Mohon tunggu...
Rul Umanailo
Rul Umanailo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sociology

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tragedi Kabinet Kerja Jokowi

30 Oktober 2014   22:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:07 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

TRAGEDI Kabinet kerja Jokowi
(M. Chairul Basrun Umanailo)
Email: chairulbasrun@gmail.com

Minggu 26 Oktober 2014, Presiden terpilih Joko Widodo memperkenalkan para menteri yang rencananya akan dilantik pada senin pagi di istana negara. jokowi bukan orang baru dalam menciptakan drama-drama politik yang luar biasa hingga mampu menciptakan eskalasi ekspetasi yang luar biasa terhadap dirinya. para menteri yang diperkenalkan adalah mereka yang lewat pergunjingan panjang antara public, tim transisi sampai ketua parpol koalisi sampai-sampai mengkhawatirkan masyarakat. dibalik semua itu ada beberapa fenomena dan intrik politik yang bisa kita kaji secara Sosiologis bahwasanya kembali Jokowi selalu memakai symbol sebagai proses pencitraan terhadap keberlangsungan kehidupan politiknya.
Kemeja putih sebagai symbol pemaknaan kesucian menjadi trend baru dalam bentukan cabinet yang dibangun atas pondasi kerja keras yang dikendaki oleh sang Presiden. Satu persatu kemudian para menteri diperkenalkan kepada public, entah apa maksudnya yang jelas Jokowi menggeser tradisi yang sacral menjadi begitu elegan dan seperti halnya menabrak dinding formalitas yang terpasung di Istana negara selama ini. Nama-nama yang dipanggil adalah mereka yang bagi saya sendiri merupakan hasil mapping politik yang dilakukan oleh koalisi Indonesia Hebat, seperti ini gambaran yang bisa saya sampaikan
30 persen untuk partai pendukung koalisi
30 persen untuk professional murni
30 persen untuk professional yang terafiliasi
10 persen untuk tim Yusuf Kalla
Apapun yang terjadi, struktur bangunan politik harus mendapat dukungan dari koalisi, sebab ada beberapa agenda yang mestinya harus mendapatkan dukungan yang besar dari partai pendukung. hal selanjutnya yang menarik dari pengumuman para calon mentri sepertinya pada acara-acara penganugrahan yang seringkali tampil di layar televisi kita. Bagi sebagian orang hal ini dianggap berlebihan dan kurang produkstif karena lebih mengemukakan sensasi daripada subtansi dari sebuah perkenalan. apa yang dikehendaki, lagi-lagi hanya jokowi yang tau.
Mengemukakan calon menteri bagi Jokowi dan Yusuf kalla bukanlah pekerjaan yang mudah, ada usaha untuk kemudian memilih rekan kerja yang memiliki kredibilitas yang luar biasa dan terlebih lagi yaitu mereka yang harus bersih dari korupsi dan tidak akan korupsi, maka di ajukanlah nama-nama yang akan menjadi menteri ke Komisi Pemberantasan Korupsi dan PPATK. apa maksud dibalik semua itu, bukankah kita memiliki jaksa Agung atau juga dengan Mahkamah Agung, apa kemudian ini bukan suatu pelecehan karena presiden lebih percaya pada lembaga Ad-hoc ketimbang lembaga negera. kalaupun itu hak preogratifnya presiden tapi harus ada etika politik yang dimainkan oleh presiden. Jangan sampai KPK hanya sebagai lahan cuci tangan ketika desakan dari koalisi untuk posisi menteri membuat sang presiden semakin kebingungan. Ada perkembangan persepsi bahwasanya Jokowi tidak mampu melawan megawati dan kelompok PDI-p sehingga bermain dengan citra KPK sebagai lembaga lagi ngetrend sebagai sang pemberantas korupsi. ahk,,, lagi-lagi saya harus bersabar, inilah yang saya sebut dengan pengembirian lembaga pemberantas korupsi.
Statmen apapun yang akang kita ajukan tentunya bukan yang terbaik untuk perubahan tapi paling tidak kita inginkan perubahan itu bisa terjadi. Jokowi dengan segala intrik politik yang menyerupai drama sangat membuat saya kagum terlebih ketika memutuskan untuk penyusunan cabinet akan didomonasi oleh professional, namun alangkah kagetnya ketika semua itu terjawab, yang jelas istilah “tidak ada makan siang gratis” sudah terakomodir dalam pikiran Jokowi jadi persetan dengan janji dan pengharapan yang pernah terucap di saat kampanye. inilah yang saya sebut dengan tragedy cabinet kerja karena orang yang tersusun adalah hasil tekanan ditambah ancaman dan lebih parahnya lagi ditambah dengan “sok tau” nya sang presiden. semoga Indonesia masih terus hebat seperti yang diharapkan…. amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun