Saya dibesarkan oleh Ibu yang sangat well organized. Meskipun Beliau adalah seorang wanita karier namun Beliau dapat membagi waktu antara dunia kerja dan keluarga dengan baik. Ia selalu mempersiapkan dan merencanakan sesuatu dengan matang. Mulai dari bangun hingga tidur. Jika kami berpergian, Ibu pasti selalu membawa cemilan dan minyak kayu putih.Â
Gejala sakit mulai muncul, minyak kayu putih telah siap sedia. Saya dan adik-adik saya juga sudah terbiasa dengan aroma minyak kayu putih sejak kecil karena Beliau tak lupa mengoleskan minyak kayu putih sehabis kami mandi. Mungkin hal ini juga merupakan kebiasaan para Ibu di seluruh Indonesia. Ibu saya memang concernterhadap kesehatan anak-anaknya.Â
Awalnya, saya sempat menganggap bahwa tindakan Ibu cukup protectivetetapi ketika saya menjalani hidup sendirian di perantauan telah menyadarkan saya bahwa Ibu saya adalah Ibu terbaik di dunia. Beliau juga berorientasi jangka panjang dan selalu menekankan kepada saya untuk menjadi wanita yang mandiri dan berani berbeda untuk hal-hal yang positif.
Teringat saat saya baru pindah ke Jakarta dimana kultur yang sangat berbeda dengan Bengkulu. Mulai dari bahasa, pergaulan, lingkungan, dan masih banyak lagi. Kala itu, saya masih SMP dan saya ingin berubah menjadi pribadi yang lebih terbuka dan aktif. Saya pun aktif sebagai anggota PMR (Palang Merah Remaja) di sekolah. Menjadi petugas kesehatan ketika upacara adalah salah satu tugas kami.Â
Terkadang, ada beberapa siswa yang tumbang bahkan pingsan ketika pelaksanaan upacara. Salah satu pertolongan yang diberikan adalah mengoleskan minyak kayu putih ke bagian badan yang mengalami gejala sakit. Awalnya sulit untuk menghadapi perbedaan yang ada, namun pelajaran yang saya dapat adalah dengan menjadi berbeda kita dapat meruntuhkan perbedaan itu sendiri.
Tak ayal, saya pun tidak bisa menghindari konsekuensi dinginnya malam saat itu. Berbeda dengan masa sekolah, menjadi seorang mahasiswa adalah fase pendewasaan diri dimana saya harus menjadi pribadi yang mandiri. Minyak kayu putih adalah salah satu langkah preventif agar terhindar dari masuk angin dan gejala penyakit lainnya.Â
Dengan ukuran yang kecil dan tidak memakan spaceyang banyak, minyak kayu putih dapat diandalkan jika berpergian. Saat kerja praktik di salah satu perusahaan di Gresik, Jawa Timur saya juga tak lupa untuk membawa minyak kayu putih, sesuai dengan pesan Ibu saya. Benar saja, dengan kondisi lingkungan kerja yang baru, minyak kayu putih benar-benar sangat membantu kala itu! Bukan hanya bagi saya, namun juga untuk teman-teman kerja praktik. Jika kepala pusing, cukup oleskan saja minyak kayu putih dan voila... kepala menjadi lebih enteng.
Tatkala tenggelam dalam rutinitas kerja, kita seolah lupa dengan kesehatan sendiri. Kepala pusing namun harus bertemu klien? Oleskan saja minyak KayuPutihAroma. Badan siap, penampilan pun tetap outstanding. Hal ini mungkin juga akan berlaku bagi saya yang akan memasuki dunia kerja sebentar lagi. Apalagi sebagai mahasiswi teknik dengan frekuensi kerja di lapangan yang tinggi, badan harus siaga dalam keadaan apapun. Wanita teknik tidak selamanya cuek akan penampilan luar. Seperti pesan Ibu saya, tidak perlu berlebihan namun harus rapi dan bersih agar dapat memberikan impresi yang baik.Â
Minyak KayuPutihAroma akan menjadi teman kerja saya nantinya seperti Ibu saya yang selalu ditemani oleh minyak kayu putih. GueBeda untuk keluar dari zona nyaman dan melanjutkan perjuangan Ibu saya. Ah, aroma minyak kayu putih mengingatkan saya dengan Ibu di rumah. Meskipun beda generasi, minyak kayu putih tetap menghiasi.