Mohon tunggu...
Chaerun Anwar
Chaerun Anwar Mohon Tunggu... Guru - Guru

Humanities, Nature Lovers, Cultures, and Education

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tren Terputusnya Hubungan Akademik antara Inggris dan Asia

4 Mei 2023   20:22 Diperbarui: 4 Mei 2023   20:26 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel yang dimuat koran Post-Courier Papua Nugini (2-5-2023), tentang pentingnya meningkatkan dan menjaga hubungan bilateral dengan Tiongkok ditengah santernya tekanan proposal kerjasama keamanan dari Amerika Serikat melalui Defence Cooperation Agreement  AS-PNG yang dipaksakan akan ditandatangani tanggal 22 Mei 2023 mendatang, memunculkan banyak pertanyaan tentang mengapa negara-negara Oseania lebih memilih menatap ke arah negara-negara Selatan (Khususnya Tiongkok) dari pada ke Utara (AS).

Pada pertengahan Maret, media Inggris melaporkan bahwa pada tahun 2022, Kementerian Luar Negeri Inggris menolak pemberian visa kepada lebih dari 1.100 ilmuwan dan mahasiswa pascasarjana asing, sehingga mereka tidak dapat melakukan penelitian atau belajar di universitas Inggris. Alasan penolakan didasarkan pada pertimbangan risiko keamanan negara. 

Kementerian Luar Negeri menolak mengungkapkan kewarganegaraan para pemohon yang ditolak. Namun, data yang disediakan oleh universitas-universitas utama (termasuk Oxford, Cambridge, dan Imperial College London) menunjukkan bahwa sebagian besar penolakan tersebut adalah warga negara Asia.

Sebenarnya, jumlah ilmuwan dan siswa yang ditolak masuk ke Inggris telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2016, hanya ada 13 permohonan visa yang ditolak. 

Pada tahun 2020, jumlah pemohon yang ditolak meningkat sepuluh kali lipat menjadi 128. Pada tahun 2022, jumlah tersebut kembali meningkat secara signifikan dengan 1.104 permohonan visa ditolak. 

Di antaranya, 839 siswa dan 265 peneliti. Sebagian besar pemohon yang ditolak ini diperiksa oleh Skema Persetujuan Teknologi Akademik (Academic Technology Approval Scheme; ATAS) yang berada di bawah Kementerian Luar Negeri. ATAS adalah mekanisme pembatasan masuk yang didirikan oleh pemerintah Inggris pada tahun 2007 untuk meninjau masalah yang berkaitan dengan teknologi "dual-use militer-sipil" dan subjek sensitif.

Artikel ini menunjukkan bahwa meskipun Brexit telah membuat universitas Inggris merasa perlu untuk segera beralih ke pengembangan kerja sama dengan universitas di luar Eropa dan meningkatkan penerimaan siswa di Asia dan wilayah lain, dekoplasi teknologi Amerika Serikat dan Tiongkok dan Perang Dingin baru yang sedang terbentuk telah secara signifikan mengurangi ruang kerja sama akademik antara Inggris dan Asia (khususnya Tiongkok), sehingga mengarah pada kecenderungan terputusnya hubungan teknologi dan akademik antara Inggris dan Asia.

A. Penyusutan Ruang Kerja Sama Inggris-Asia

Meskipun sebagian besar pemohon yang ditolak visa mencari untuk belajar dan bekerja dalam penelitian di Inggris, sebagian pemohon sebenarnya adalah para ilmuwan yang telah bekerja di universitas Inggris selama beberapa tahun; penolakan permohonan berarti mereka harus meninggalkan Inggris. 

Data Kementerian Luar Negeri tahun 2022 menunjukkan bahwa dari hampir 50.000 permohonan, 1.104 ditolak, dengan tingkat penolakan sekitar 2%. Namun, karena sebagian besar penolakan tersebut adalah warga negara Asia, ini mencerminkan bahwa pemerintah Inggris sedang menyusutkan ruang kerja sama antara universitas Inggris dan lembaga pendidikan Asia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun