Memasuki minggu kedua kami menjadwalkan untuk bisa berkontribusi mengajar di beberapa PAUD dan MDT yang berada di Desa Ciandum untuk beberapa minggu ke depan.
Setelah mengetahui sebagian wilayah atau letak geografis Desa, kami mulai membentuk kelompok kecil untuk bisa menghadiri pengajian sekaligus mengisi PAUD dan MDT yang bisa dijangkau.
Maksud hati ingin menghadiri semua DKM yang berjumlah 14 DKM dan 12 MDT, namun karena medan jalan serta jarak yang tak memungkinkan, kami meminta izin kepada para tokoh masyarakat setempat untuk hanya mengisi beberapa DKM serta MDT yang bisa dijangkau, baik dengan jalan kaki maupun dengan kendaraan pribadi.
Memasuki minggu ketiga kami merasa tersentuh dengan antusias masyarakat terhadap pengajian mingguan di setiap DKM.
Bahkan kami merasa tersentuh dengan perjuangan masyarakat yang berada di Kedusunan Kulur. Bukan tanpa sebab, kami sempat singgah ke kedusunan Kulur dengan niat silaturahmi dan kami mendapati medan jalan yang terjal dengan bebatuan.
Melihat kondisi jalan yang seperti itu, saya dan teman-teman terenyuh dengan antusias masyaraat dalam melakukan aktifitas sehari-harinya, salah satunya menghadiri pengajian.
Selama prosesnya kami merasakan betapa kuatnya lembaga sosial keagamaan di Desa ini berjalan.
Masyarakat antusias mendatangi pengajian. Begitu juga dengan anak-anak yang antusias mendatangi madrasah untuk menimba ilmu agama selepas pulang sekolah.
Memasuki minggu kelima perlahan saya dan teman-teman bisa menarik kesimpulan bahwasanya Desa ini dapat mempertahankan eksistensi lembaga sosial keagamaan setelah pandemi COVID-19 berlalu.
Antusias masyarakat cukup tinggi dalam mengaji apalagi saat kami datang ke Desa ini secara kebetulan sedang memasuki bulan Rajab.
Setiap DKM yang ada di Desa ini menyelenggarakan acara pengajian besar-besaran untuk menyambut bulan dimana Nabi Muhammad SAW melakukan Isra Mi'raj.