penyair itu terpana
menatap warna merah menyulap rumahnya
yang dulu berwarna putih menjadi hitam
benar-benar hitam
ketika itu langit merah akan menjadi hitam
hanya tubuh bersisa dari apa yang dimilikinya
tiba-tiba ia merasa rumah itu adalah tubuhnya yang memiliki warna merah
dan terkadang menyulap putih hatinya menjadi hitam
ia bayangkan rumah itu terpana ketika warna merah menyulap putih hatinya menjadi hitam
putih yang membuatnya menjadi betah sedangkan hitam itu membuatnya menjauhi betah
tiba-tiba kata-kata yang ia dapatkan sepanjang menjauhi betah telah menghilang
ia berbalik menelusuri jalan yang tadi dilewatinya
ia yakin kata-kata yang telah dilahapnya dengan ingatan
pulang kepada peristiwa yang telah menjadi rumah bagi kata-kata itu sendiri
tapi kata-kata tak bisa ditemukan karena langit telah menjadi hitam
terpaksa ia gunakan sapu lidi yang tergeletak di halaman rumah orang yang tak dikenalnya
ia coba mengumpulkan kata-kata
tapi kata-kata memang tak bisa lagi ditemukan
kata-kata sepertinya membutuhkan kemerdekaan meski telah memiliki rumah
seperti dirinya
dan kata-kata itu telah menyelamatkan diri ke tempat-tempat lengang
di tempat itu kata-kata kembali kawin dengan waktu
dan waktu pun mengandung
kemudian melahirkan peristiwa baru
kembali menjadi kata-kata baru
2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H