Mohon tunggu...
Chaerunnisa Rahmatika
Chaerunnisa Rahmatika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurnalisme Komik, Cara Segar untuk Menarik Minat Anak dalam Membaca Berita

26 Desember 2022   12:30 Diperbarui: 26 Desember 2022   12:40 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada banyak genre jurnalisme di Indonesia, salah satunya jurnalisme komik. Jurnalisme komik merupakan genre yang mengemas pemberitaan dalam format komik. Indramaju tak Terlupakan merupakan jurnalisme komik pertama yang ada di Indonesia. 

Terbit pada 14 Maret 1965, jurnalisme komik tersebut bercerita mengenai konflik lahan antara petani dengan Jawatan Kehutanan pada 15 sampai 16 Oktober 1964. Akibat konflik tersebut, lima petani diadili karena dituduh menyerang polisi kehutanan. Lima petani Indramayu itu kemudian dijatuhi hukuman penjara. Komik tersebut diterbitkan oleh surat kabar Harian Rakjat pada saat itu.

Jurnalisme komik merupakan genre jurnalisme yang cukup cerdas dalam menggaet khalayak untuk membaca berita. Dengan tampilan visual yang menarik beserta narasi yang singkat, membuat khalayak mudah dalam mencerna informasi yang diterima. 

Melansir dari laman website Jurnaliskomik.com, genre tersebut sempat mendatangkan perdebatan dimana adanya pelarangan terhadap kegiatan jurnalistik dalam mencampurkan fakta dan opini jurnalis atau komikus. Hal tersebut sejalan dengan ilustrasi komik karena merupakan bagian dari imajinasi yang dikarang atau opini pribadi komikusnya.

Meski begitu, Jurnaliskomik sendiri merupakan media alternatif pertama di Indonesia yang mengadopsi format jurnalisme komik dalam setiap pemberitaanya. 

Dengan tetap memperhatikan kode etik, elemen dan ketentuan jurnalistik lainnya, pemberitaan dalam media tersebut dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya sebagai karya jurnalistik. 

Hasbi Ilman selaku pemimpin redaksi Jurnaliskomik memiliki tujuan untuk mengembangkan genre tersebut dengan mengkhususkan pemberitaan pada cerita-cerita kecil yang dianggap sebagai catatan kaki atau tidak diperhatikan oleh publik dan media arus utama.

Hadirnya jurnalisme komik di Indonesia menjadi daya tarik baru bagi masyarakat untuk memahami isu atau peristiwa penting yang sedang terjadi. 

Untuk membuktikan adanya daya tarik masyarakat, Adli dan Darmawan melakukan penelitian terhadap followers Instagram Jurnaliskomik dengan tujuan mencari hubungan antara penggunaan ilustrasi komik dengan minat membaca. Hasilnya menunjukkan jika penggunaan ilustrasi komik sangat mempengaruhi minat baca followers Instagram Jurnaliskomik terhadap karya yang mereka buat.

Aspek yang menarik merupakan kunci utama khalayak sebagai pembaca Jurnaliskomik dalam memahami isu atau berita yang mereka sampaikan, dan membuat khalayak ingin terus membaca di media tersebut. 

Peneliti juga menjelaskan jika pembaca mudah memahami relevansi gambar dengan alur cerita yang disampaikan. Kata-kata yang sudah dibangun oleh narasi, ekspresi yang ditunjukkan karakter, garis gerak dan suasana yang menjadi latar belakang yang digambar akan semakin menjadi kombo lengkap untuk membangun berita pada Jurnaliskomik (Adli & Darmawan, 2021).

Media massa umumnya menyajikan berita atau informasi untuk khalayak remaja dan dewasa. Tak banyak media yang secara khusus memiliki segmentasi anak-anak. 

Padahal informasi tidak hanya dibutuhkan oleh remaja atau dewasa saja, melainkan anak-anak juga. Yang menjadi tantangan bagi para jurnalis dalam mengelola media dengan segmentasi anak adalah, sulitnya memposisikan diri sebagai anak-anak, karena orang dewasa cenderung berpikir secara kompleks.

Untuk memenuhi asupan informasi terkait isu atau peristiwa yang sedang hangat dibicarakan, jurnalisme komik dapat menjadi alternatif dalam mengemas informasi tersebut untuk anak-anak. 

Dengan visualisasi menarik dan narasi singkat dalam pemberitaannya, anak-anak akan memiliki ketertarikan dalam membaca berita. Hal tersebut dapat sejalan dengan kemampuan anak-anak saat ini, yang mana sudah bisa mengakses gawai di usia yang relatif masih sangat muda.

Jurnaliskomik dapat mulai memikirkan untuk menyasar segmentasi mereka ke arah anak-anak. Yang perlu dibenahi jika ingin menyasar anak-anak adalah penyesuaian gaya bahasa. Itu karena secara visual dan alur cerita, Jurnaliskomik sudah baik dalam pengemasannya.

Dengan membiasakan anak-anak mengonsumsi berita, diharapkan ke depannya mereka dapat menjadi generasi penerus bangsa yang melek akan segala isu atau peristiwa yang terjadi. 

Selain itu, pentingnya memahami informasi melalui berita merupakan tindakan preventif dalam memerangi minsinformasi, disinformasi dan mal-informasi yang saat ini banyak bertebaran diberbagai media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun