Keesokan harinya sejarah itu berlanjut. Serambi Indonesia resmi diterbitkan kembali pada hari Sabtu tanggal 1 Januari 2005 dengan menggunakan mesin percetakan jarak jauh di Kota Lhokseumawe. Surat kabar itu dicetak dalam jumlah halaman yang terbatas dan dibagikan secara gratis hingga 7 Januari 2005. Serambi Indonesia pun mengunjungi pembacanya. Tepat pada pukul 10.00 WIB koran itu sampai ke markas sementara di Banda Aceh.
Sebagai bukti romantisme sejarah, replikan koran Serambi Indonesia terbitan 1 Januari 2005 itu terpampang di tembok menuju ruang newsroom kantor pusat Serambi Indonesia di Desa Meunasah Manyang PA, Ingin Jaya, Aceh Besar. Koran itu memasang berita tentang Wabah Kolera Ancam Pengungsi, Awas Maling, SBY Kerja Keras Tangani Aceh, Tidak Ada Tanda Kehidupan di Mabes Serambi, Pengumuman Pimpinan Serambi, dan sebagainya.
Replika koran itu akan menajdi epos yang terus dikenang. Dan cukup dengan replika koran itu pula, awak redaksi dan manajemen Serambi Indonesia dapat menceritakan kepada anak cucu dan masyarakat luas dengan penuh emosional bagaimana kami menghidupkan kembali Harian Serambi Indonesia setelah dihantam mega musibah gempa dan tsunami Aceh.
***
Musibah itu memang menyisakan duka yang mendalam bagi Serambi Indonesia. Tapi dari situlah Serambi Indonesia belajar bagaimana melalui prahara yang sedang dihadapi. Serambi Indonesia pun berhasil bangkit untuk kesekian kalinya. Banyak yang memuji keberhasilan Serambi Indonesia dalam upaya menerbitkan kembali koran yang sempat hilang selama lima hari. Namun, tidak sedikit juga yang berpendapat bahwa keberhasilan Serambi Indonesia itu tidak terlepas dari bantuan Kompas yang mengirim tenaga kerja untuk menambah kekuatan Serambi Indonesia.
Namun mengatakan akar keberhasilan Serambi Indonesia hanya sebatas dari bantuan Kompas saja, khususnya di awal tahun 2005, ternyata tidak sepenuhnya benar. Dan bahkan kiriman bantuan Kompas itu bukanlah sebagai faktor utama atas keberhasilan Serambi Indonesia bangkit dari prahara tsunami Aceh. Karena sebenarnya, Serambi Indonesia sukses bangkit karena Serambi Indonesia mempunyai mesin percetakan jarak jauh di Lhokseumawe yang didirkan sebelum terjadinya gempa dan tsunami Aceh.
Ada peran penting Lhokseumawe dalam masa kebangkitan Serambi Indonesia pascatsunami. Serambi Indonesia juga berhasil menyelamatkan aset berharga di Desa Baet, memanfaatkan kekuatan yang tersisa dan tambahan tenaga dari KKG. Selain itu, kehadiran pimpinan Harian Serambi Indonesia seperti Sjamsul Kahar, Mawardi Ibrahim, Akmal Ibrahim dan sebagainya, juga dapat memacu etos kerja para wartawan dan manajemen Serambi Indonesia. Lebih jauh lagi, Sjamsul Kahar selaku Pemimpin Umum Serambi Indonesia memberi leluasa kepada para wartawan untuk membangkitkan kembali koran Serambi Indonesia di Lhokseumawe.
Singkatnya, Pimpinan Serambi Indonesia bersama para wartawannya dan KKG berhasil menerbitkan kembali surat kabar Harian Serambi Indonesia pada 1 Januari 2005, seperti yang di ucapakan oleh Pemimpin Umum Serambi Indonesia, "Meski kami kehilangan yang luar biasa, namun kami menguatkan hati untuk tetap menyambangi pembaca," kata Sjamsul Kahar, mengutip wawancaranya dengan berbagai media massa. Selanjutnya apa yang terjadi? Dan tercenganglah dunia.
Segala macam cerita, kisah sedih dan kesaksian mengenai tragedi kemanusiaan Aceh itu terus ditransmisikan kepada generasi bangsa setiap momen peristiwa itu tiba, dan dengan cara seperti itulah masing-masing dari kita diingatkan ke dalam narasi utuh tentang gempa dan tsunami Aceh lewat Harian Serambi Indonesia. Semoga!
Solo, 1 Januari 2018