Mohon tunggu...
Rul Umanailo
Rul Umanailo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sociology

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tepung Hotong sebagai Energi Ekonomi Rumah Tangga Petani

26 September 2022   10:00 Diperbarui: 26 September 2022   10:14 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Propinsi Maluku merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan ketersediaan sumberdaya pertanian yang cukup besar, salah satu diantaranya terdapat di Kabupaten Buru dengan ketersediaan luas lahan untuk tanaman pangan yang mencapai 10.030 ha. 

Salah satu upaya pemerintah daerah yakni dengan mendorong pengembangan pertanian lokal untuk pemenuhan konsumsi pangan masyarakat. Fakta dilapangan menunjukan bahwa Kabupaten Buru merupakan penghasil hotong terbesar di wilayah tersebut. 

Sebagai daerah penghasil hotong, banyak petani yang menggantungkan mata pencaharian dengan membudidayakan tanaman tersebut. Dilihat dari manfaatnya, hotong merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak yang baik dikonsumsi oleh segala usia, hingga saat ini harga hotong berkisar Rp. 100.000,- per kilogram. 

Pertanian yang dikembangkan di Desa Waeperang merupakan pertanian lahan kering dengan komoditas utama berupa hotong yang dikelola dan diproduksi secara tradisional. Mulai dari penyiapan lahan sampai pada proses produksi, petani di lokasi tersebut selalu menggunakan sumberdaya lokal sebagai penggerak utama usaha pertanian yang mereka lakukan. 

Pengembangan usaha pertanian melalui produksi hotong di Kabupaten Buru belum sepenuhnya mendapat perhatian dari pemerintah, ketersediaan sumberdaya alam berupa lahan kering belum diikuti dengan optimalisasi pemanfaatan lahan untuk menghasilkan produk pertanian yang menguntungkan bagi masyarakat. 

Fenomena pengelola tanaman hotong yang disebut dengan masih termarginalkan dalam bentuk dukungan pengembangan sehingga keberadaan petani semakin sulit berkembang untuk pencapaian peningkatan kesejahteraan.

Diversifikasi hasil produksi hotong beranjak dari beberapa riset yang telah dilakukan sebelumnya yakni; hotong dan prospek pengembangan produk olahannya, aleh Malawat dan Albert Soplanit.

Keunggulan lain dari hotong adalah bahwa hasil panen tanaman ini dalam bentuk malai, dan setelah dikeringkan dapat disimpan selama 20 tahun, dapat tumbuh dimana saja, tahan kekeringan dan umur panen hanya 85 hari. Pemanfaatannya masih sangat sederhana akibat dari belum diketahuinya pola pemanfaatan dalam bentuk yang lain. 

Oleh karena itu, upaya untuk pengembangan produk olahan hotong perlu dilakukan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari hotong tersebut. Kedua, penelitian tentang pengaruh penambahan sodium tripolyphosphate terhadap karakteristik tepung buru hotong (Setaria italica L Beauv.) Fosfat. Rachel Breemer, Trisonda Sigmarlatu, Febby J. Polnaya. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fosfor tepung buru hotong fosfat meningkat (0,023-0,077%) dengan kisaran DS antara 0,001-0,004. Kadar fosfor dan DS menunjukkan terjadinya substitusi gugus fosfat. 

Tersubstitusinya gugus fosfat menyebabkan meningkatnya kadar air (6,92-10,23%), kadar abu (0,37-0,84%), daya gelembung (10,16- 15,63%), daya larut (29,22-46,2%) dan kadar amilosa (26,29-29,37%) tepung buru hotong fosfat dibandingkan dengan tepung buru hotong alami. Ketiga, pengembangan buru hotong (Setaria Italica (L) Beauv) sebagai sumber pangan pokok alternatif. 

Sam Herodian. Kandungan gizi Buru Hotong sangat baik, dimana karbohidratnya mirip dengan beras namun kadar protein dan lemaknya lebih tinggi. Biji hotong mengandung komponen bioaktif yang mempunyai sifat antioksidan, antara lain adalah tanin dan vitamin E. Tanin merupakan polifenol, salah satu antigizi yang terkandung di dalam bahan makanan. 

Komponen ini terutama banyak terkandung pada kulit arinya. Bentuknya yang sangat kecil membutuhkan penangan pascapanen yang khusus, pada tulisan ini diperkenalkan sedikit mengenai teknologi pengupasan kulit dan penepungannya.

Ketersediaan sumber pangan yang bernilai tinggi. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, dibutuhkan pangan yang bernilai dan bermutu tinggi, Pangan dan ketahanan pangan merupakan unit penting bagi ketahanan nasional suatu bangsa. 

Krisis pangan dunia menjadi salah satu ancaman bagi semua negara. baik di sektor ekonomi maupun politik. Sistem ketahanan pangan Indonesia masih bergantung terhadap konsumsi beras. Salah satu syarat ketahanan pangan yang tangguh yaitu dengan adanya diversifikasi pangan. 

Melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat yang diselenggrakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui pola kompetitif nasional yang salah satu proposal berhasil mendapatkan hibah dengan judul PEMANFAATAN SURPLUS PANEN HOTONG MENJADI TEPUNG SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI menyelenggarakan kegiatan pengabdian dengan tujuan untuk meningkatkan sumber pendapatan ekonomi rumah tangga petani.

