Mohon tunggu...
Adzan Koeboe
Adzan Koeboe Mohon Tunggu... -

Alumni Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya), Jurusan Sastra Daerah Minangkabau, Universitas Andalas Padang. Berdomisili di Jambi. Menulis puisi dan telah dipublikasikan di beberapa media cetak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penyair dan Sapu Lidi (Puisi C. H. Yurma)

22 April 2011   08:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:32 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

penyair itu terpana

menatap warna merah menyulap rumahnya

yang dulu berwarna putih menjadi hitam

benar-benar hitam

ketika itu langit merah akan menjadi hitam

hanya tubuh bersisa dari apa yang dimilikinya

tiba-tiba ia merasa rumah itu adalah tubuhnya yang memiliki warna merah

dan terkadang menyulap putih hatinya menjadi hitam

ia bayangkan rumah itu terpana ketika warna merah menyulap putih hatinya menjadi hitam

putih yang membuatnya menjadi betah sedangkan hitam itu membuatnya menjauhi betah

tiba-tiba kata-kata yang ia dapatkan sepanjang menjauhi betah telah menghilang

ia berbalik menelusuri jalan yang tadi dilewatinya

ia yakin kata-kata yang telah dilahapnya dengan ingatan

pulang kepada peristiwa yang telah menjadi rumah bagi kata-kata itu sendiri

tapi kata-kata tak bisa ditemukan karena langit telah menjadi hitam

terpaksa ia gunakan sapu lidi yang tergeletak di halaman rumah orang yang tak dikenalnya

ia coba mengumpulkan kata-kata

tapi kata-kata memang tak bisa lagi ditemukan

kata-kata sepertinya membutuhkan kemerdekaan meski telah memiliki rumah

seperti dirinya

dan kata-kata itu telah menyelamatkan diri ke tempat-tempat lengang

di tempat itu kata-kata kembali kawin dengan waktu

dan waktu pun mengandung

kemudian melahirkan peristiwa baru

kembali menjadi kata-kata baru

2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun