesan yang disampaikan pujaan hatinya, rasa sesak didada dan tak tau harus berbuat apa, ingin dirinya menangis tetapi tidak bisa karena rasa sakit yang begitu mendalam.
Pikiran meracau kemana-mana teringat masa dimana semuanya masih indah berakhir seketika tanpa terduga. Bunga yang telah disemai, dipagar, disirami dan dijaganya selama 4 tahun, kini l siap di petik dan di nikmati harumnya oleh orang lain, hanya menyisakan tangkai berduri kepadanya.
"Tega Reina khianati abang, 4 tahun berlalu hubungan kita jalin, kenangan penuh memori begitu mudah Reina lupakan dalam waktu sebulan," balasan percuma dari Rendi kepada wanita yang pernah ia harapkan menjadi tujuan hidup, namun kini menjadi pisau bermata dua lalu menikamnya.
Jatuh semangat hidup Rendi berbulan-bulan, daging pada tubuhnya pun menampakan bentuk tulang, pikiran hampir hilang di ujung kesadaran, membuatnya hampir tidak lagi normal, luka di hati teramat sakit tapi yang tidak tak berdarah.
Bahkan segala upaya dilakukan agar luka itu hilang, tetapi selalu datang dan membuatnya jatuh di atas ranjang, terkulai berantakan akibat sakit amat mendalam dari pengkhianatan cinta di ujung jalan.
Catatan : Cerita diatas merupakan sebuah kisah nyata, yang kemudian dikarang oleh penulis menggunakan nama penokohan samaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H