Mohon tunggu...
Chairil Anwar B.
Chairil Anwar B. Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Kasar

Dilihat dari sisi manapun, rasanya tak ada yang menarik dari diri saya. Karena itu, ada baiknya bila saya abaikan saja bagian ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Mark Twin

30 Januari 2023   19:31 Diperbarui: 30 Januari 2023   19:50 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setibanya di rumah, dengan perasaan yang sama seperti di toko buku tadi, saya merobek plastik pembungkus novel itu secara pelahan-lahan lalu mendekatkannya ke depan hidung untuk sekadar menghirup aroma di sekitar rawa-rawa, tempat di mana Phip menghabiskan masa kecilnya, atau aroma dataran rendah yang panas, tempat di mana lelaki bernama Pedro Paramo berumah.

Sesudah ritual aneh itu, saya membuka lembar pertama (Great Expectations) dan menuliskan tanggal, bulan, dan tahun pembelian. O, satu lagi; saya juga menuliskan nama saya. Dan, karena saya sudah pernah membaca novel itu versi pdf, sudah barang tentu saya tahu bagaimana bagian pembukanya. Tetapi tidak! Saya keliru. Ia berbeda sama sekali. Untuk lebih jelasnya, berikut kutipan Great Expectations karya Charles Dickens yang bersampul ungu tersebut:

"Nama keluarga ayahku Pirrip, dan nama baptisku Philip, llidah cadalku tidak dapat menyebut kedua nama panjang itu lebih dari Pip. Sehingga, kusebut diriku sendiri Pip, dan kemudian semua orang pun memanggilku Pip. Aku kehilangan kedua orang tuaku sejak kecil, sejak itu aku dirawat oleh saudara perempuanku, Mrs Joe Gargery, yang suaminya adalah seorang pandai Besi".

Persis! Itulah paragraf pertama Great Expectations yang diterbitkan oleh penerbit Narasi -- tidak diketahui siapa penerjemahnya. Bandingkan dengan terjemahan di bawah ini:

Nama keluarga ayahku Pirrip, dan nama baptisku Philip, tetapi yang bisa diucapkan secara singkat dan jelas oleh lidah bayiku adalah Pip. Maka, aku menyebut diriku Pip dan semua orang pun memanggilku Pip.

Aku mengetahui bahwa Pirrip adalah nama keluarga ayahku, selain dari batu nisannya, juga dari kakakku, Mrs. Joe Gargery, yang menikah dengan pandai besi. Aku tidak pernah berjumpa dengan ayah atau ibuku dan tidak mengetahui wujud mereka (karena mereka hidup lama sebelum foto ditemukan), bayangan pertamaku mengenai sosok orangtuaku mau tidak mau kuperoleh dari batu nisan mereka. Bentuk abjad di batu nisan ayahku memberiku gagasan aneh bahwa dia berbadan tegap, kekar, berkulit gelap, dan berambut ikal hitam. Dari lekak-lekuk tulisan, "Terbaring Juga, Georgiana, Istri Pria di Atas," otak kanak-kanakku menyimpulkan bahwa ibuku sakit-sakitan dan wajahnya berbintik-bintik. Untuk lima batu nisan belah ketupat... .

Terasa bedanya, kan? Kedua paragraf itu (yang kedua tidak sampai selesai) saya ambil dari Great Expectations yang diterjemahkan oleh Berliani Mantili Nugrahani dan Miftahul Jannah.

Agaknya saya memang perlu menambahkan; "Hati-hati juga membaca novel terjemahan, Anda bisa kecewa karena salah terjemah".***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun