Jika aku boleh kembali menengok rindu
Engkaulah sasaran terdepan yang kupacu
Sekelibat embun terpagar, pecah dan acuh
Seolah haus akan pelukan dan rengkuh
Wahai engkau yang berhati baja
Berapa tingkah nakal yang kau anggukkan biasa
Tanpa beban, pelayanan tersaji bebas harga
Hanyalah do'a yang menjadi ukur timbal semua sahaja
Wahai engkau yang mulai keriput
Biarkan senyummu masih dan tak luput
Biarkan do'amu suci dalam sujud
Karena hanya Tuhan yang tau kemana harusnya rindu ini larut
Aku, dengan rindu tanpa ujung.
Kepada mereka berdua yang akan selalu menjadi penghujung.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H