Mohon tunggu...
Althamira Frishka
Althamira Frishka Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis yang tertarik dengan kesehatan mental, perempuan dan anak. Temukan karya A.F di IG @althamirafrishka

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Merasa Sendiri? Alarm Bahaya, Nih!

10 Desember 2021   09:08 Diperbarui: 10 Desember 2021   09:27 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Pixabay

"Kunci penting pada deteksi dini, kamu menyadari dan percaya bahwa ada yang nggak biasa dengan kamu. Dengan menyadari kondisi ini, kamu selangkah lebih maju pada kesembuhan mental."

A.F

"Tidak ada kesehatan tanpa mental yang sehat"

Utami Sanjaya, Psikiater

Buat kamu yang masih ngerasa nggak nyaman ngantri di Poli Jiwa atau Poli Psikiater, dan Psikolog.

Ngerasa sendiri di dunia ini? Don't worry, bukan cuma kamu yang ngerasain hal itu. Karena ada banyak orang juga merasakan hal yang sama. Dan ... di sini saya nggak bakal mengaitkan mental issue dengan kondisi iman seseorang. Pure kita lihat secara objektif, ya. 

Yuk, saya tekankan untuk kesekian kalinya. Artikel kali ini saya tulis berdasarkan Talkshow Radio Malowopati Kab. Bojonegoro di Program Acara Ayo Mas Bro dengan narasumber Psikiater RSUD Sosodoro Djatikoesome Bojonegoro, Utami Sanjaya. Saya selaku penulis yang aware dan dekat banget dengan mental issue kayaknya gak afdol kalau nggak punya record tertulis dari siaran waktu itu. Nah, langsung aja, ya. Ada beberapa pengembangan agar lebih menarik untuk kalangan anak muda (poin inti tetap sama) dan beberapa kutipan langsung saya alami sendiri sebagai pendamping mental issue.

Bagaimana, sih cara kita untuk mendeteksi dini kalau punya mental issue?

1. Gue itu moody-an tapi kalau kerja cepat kok ...

Kita perlu "mengenali diri sendiri", entah itu kelebihan dan kekurangan. Tulislah di salah satu buku, atau notepad di gawai apa kelebihan dan kekurangan kamu. Suka ngupil, nguping dan ngutil. Eh! Enggak, lah ya ^^

2. Gue kok tiba-tiba jadi gini ya?

Nah, ada "perubahan yang nggak kayak biasanya". Misalnya biasanya penuh semangat, eh tiba-tiba jadi lesu, males. Dan perubahan mood ini drastis banget. Kayak tadinya ngobrol biasa aja, tapi tiba-tiba jadi marah sampai membuncah. Kamu perlu aware dengan diri kamu untuk bisa mendeteksi dini. 

3. Hai kawan, gue mau cerita nih ...

Ceritalah pada seseorang yang kamu percaya, seseorang yang mengerti kamu dan sosok pendengar yang baik. Pun saya di sini nggak bisa mengkategorikan seseorang itu ayah, ibu, saudara atau teman. Karena lingkungan sosial orang pasti berbeda-beda. Ada yang nyaman cerita dengan ibu, ada juga yang enggak. Atau ada yang lebih nyaman cerita dengan teman, ada yang enggak. Pokok kuncinya adalah seseorang yang mengerti kamu.

4. Sudah mencoba tiga poin di atas dan tetep nggak bisa?

Tandanya kamu membutuhkan bantuan ahlinya. Karena ada kondisi di mana seseorang yang punya mental issue nggak percaya pada siapapun, bahkan suami, anak atau istri sendiri dia nggak percaya. 

Studi kasus : Merasa Sendiri

Pertolongan pada ahli diperlukan jika kamu mulai merasa sendiri. Artinya, kamu yakin bahwa nggak ada yang bisa membantu dan nggak ada yang bisa ngerti kamu. Kamu nggak punya keluarga yang men-suport bahwa ada sesuatu yang nggak biasa di diri kamu. Untuk itu, kamu perlu percaya dan yakin, "Eh, ada yang salah dengan gue, nih."

Maka ... 

Jika tidak punya keluarga yang mendukung, carilah komunitas positif yang membantu kamu. Dengan "merasa sendiri" padahal sebenarnya ada banyak yang peduli pada kamu - merupakan alarm bahaya bahwa kamu memiliki mental issue. 

Jika tidak ditangani dengan baik, maka akan muncul ciri-ciri lainnya. Seperti takut dan cemas berlebihan, sulit tidur dan mood terganggu. Hingga membutuhkan intervensi obat. Sadar lebih dini lebih baik.

Stigma negatif dari kesehatan mental menurun dapat mencegah terjadinya ODGJ berat. Sehingga stigma miring tadi dan kesadaran mental issue justru dapat menangani masalah itu. Poin penting lain, pasien menerima kondisi psikolognya. 

Utami Sanjaya, Psikiater

Artikel selanjutnya, kita akan membahas mental issue taraf selanjutnya, yaitu Psikotrik. Apa sih, psikotrik?

Althamira Frishka, Jawa Timur, 10 Desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun