Mohon tunggu...
Chaerunnisa Rahmatika
Chaerunnisa Rahmatika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Pertanyaan Andalan di Hari Raya

24 Juni 2022   12:00 Diperbarui: 24 Juni 2022   12:04 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bersalaman. (Foto: Chaerunnisa Rahmatika)

Hari raya idul fitri menjadi sebuah momen yang paling membahagiakan bagi umat muslim. Pasalnya, banyak orang rela melewati kemacetan saat mudik menjelang hari raya dengan tujuan agar bisa berkumpul dengan keluarga saat hari raya nanti. Apalagi jika kita bisa berkumpul dengan sanak saudara yang sudah lama tidak bertemu dengan kita.

Momen berkumpulnya keluarga ini biasanya dimanfaatkan dengan saling memaafkan, bertukar kabar, membagi atau menerima THR atau sekedar mengobrol santai sambil menikmati opor dan ketupat. Namun, tak selamanya hari raya akan menjadi momen yang indah, khususnya bagi mereka yang mendapat berbagai macam pertanyaan "andalan" dari sanak saudaranya yang lebih tua darinya.

Ada beberapa pertanyaan andalan yang terlontar saat hari raya bagi mereka yang memasuki usia menikah namun masih memilih untuk sendiri dan bagi mereka yang baru menyelesaikan kuliah namun masih belum mendapat pekerjaan yang diinginkan. Pertanyaan tersebut berbunyi "Kapan nikah?" atau "Kok masih sendiri?" dan "Sudah kerja belum?" atau "Kerja dimana sekarang?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut memang terkesan biasa saja, namun terasa menyebalkan bagi mereka yang mendapat pertanyaan tersebut. Biasanya mereka hanya menanggapi dengan senyuman, terlebih jika pertanyaan tersebut keluar dari mulut saudara-saudaranya.

Kondisi tersebut kemudian menjadi perhatian banyak orang, diantaranya ialah publik figur yang mencurahkan permasalahan ini dalam media sosialnya. Salah satunya ialah Fiersa Besari. Penyanyi yang juga seorang traveller ini memang dikenal sebagai seseorang yang selalu mencurahkan berbagai permasalahan umum dalam masyarakat melalu media sosialnya.

Melalui postingan Twitternya, Fiersa Besari mencuitkan kalimat bernada positive thinking dalam menghadapi pertanyaan "kapan nikah". Cuitan tersebut berisi, "Enggak perlu marah-marah. Mungkin om dan tante nanya kapan nikah karena bingung gimana caranya memulai obrolan. Kan, enggak mungkin mereka mulai obrolan dengan pertanyaan terletak di Garut sebelah manakah makam Hitler?" Cuitan tersebut sekilas memang terlihat biasa saja dan jenaka. Namun cuitan tersebut dapat mengarahkan pemikiran kita untuk lebih positif dan bijak jika menghadapi pertanyaan serupa.

Terdapat pandangan lain yang muncul dalam merespon hal tersebut. "Sebetulnya pertanyaan kapan nikah tuh bukan pertanyaan yang menyebalkan juga. Cuma emang kadang momen nanya nya aja kali ya yang gak pas. Jadinya baru aja saling memafkaan kok malah jadi mancing pertengkaran haha," ujar Perempuan berinisial M yang sering ditanya kapan nikah setiap lebaran. M juga menyatakan jika kita bisa menganggap pertanyaan kapan nikah itu sebagai do'a yang diharapkan oleh penanya kepada dia.

Berbeda dengan perempuan berinisial M, perempuan berinisial E kerap kali dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang sudah membawa pacar saat kumpul di hari raya, sementara ia masih betah dengan kesendiriannya.

"Pertanyaan kapan punya gandengan ternyata tetep ditanyain kalo sodara usia muda pada bawa pacarnya masing-masing ke pertemuan keluarga sedangkan aku belum ada. Memang pertanyaannya cukup ringan cuman kalo keterusan kaya nuntut banget buat punya pacar dibawa ke keluarga besar haha," tutur E.

Selanjutnya, pertanyaan "sudah kerja belum?" atau "sekarang kerja dimana?" menjadi pertanyaan kedua yang banyak dilontarkan oleh sanak saudara saat hari raya, terlebih jika mereka merupakan saudara jauh yang jarang kita temui dan kurang mengetahui kehidupan kita. Pertanyaan tersebut dianggap sensitif jika pertanyaan tersebut dilontarkan kepada mereka yang belum memiliki pekerjaan atau bekerja di tempat yang mungkin belum terkenal atau memiliki penghasilan yang tidak terlalu fantastis.

V sebagai orang yang bekerja di perusahaan yang tidak terlalu besar kerap kali dibanding-bandingkan oleh pamannya ketika ditanya kerja dimana. "Kalo aku abis ditanya sekarang kerja dimana, terus jawab di perusahaan A, ujung-ujungnya dibandingin ama anaknya yang kerja di perusahaan yang cukup besar dan terkenal. Padahal udah bisa kerja gak ngebebanin ortu aja udah bersyukur," ujar V.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun