Mohon tunggu...
Chabib MuttabiulAuliya
Chabib MuttabiulAuliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

memiliki hobi yang berubah ubah,sesuai musim dan zaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Retorika Ayat Al-Qur'an dalam Spirit Moral Ilmu Sosiologi Massa

19 Desember 2024   09:35 Diperbarui: 19 Desember 2024   09:34 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paradigma integrasi merupakan suatu cara pandang atau upaya menyatukan pengetahuan agama dan umum, biasa dikenal dengan konsep integrasi dan interkoneksi. Adanya konsep integrasi, manusia sebagai hamba Allah Swt yang di karuniai akal dapat bentindak secara adil dan benar sehingga mampu menjalankan fungsi kekhalifahan di bumi. Dengan konsep integrasi pula, manusia dapat memahami suatu ilmu secara utuh dan menyuluruh.

Ilmu massa merupakan cabang ilmu sosiologi yang mempelajari bagaimana interaksi, perilaku, dan situasi manusia dalam sekelompok massa. Sosiologi massa mengajarkan bagaimana seorang individu dapat bertindak dan bersikap dalam beberapa kondisi sesuai dengan situasi masyarakat. Baik kesiapan mental, pemahaman, wawasan dan logika mereka.

Kali ini saya akan membahas penerapan paradigma integrasi (Bayani, burhani dan irfani) dalam ilmu sosial humaniora cabang ilmu sosiologi. Penerapan bayani saya mengambil contoh QS, Al-Baqarah ayat 265, 266 dan 267.

"Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya, melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji." (QS. Al-Baqarah:2[267]).

Syekh Thahir bin 'Asyur dalam tafsirnya menjelaskan, ayat ini (267) merupakan inti dari pesan yang ingin diperintahkan yaitu berinfak. Dimana sebelumnya (265) telah dijelaskan lebih dahulu anjuran berinfak kemudian dilanjut ayat (266) yang berisi ancaman dan peringatan bagi yang meninggalkannya. Retorika semacam itu merupakan salah satu cara Al-Quran dalam menyampaikan spirit moral. Terkadang yang terjadi sebaliknya, dimana biasanya Al-Quran menyampaikan perintah terlebih dahulu baru disertai penjelasan motivasi atau intimidasi. Semua ini merupakan variasi Al-Quran. 

Dari ayat ini kita tahu bahwa motivasi didahulukan kemudian muncul perintah, hal ini karena banyak yang sudah tahu tentang perintah berinfak namun agar lebih mengena di hati mereka, maka disampaikanlah motivasi terlebih dahulu. Dalam epistimologi Burhani, fenomena ini mengajarkan kita tentang ilmu komunikasi, sosiologi dan psikologi massa. Bahwa dalam menyampaikan informasi kita harus terlebih dahulu mengerti bagaimana audien atau orang yang kita ajak berbicara dengan mempertimbangkan situasi orang orang tersebut, baik dalam pemahaman ataupun dalam wawasannya. Dalam Pendidikan misalnya, seorang guru harus bisa membedakan cara mengajar dalam setiap tingkatan, ketika mengajar tingkat dasar mungkin bahasa yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi, lebih sering dibarengi guyonan. Ketika mengajar tingkat menengah, tidak ada salahnya seorang guru untuk mencoba memposisikan diri sebagai sahabat siswa, patner kerjasama sehingga akan terjalin hubungan yang lebih akrab. Kemudian konsep reward dan punishment, konsep ini juga merupakan maksud dari apa yang disampaikan pada retorika ayat tersebut, dan banyak dipakai dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Dalam epistimologi Irfani, Al-Quran beberapa abad lalu telah mengajarkan konsep ilmu sosiologi massa ini meskipun tidak menyebut dengan istilah tertentu dan baku. Dengan melihat situasi baik kesiapan mental, pemahaman, wawasan dan kondisi orang, ini memastikan bahwa informasi yang disampaikan dapat diterima secara baik dan persusasif. Dalam arti sempit, informasi yang baik harus disampaikan dengan cara yang baik pula. Kemudian, konsep reward dan punishment ini apabila diterapkan dalam sistem sekolahan akan memacu semangat dan juga rasa kehati hatian siswa dalam melakukan suatu tindakan. Ilmu sosiologi massa mengajarkan kepada kita, bahwa Allah Swt menciptakan manusia dengan berbagai jenis dan variasi berbeda yang tentunya melahirkan berbagai karakter dan sifat yang berbeda satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun