Perjumpaan kembali
Beberapa tahun kemudian, di tahun 2013 ketika berkuliah di Banten dan merantau bekerja di Jakarta, saya mengalami perjumpaan kembali dengan KRL yang sudah berubah menjadi KAI Commuter.
Perjumpaan kembali ini terjadi saat saya menaiki Commuter Line relasi Tangerang-Duri. Pertama kali menginjakkan kaki di stasiun, saya hanya bisa terpana.
Saat menaiki gerbong Commuter, mata saya tak henti menatap setiap sudut kereta mengagumi berbagai perubahannya. Sepanjang perjalanan, saya menatap keluar jendela sambil mengenang betapa perjalanan KAI Commuter sudah begitu panjang.
Karcis yang dulu berbentuk kertas, kini berganti tiket elektronik. Tak ada lagi pedagang asongan di dalam gerbong. Penumpang lebih beraturan, tak ada lagi yang naik di atap. Tak ada lagi gerbong kotor dan bau, berubah dengan gerbong AC yang dingin dan bersih.
Dan bahkan kini terdapat kursi prioritas dan gerbong khusus perempuan. Mungkin hanya 1 yang tidak berubah dari dulu hingga sekarang, tarif yang tetap ramah di kantong penumpang.
Orang yang baru menggunakan KAI Commuter pada era ini, pasti tidak akan percaya kisah pengalaman menggunakan Commuter saya di perjumpaan pertama.
Sejak saat itu, Commuter selalu jadi pilihan ketika harus mengunjungi daerah-daerah di Jabodetabek. Apalagi sistem transportasi Jakarta yang semakin terintegrasi.
Beruntung saya, karena ikut mengalami dan menikmati proses bagaimana stasiun KRL mulai terintegrasi dengan halte Transjakarta, MRT Jakarta, dan di tahun 2023 ini akan terkoneksi dengan LRT Jabodebek yang mungkin belum bisa saya coba dalam waktu dekat.
Karena saya harus berpindah domisili dan tempat kerja dari Jakarta ke Jawa Timur. Saat itu yang saya pikirkan adalah, saya pasti akan merindukan sistem transportasi yang terintegrasi dengan baik di Jakarta.
Perjumpaan terkini