Mohon tunggu...
Chafit Ulya
Chafit Ulya Mohon Tunggu... Dosen - Dosen PBSI FKIP Universitas Sebelas Maret

Chafit Ulya merupakan dosen di Universitas Sebelas Maret sejak tahun 2013. Ia mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis sedang memulai aktif dalam dunia penulisan esai/opini di media-media online.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendampingan Keterampilan Hantaran bagi Guru SLBN Boyolali sebagai Penyiapan Post School bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

2 Juli 2021   16:52 Diperbarui: 2 Juli 2021   17:07 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Kegiatan Pendampingan Keterampilan Hantaran bagi Guru SLBN Boyolali/Dokpri

Siswa berkebutuhan khusus pasca sekolah mengalami banyak tantangan, mulai dari rendahnya keterserapan kerja, kemandirian ekonomi serta masalah sosial lainnya. Mereka membutuhkan bekal keterampilan sebagai persiapan kehidupan pasca sekolah (post-school) agar siap menjadi angkatan kerja yang terampil. Selama ini kurikulum sekolah telah menerapkan 70% kurikulum vokasional bagi siswa berkebutuhan khusus jenjang atas, dari kurikulum vokasional tersebut idealnya sudah membekali calon lulusan pada keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan vokasi yang membawa Anak Berkebutuhan Khusus pada kemampuan sebagai angkatan kerja yang terampil. Akan tetapi tampaknya para lulusan belum banyak yang terserap dalam dunia kerja salah satunya karena factor kebutuhan pasar. Untuk itu Upgrade keterampilan terkini perlu dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar tersebut.

Keterampilan Hantaran sampai saat ini menjadi trend bisnis yang cukup menjanjikan. Pada acara pernikahan atau lamaran biasanya ada prosesi pemberian hantaran seserahan pernikahan. Pengertian Hantaran sendiri adalah oleh-oleh atau buah tangan yang diberikan keluarga pihak pengantin pria kepada keluarga pengantin wanita atau sebaliknya. Hantaran untuk pernikahan ini biasanya berupa berbagai macam barang dan makanan yang dihias dan dikemas secara menarik dan indah. Karena menariknya wujud visual dari hantaran dan trend bisnis bidang ini, dalam kompetisi Siswa berkebutuhan khusus tingkat provinsi dan nasional melombakan bidang hantaran, seperti pada ajang LKSN ABK (Lomba Keterampilan Siswa Nasional Anak Berkebutuhan Khusus) atau LKISN ABK (Lomba Kreatifitas Inovasi Siswa Nasional khusus ABK). Artinya Keterampilan Hantaran sangat mungkin untuk dikuasai oleh anak berkebutuhan khusus. Dalam hal ini potensi ABK terhadap bisnis Hantaran, atau menjadi karyawan/tenaga kerja bidang hantaran bukan hal yang mustahil.tidak menutup kemungkinan bahwa SLB secara khusus dapat menangkap peluang tersebut dengan melatih calon lulusan dan memasukkan keterampilan Hantaran dalam salah satu bahan kurikulum Vokasional di sekolah, sehingga lulusan SLB memiliki peluang mandiri secara ekonomi. Namun demikian belum banyak guru-guru Sekolah Luar Biasa yang menguasai ketrampilan Hantaran ini untuk diajarkan kepada siswanya sebagai bagian dari kurikulum vokasional yang diterapkan di sekolah untuk bekal siswa mandiri ekonomi pasca sekolah. Selain itu konsep Post School Transition bagi Anak berkebutuhan khusus masih belum terimplikasi dalam pembelajaran, secara umum siswa baru dilatih keterampilan bina diri dan atau mengurus diri sendiri, belum pada kegiatan bernilai ekonomi.

Bergerak dari fakta tersebut tim pengabdi Riset Grup Pengembangan Ilmu dan Kebijakan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan yang diketuai oleh Prof. Dr. Sunardi, M.Sc bersama tim diantaranya Sugini, M.Pd, Tias Martika, M.Pd dan Donni Prakosha, M.Pd menginisiasi menggandeng dua mitra berpotensi untuk berkolaborasi melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat melalui pendampingan Hantaran bagi Guru dan siswa berkebutuhan khusus sebagai persiapan pasca sekolah. Kedua Mitra yang dimaksud adalah SLB N Boyolali yang beralamat di di Bangun Harjo RT 04 Rw 2, Pulisen Boyolali Jawa Tengah. Merupakan sekolah negeri yang menampung berbagai macam jenis Anak Berkebutuhan Khusus dalam satu sekolah. Sekolah ini memiliki rombongan belajar sejumlah 22, dengan jumlah guru 24, jumlah siswa 110. Artinya bahwa dalam satu kelas SLB memiliki kapasistas siswa hanya sejumlah 5 orang anak. Mitra yang kedua adalah Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Cenil beralamat di Jl. Raya Gawok Dusun I Purbayan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. Ibu Ni Luh Putu Sukerti, SE merupakan pendiri, pengelola sekaligus pelatih dan penguji di LKP Cenil. Track Record LKP cenil dalam melatih Hantaran sudah teruji, Lembaga ini sudah berpengalaman melatih dan bekerjasama dengan berbagai instansi pemerintah, swasta maupun sekelompok ibu dan remaja di luar instansi. Sedangkan Riset Grup Pengembangan Ilmu dan Kebijakan Program Studi Pendidikan Luar biasa berperan dalam Pendampingan rancangan pembelajaran vokasi keterampilan hantaran di SLBN Boyolali untuk mengakomodasi masuknya keterampilan Hantaran sebagai muatan kurikulum vokasional di sekolah tersebut. Selain itu guru-guru mendapatkan informasi terkait Post-School Transition bagi peserta didik berkebutuhan Khusus.

Kegiatan ini dilakukan selama 3 tahap, pertama pendampingan rancangan pembelajaran Post-school transition, kedua pelatihan membuat souvenir khas daerah berbahan batik, kemudian yang ketiga pelatihan membuat hantaran berbahan mukena dan Sajadah. Selama kegiatan guru-guru SLB N Boyolali sangat antusias mengikuti sampai akhir menghasilkan produk souvenir dan Hantaran. Mereka membanggakan hasil pelatihan dengan berfoto dan mengunggahnya di social media. Antusiasme guru-guru terhadap ilmu baru membuat keterampilan hantaran semoga membawa dampak yang signifikan terhadap kesiapan peserta didik berkebutuhan khusus mengahadapi kehidupan paska sekolah. Guru menjadi terampil dalam mengajarkan keterampilan Hantaran sebagai salah satu muatan kurikulum vokasional bagi Siswa berkebutuhan Khusus, sehingga siswa dapat menguasai keterampilan tersebut dalam mempersiapkan diri pada transisi masa sekolah dan dunia kerja. Siswa tidak hanya dibekali keterampilan bina diri dan atau mengurus diri sendiri akan tetapi menuju keterampilan bernilai ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun