Mohon tunggu...
Nilam Sari
Nilam Sari Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

try to reverse enggineering what people think about me...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

LGBT, Misteri Tidak Terpecahkan Dalam Teori Evolusi Darwin

19 Februari 2016   15:56 Diperbarui: 20 Februari 2016   00:20 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya ingin meluruskan sebuah tulisan di internet yang membahas secara salah kaprah mengenai mekanisme evolusi (http://www.qureta.com/post/spiritualitas-darwinisme). Dalam evolusi dikatakan bahwa manusia dalam proses reproduksinya akan terjadi mutasi tertentu pada DNA yang diturunkan yang mengakibatkan anak yang dihasilkan memiliki beberapa perbedaan dari orang tuanya. Dalam suatu pembuahan, sel sperma dan sel telur bertemu dan membentuk zigot. Zigot kemudian membelah dan membelah lebih lanjut untuk selanjutnya membentuk kumpulan sel-sel yang besar. Kemudian membentuk jaringan, organ, dan manusia secara keseluruhan. Kuncinya adalah pada proses pembelahan sel. Dalam pembelahan sel mula-mula DNA (double strand) terbagi ke dalam dua bagian (single strand) di mana masing-masing berfungsi sebagai template bagi DNA yang baru. Sebuah molekul yang bernama DNA polymerase kemudian melakukan penggenapan terhadap kedua bagian tadi (masing-masing single strand) sehingga masing-masing menjadi identik dengan DNA mula-mula (yang double strand).

Singkatnya evolusi dikendalikan oleh mutasi. Ketika nenek moyang jerapah melahirkan anak-anaknya terdapat dua jenis “semi jerapah” yang dilahirkan akibat mutasi dalam proses pembelahan sel tadi. Katakanlah jerapah jenis pertama berleher pendek, sementara jerapah jenis kedua berleher panjang. Alam kemudian melakukan seleksi yang berakibat jerapah jenis pertama yang berleher pendek tidak mampu bertahan dan punah. Jerapah jenis kedua lah yang masih eksis seperti yang kita jumpai saat ini. Saya yakin sebagian dari kita pernah menonton film Ice Age, di mana sepupu dari gajah yakni Mammoth masih hidup beberapa ribu tahun yang lalu bersaman dengan kehadiran manusia (Homo Sapiens) di muka bumi.

Begini, dalam teori evolusi Darwin, makin sering suatu spesies melakukan reproduksi (pergantian generasi), maka semakin bisa mereka beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Karena laju mutasi pada DNA itu berbanding lurus dengan laju reproduksi. Kemarin pestisida yang kita gunakan mampu membunuh hama serangga hingga 100 persen. Namun sekarang (10 tahun kemudian) dengan dosis pestisida yang ditambah menjadi dua kali lipat, serangganya malah kebal. Andaikan dalam 10 tahun dari sekarang, oksigen di atmosfir tiba-tiba musnah dan diganti seluruhnya dengan CO2 maka secara otomatis manusia akan punah dari muka bumi. Ini dikarenakan umur manusia itu rata-rata berkisar 60 tahun dan reproduksi manusia (bergantinya generasi yang satu menjadi generasi berikutnya) membutuhkan waktu rata-rata 25 tahun. Sehingga tidak mungkin mutasi yang terjadi menghasilkan manusia yang mampu beradaptasi terhadap kondisi yang berubah dalam 10 tahun tersebut. Berbeda dengan serangga yang umurnya paling lama cuma 1 minggu, dalam waktu 10 tahun tersebut bisa jadi sudah terdapat ratusan kali pergantian generasi. Sehingga komposisi DNA pada generasi di tahun ke 10 amat berbeda dengan generasi tahun ke 1, yakni lebih kebal terhadap komposisi kimia dari pestisida.

Paradoks LGBT itu terjadi ketika manusia dalam reproduksinya harus berlangsung secara seksual. Bagaimana mungkin suatu kecenderungan yang sifatnya bertentangan dengan mekanisme evolusi (proses reproduksi) bisa hadir secara bersamaan dengan evolusi itu sendiri. Andaikan mutasi pada DNA yang mengakibatkan kecenderungan seksual yang menyimpang itu terjadi katakanlah 100 ribu tahun yang lalu, lantas bagaimana itu bisa bertahan sampai saat ini. Homoseksual tidak mungkin diturunkan dan berevolusi, kenapa? Karena homoseksual itu tidak mungkin menghasilkan keturunan, paradoks!

Ada sebuah artikel yang membahas masalah ini (http://www.bbc.com/news/magazine-26089486). Para ilmuan masih bertanya-tanya soal gen apa yang bertanggung jawab terhadap homoseksualitas namun belum bisa memberikan jawaban yang empiris. Untuk memberikan pandangan kepada pembaca, saya akan memberikan beberapa daftar gen yang sudah dikenal secara umum punya hubungan langsung dengan tabiat/karakteristik manusia (https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_human_genes). DNA tersusun atas atom, di mana beberapa atom (atau lebih tepatnya molekul) di antara ratusan juta atom penyusun DNA ternyata punya kaitan langsung dengan karakteristik fisik manusia. Gabungan atom yang secara kolektif punya kaitan dengan karakteristik fisik tertentu yang nampak itulah yang disebut sebagai gen.

Pertama adalah gen ABO yang memproduksi enzim Glycosyl transferases yang menentukan golongan darah manusia---kalo pembaca ga percaya pada gen, setidaknya pembaca percaya bahwa untuk melakukan transfusi darah yang aman, pastikan golongan darah penerima dan pendonor cocok. Golongan darah anak ditentukan oleh komposisi golongan darah orangtuanya. Artinya ini bukan variabel bebas, karena seorang anak mewarisi gen orang tuanya.

Kemudian gen kedua yang populer adalah gen CCR5 yang berperang penting dalam mensintesis enzim yang berfungsi dalam memberikan kekebalan bagi tubuh manusia. Kemudian ada juga gen BRCA1 yang berperan dalam terjadinya kanker payudara pada wanita. Dalam menentukan warna mata manusia ternyata ada beberapa gen yang diduga punya kaitan langsung. Dua yang dikenal punya pengaruh besar adalah gen OCA2 dan HERC2. Dan sudah kita ketahui bersama mata biru ini diwariskan dari orang tua ke anaknya: tidak mungkin ayah dan ibu dengan warna mata hitam bisa mewarisi anak yang punya mata biru. Hal yang sama juga berlaku pada warna rambut, juga diturunkan, bukan variabel bebas. Ayah yang berdagu belah (“cleft chin”) dan ibu yang berdagu belah akan menghasilkan anak yang berdagu belah.

Berbeda dengan kelinci yang bisa dimanipulasi secara genetik untuk keuntungan kita, maka untuk menghadirkan manusia dengan genetik tertentu persoalannya cukup pelik. Ada moral, agama, etika di sana. Untuk menghasilkan varietas ayam potong (“broiler”), maka kita harus mengawin-silangkan ayam ayam dengan tipe tertentu agar nanti anak yang dihasilkan punya bobot daging yang besar. Manusia pada umumnya tidak menyukai tubuh yang gemuk sehingga jika ilmuan mencoba mengawin-silangkan varietas manusia tertentu untuk menghasilkan bayi dengan tubuh gemuk maka itu akan ditentang oleh orang-orang. Biarlah cinta yang menyatukan kita, kata mereka.

Untuk mencari tahu gen apa yang menjadi penyebab LGBT ini agak rumit. LGBT itu banyak dijumpai. Jadi kemungkinan besar ini bukan sekedar kelainan jiwa, akan tetapi punya kaitan langsung dengan DNA manusia (gen). Narkoba banyak dikonsumsi di mana-mana bukan lantara karakteristik yang konsumtif terhadap narkoba itu punya kaitan langsung dengan gen manusia, akan tetapi secara umum manusia itu suka mencoba hal yang baru, apalagi kalau itu hal yang menyenangkan. Sifat manusia yang suka mencoba hal-hal yang baru ini lah yang punya korelasi langsung dengan gen.

Penjelasan (teori) yang coba dipaparkan oleh ilmuan terkait paradoks LGBT dalam evolusi Darwin ini beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Bahwa wanita itu pada umumnya suka bahkan cinta laki-laki yang LGBT. Contoh kasus bagaimana Dewi Persik yang jatuh cinta pada Saiful Jamil. Walaupun seorang laki-laki itu membawa genetik homo, namun itu tidak akan menutup kemungkinan bagi dia untuk membuahi wanita (reproduksi seksual). Dosis rendah gen homo pada laki-laki membuat laki-laki ini masih bisa berkeluarga dan menghasilkan keturunan. Bahkan gen homo ini berperan membentuk tabiat halus dan empatik pada diri laki-laki: sesuatu yang membuat banyak malah makin tertarik. Secara resultan ini mengakibatkan genetik LGBT survive dan terakumulasi dalam evolusi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun