Ada satu lagu anak-anak yang sering saya dengar bertahun-tahun lalu dan masih saya ingat sampai saat ini. Ia bahkan menggambarkan secara jelas apa yang saya lakukan setiap pagi. Berikut liriknya:
Bangun tidur kuterus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi kutolong ibu
Merapikan tempat tidurku
...
Lari pertama dan kedua lagu itu yang saya maksud (bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi). Sesudah mandi saya mengenakan pakaian, menyisir rambut ke samping kiri, atau ke samping kanan, lalu cepat-cepat pergi ke tempat kerja agar tidak terlambat. Soal bagaimana kondisi kamar saya, itu urusan nanti. Yang jelas, saya harus tiba di tempat kerja tepat waktu agar atasan saya tidak marah-marah.
Pikiran semacam itu (takut terlambat, takut dimarahi), yang selalu menemani pagi saya, membuat saya tidak bergairah pada jam-jam berikutnya, seolah-olah ada beban berat di punggung saya. Saya kira James Clear benar; saya perlu memastikan bahwa setiap pagi pikiran saya berada pada kondisi paling tenang agar gairah untuk melakukan sesuatu tetap terjaga.
Salah satu pendeta Budhisme, Zen, punya kebiasaan unik setiap pagi. Ia biasa duduk tenang sambil memejamkan mata, membayangkan dirinya berada di taman bunga, merasakan aroma bunga-bunga itu, merasakan butiran embun yang masih menempel pada setiap helai daun dan kelopak bunga -- semata agar pikirannya berada pada kondisi paling tenang.
Saya ingin seperti dia. Saya tidak ingin mandi setelah bangun tidur, tidak ingin cepat-cepat menggosok gigi, tidak ingin terburu-buru pergi ke tempat kerja, juga tidak ingin kebiasaan ini terus berlanjut sebab ia tidak akan membawa saya ke mana-mana.
Akhirnya, dengan modal niat dan tidur lebih cepat dari biasanya, saya bisa bangun lebih awal, bisa menikmati secangkir kopi sambil merokok dengan tenang, kadang sambil membaca sebuah puisi atau menulis satu paragraf, dan apabila jarum jam sudah tiba pada angka enam, saya baru bergerak ke kamar mandi. Sesudah mandi saya mengenakan seragam, menyisir rambut secara perlahan, membereskan tempat tidur, lalu berangkat ke tempat kerja setelah membaca doa.
Ini menyenangkan, kawan.
Setelah satu minggu, saya merasa ada sesuatu yang berbeda; saya lebih bergairah, seolah-olah beban di pundak saya sudah diturunkan. Pendek kata: Untuk mengubah kebiasaan, Anda perlu memastikan bahwa Anda memulai hari dengan bahagia. Tapi jika selama ini Anda selalu melewati pagi dengan perasaan itu, saya hanya ingin bilang; "Pertahankan!"***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H