Sebagai daerah yang pertama kali disinari oleh agama Islam dan turut menyinari Islam (hampir) diwilayah Indonesia, Aceh tentu saja memiliki rentetan sejarah yang panjang, baik yang berkaitan dengan Islam itu sendiri ataupun dengan hal-hal lainnya.
Jika diurutkan, tentu saja banyak sekali sejarah yang telah dicatatkan oleh daerah yang mendapat julukan sebagai Serambi Mekkah ini. Mulai dari masa penjajahan sampai pada masa kemerdekaan dan sesudahnya.
Sejarah mencatat bahwa Aceh pernah menyumbang dua buah burung besi (pesawat terbang) yang diberi nama RI-001 Seulawah Agam dan RI-002 Seulawah Inoeng kepada pihak Indonesia sebagai modal untuk membuka blokade Belanda dan mencari dukungan dunia internasional atas kemerdekaan RI yang baru saja dideklarasikan. Sebab waktu itu Belanda sangat bernafsu untuk kembali menguasai Indonesia.
Meski satu pesawat terbang itu sempat dinyatakan hilang (besar kemungkinan di korupsi), tetapi lewat pesawat RI 001 itulah delegasi Indonesia berhasil menembus blokade Belanda dan memperoleh dukungan internasional sebagai salah satu syarat untuk diakui sebuah negara yang baru saja merdeka.Â
Baca juga : PPSDM Migas Tutup Pelatihan Program Kerja Sama dengan BPM Aceh
Pesawat terbang sumbangan rakyat Aceh itu, kemudian menjadi cikal bakal lahirnya pesawat Garuda Indonesia dan pesawat TNI AD. Selain pesawat terbang, Aceh juga menyumbang kapal perang, obat-obatan, dan makanan kepada Indonesia.
Aceh juga menjadi satu-satunya daerah di Indonesia yang tidak berani dijabah oleh Belanda ketika kedatangannya yang kedua pada agresi militer I dan II. Bahkan Aceh sempat mambantu Sumatra Utara (Medan) untuk berperang melawan Belanda dalam kedatangannya yang kedua. Itulah sebabnya, mengapa Soekarno menjuluki Aceh sebagai Daerah Modal bagi perjuangan RI untuk mempertahankan kemerdekaan.
Namun, dibalik semua sejarah mentereng yang pernah dicatatkan oleh pemilik Tanah Rencong itu, ada juga beberapa sejarah kelam yang menghiasi perjalanan Aceh dalam panggung sejarahnya, terutama yang berkaitan dengan Orde Lama dan Orde Baru; Soekarno dan Soeharto yang dianggap terlalu jauh mendikte Aceh.
Selain Soekarno dan Soeharto, ada juga pihak lain yang mengikat Aceh tetap berada dalam wilayah Indonesia, pihak yang begitu memusuhi mereka saat itu; Megawati, SBY-JK, GAM, DPR RI, dan TNI/Polri.
Aceh dan Indonesia; Dua Entitas yang Saling Melengkapi
Ada banyak persepsi tentang hubungan antara Aceh dan Indonesia, terutama bila diambil dari periode sejarah setelah Indonesia merdeka. Persepsi ini akan terbentuk sesuai dengan sisi yang Anda pilih-- terutama dalam hal peristiwa DI/TII dan GAM-- apakah sisi Aceh atau sisi Indonesia? Anda tinggal memilih porsi yang mana.