Sebelum pertemuannya dengan Von de Wall, Raja Ali Haji sudah menulis kitab Bustan al-Katibin, sebuah kitab tentang tata bahasa (ejaan) Melayu. Kitab tersebut, secara umum, dibagi menjadi tiga bagian; pembuka (mukadimah), isi (pasal-pasal), dan penutup (khatimah).
Pada bagian pembuka, Raja Ali Haji menekankan akan pentingnya ilmu, akal, adab, dan budi bahasa. Pada bagian kedua kitab berisi ejaan Jawi bahasa Melayu, dengan tiga kelas kata;Â isim, fi'il, dan harf. Terakhir, pada bagian ketiga, ia mengingatkan kepada para penuntut ilmu agar mematuhi segala adab dan peraturan dalam menuntut ilmu; kepada para guru, supaya mengajar secara tertib atau mengikuti susunan kitab dan pasal-pasalnya; kepada para penyalin kibab, supaya tidak mengurangi atau melebihi kandungan kitab.
Pada bagian akhir kitab Raja Ali Haji meminta -- kepada siapa saja yang menggunakan kitabnya -- agar memohonkan ampun kepada Allah atas dirinya. Kitab ini ditutup dengan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad S.A.W., keluarga, serta sahabat beliau. Mengenai kapan kitab itu selesai dikerjakan, Raja Ali Haji menulis; "Telah terselesailah mengarang kitab ini pada Sembilan belas hari nilan Zulkaidah, hari Ithnin, waktu dhuha, sanat 1267 H."
Pada tahun-tahun berikutnya kitab Bustan al-Katibin dianggap sebagai buku pertama yang meletakkan dasar-dasar tata bahasa melayu secara struktural, sekaligus merupakan cikal-bakal Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kitab tersebut juga pernah digunakan sebagai panduan pemakaian bahasa Melayu dalam karya tulis T. Iskandar dan van der Putten dan bahkan digunakan di sekolah-sekolah di Johor dan Singapura.
Selain kitab Bustan al-Katibin, Raja Ali Haji juga menulis Tsamarat al-Muhimmah, sebuah kitab yang berisi nasihat dan aturan kepemerintahan yang ia tulis untuk sepupunya, Raja Ali bin Ja'far, atau Yang Dipertuan Muda XIII, dan beberapa karyanya yang lain juga terbit dalam bahasa dan majalah Belanda; Syair Abdul Muluk dalam Tijdschriff Voor Neerlandsch, sebuah syair tanpa judul dalam Wanasarie, dan Gurindam Dua Belas yang diterbitkan oleh Elisa Netscher, orang Belanda yang fasih berbahasa Melayu, dalam Tijdschriff van het Bataviasch Genostchap (TGB).
**
Sejak pertemun itu, atau sejak 1857 sampai 1872, Raja Ali Haji menulis sekitar 113 surat untuk Von de Wall. Tentu ada banyak hal yang disampaikan oleh Raja Ali Haji kepada purnawirawan itu, tetapi ada baiknya jika kita membatasi hubungan mereka pada proses pengumpulan kata-kata untuk kamus dwibahasa. Pendek kata; Raja Ali Haji mengumpulkan kata-kata dan menjelaskan kata-kata tersebut secara ringkas seperti yang diinginkan oleh Von de Wall.
Pada saat yang sama, Raja Ali Haji juga menulis penjelasan untuk beberapa kata secara panjang lebar dengan asumsi bahwa tidak semua kata dapat dijelaskan secara singkat, dan apa yang ia tulis penting bagi orang Melayu. Dalam salah satu suratnya, Raja Ali Haji menambahkan bahwa ia menjelaskan kata-kata tersebut dengan memasukkan cerita-cerita dan syair untuk menyenangkan hati muda-mudi dan untuk mempermudah mereka memahami maknanya.
Akhirnya, pada Februari 1868, Raja Ali Haji telah selesai menyusun 3.730 lema dan, pada 1872, ketika kamus tersebut sudah selesai sampai huruf 'g,' ia mengirim permohonan kepada pemerintah Belanda melalui Von de Wall agar kamus tersebut dicetak. Tetapi kamus itu tidak pernah dicetak sampai pada 1927, setahun sebelum Kongres Pemuda II, kitab tersebut (kitab Pengetahuan Bahasa, Kamus Logat Melayu Johor, Pahang Lingga) dicetak di percetakan Mathba'ah al-Ahmadiyah di Singapura.
(Kitab ekabahasa itulah, pada Kongres Pemuda II, menjadi dasar bagi bahasa Indonesia).***
Daftar Pustaka
Al-Azhar, Van der Putten. (2007). Dalam Berkenalan Persahabatan, Surat-surat Raja Ali Haji Kepada Von de Wall. (Aswandi Syahri, terjemahan). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Helmiati. (2008). Genealogi Intelektual Melayu, Tradisi dan Pemikiran Islam Abad Ke-19 di Kepulaun Riau -- Lingga. Pekanbaru: Suska Press.
Roza, Ellya. (2012). Tinjauan Sejarah Terhadap Naskah dan Teks Kitab Pengetahuan Bahasa, Kamus Logat Melayu Johor Pahang Riau Lingga Karya Raja Ali Haji. Jurnal Sosial Budaya, 9 (2), 172-194.