Kegiatan dipimpin oleh Dr. Muhamad Chairul Basrun Umanailo, M.Si yang berperan sebagai ketua tim serta  Hamiru, SE., MM., M.Si dan Mansyur Nawawi SH., L.LM yang berperan sebagai anggota. Pelaksanaan kegiatan dimulai pada bulan Juli dan diakhir pada bulan Nopember 2022 dengan target capaian yang sudah disepakati. 

Hal penting yang ingin dicapai dalam kegiatan ini yakni berusaha untuk meningkatkan taraf hidup petani hotong yang kaitannya dengan pemanfaatan hasil produksi dan kaitannya dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) adalah mahasiswa mendapatkan pengalaman di luar kampus meliputi kegiatan pemberdayaan masyarakat. 

Sementara itu, untuk IKU ketiga adalah dosen berkegiatan di luar kampus, sehingga kegiatan ini menjadi untuk mempraktekkan keilmuan dan mengembangkan serta mencari pengalaman dalam kehidupan bermasyarakat dan mampu memnghubungkan dengan dunia industri.

Fokus kegiatan pengabdian yang dilakukan mencakup upaya-upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia antara lain dalam hal modifikasi produk, perluasan wawasan dan  pengetahuan seperti Sosialisasi, Identifikasi masalah,Pendampingan pembuatan tepung serta pembuatan kue yang berasal dari tepung hotong.

Identifikasi Masalah. Dokpri
Identifikasi Masalah. Dokpri

Pembuatan kue dari tepung hotong. Dokpri
Pembuatan kue dari tepung hotong. Dokpri

Hotong yang dihaluskan menjadi tepung. Dokpri
Hotong yang dihaluskan menjadi tepung. Dokpri

Pada Subtansinya program ini berupaya untuk merubah pola pikir terhadap pemanfaatan hotong yang belum banyak diolah sebagai bahan dasar seperti tepung sehingga diharapkan setelah kegiatan ini berlangsung petani memliki pola atau cara baru dalam pemanfaatan hotong. 

Brownies berbahan baku hotong. Dokpri
Brownies berbahan baku hotong. Dokpri

Kue Bolu berbahan baku hotong. Dokpri
Kue Bolu berbahan baku hotong. Dokpri

Kegiatan PKM-S mendapat sambutan yang baik dari kelompom petani dimana mereka merasa warga binaan karena solusi atas permasalahan yang dihadapi dan diberikan sesuai dengan kebutuhan. 

Ada beberapa kesimpulan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut diantaranya; pengolahan hotong menjadi tepung merubah harga jual dan fungsi hotong menjadi lebih luas, adanya diversifikasi usaha untuk membuat kue maupun makanan yang berasal dari hotong. 

Kemapuan petani dalam mengolah sumberdaya yang mereka miliki menjadikan tepung hotong sebagai sumber pendapatan tambahan yang cukup menjanjikan untuk keberlanjutan hidup sehari-hari.

Kegiatan PKM-S dapat dilihat pada 
sumber pustaka

Firanti A. Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa Monggol Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Melalui Optimalisasi Pengolahan Hasil Pertanian Lokal. Apl J Apl Ilmu-ilmu Agama. 2019;19(1). 

Rahma, Satya at A. Modernisasi Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Desa Namlea Kabupaten Buru. Nusant J Ilmu Pengetah Sos. 2021;8(1):84--96. 

Hamidah S, Sartono A, Kusuma HS. Perbedaan Pola Konsumsi Bahan Makanan Sumber Protein di Daerah Pantai, Dataran Rendah dan Dataran Tinggi. J Gizi. 2017;6(1). 

Hardono GS. Strategi Pengembangan Diversifikasi Pangan Lokal. Anal Kebijak Pertan. 2016;12(1). 

Zhang B, Liu J, Cheng L, Zhang Y, Hou S, Sun Z, et al. Carotenoid composition and expression of biosynthetic genes in yellow and white foxtail millet [Setaria italica (L.) Beauv]. J Cereal Sci. 2019;85. 

Awan A, Kubangun MT, Kurnia TS. Proximate analysis of hotong buru (Setaria italica) as a culinary material in Southern Buru Regency. In: AIP Conference Proceedings. 2021. 

Namarubessy C, Awan A. analisis kadar lemak biji hotong (Sertica italica (L.) Beauv) dengan lama waktu penyimpanan di kabupaten Buru Selatan. 2016;2(2) 

Malawat S, Pengkajian B, Pertanian T, Pengkajian B, Pertanian T. Hotong dan prospek pengembangan produk olahannya. :438--43. 

Breemer R, Sigmarlatu T, Polnaya FJ. Pengaruh Penambahan Sodium Tripoly-Phospahate Terhadap Karakteristik Tepung Buru Hotong (Setaria italica L Beauv.) Fosfat. AGRITEKNO J Teknol Pertan. 2020;9(2):88--95. 

Herodian S. pengembangan buru hotong (Setaria Italica (L) Beauv) sebagai sumber pangan pokok alternatif. (L):1--15.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun