Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Telemarketer dan Gangguannya yang Tak Mengenal Waktu

22 Februari 2024   20:56 Diperbarui: 23 Februari 2024   12:36 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi telemarketing. (Dok TechRadar via sajiansedap.grid.id)

Sesebal-sebalnya peminjam kredit motor kepada telemarketer asuransi, ada yang akan merasa berterima kasih diingatkan untuk membeli polis setelah pertanggungan wajib selama kredit berakhir. 

Sesebal-sebalnya pencari kartu kredit kepada telemarketer kartu kredit, mungkin saja ada penerbit yang membuatnya jatuh hati dengan penawaran menarik. Rasa sebal akan benar-benar melempar emosi ketika telemarketer berusaha tampil bak pemberi solusi, padahal kenyataannya sebaliknya.

Singkat cerita setelah sekian lama berlangganan internet yang melebihi kebutuhan saya karena paket di bawahnya langsung tidak mencukupi, ada paket-paket baru di antara dua paket ini yang lebih sesuai dengan kebutuhan saya dan pastinya lebih murah. Tidak dalam kontrak membuat saya leluasa downgrade dan tidak lama langsung dikabulkan, tetapi setelahnya layanan sering terputus bahkan bisa mati seharian.

Setelah melakukan komplain, telemarketer perusahaan malah menawarkan layanan upgrade kecepatan dan menyalahkan saya atas downgrade tersebut. Padahal, downgrade yang saya lakukan bukan pada kecepatan internet melainkan cakupan televisi kabel yang itupun terpaksa dibayar karena harus berlangganan keduanya, aneh kan? 

Ketika saya memberikan sedikit pesan untuk menghindari testimoni publik yang kurang baik dari saya atau bahkan memutuskan mengakhiri langganan secara keseluruhan, seminggu kemudian penyedia layanan malah memberikan upgrade secara cuma-cuma sampai hari ini. Aneh bukan?

Tidak semua yang tidak menolak akan menjadi pelanggan setia

Seorang calon pelanggan yang ditemui dalam kondisi santai, bisa berpikir dengan jernih, dan memutuskan untuk menjadi pelanggan belum tentu akan menjadi pelanggan setia. 

Tidak jarang mereka diberi waktu yang memadai dengan dokumen untuk dipertimbangkan, meskipun pengiriman dokumen digital kini juga agak ditakuti dengan keberadaan file menyerupai dokumen yang ternyata menyerang keamanan komputer dan ponsel seperti pada fenomena "undangan pernikahan" atau "informasi pengiriman kurir". Jika diberikan pilihan untuk batal dengan uang kembali, mereka bisa mempertimbangkan untuk melakukannya.

Bisa dibayangkan bagaimana dengan pelanggan dari jalur telemarketing. Tidak semua orang adalah kelompok auditori, ada yang memahami informasi lebih baik secara visual. Ingatlah dulu ketika kita mengikuti ujian mendengarkan, fokus dan daya ingat kita akan berkurang dengan cepat setelah menerima informasi yang panjang dan belum tentu mudah dipahami. 

Di kasus polis asuransi, pembatalan atau penutupan polis menjadi pilihan bagi mereka yang kemudian berubah pikiran. Di kasus penawaran kartu kredit dengan promosi, nasabah mengancam untuk menutup kartu jika promosi tidak lagi berlanjut.

Solusi untuk mengendalikan hari-hari dari para telemarketer

Ketika pilihan tersedia saat mendaftarkan diri pada kepentingan tertentu untuk tidak memberikan nomor ponsel kepada pihak ketiga, menggunakan pilihan tersebut tentu harus dilakukan. 

Sayangnya, hal tersebut tidak seratus persen membatasi penyebaran nomor ponsel kita apalagi kini terdapat aplikasi seperti Hiya dan TrueCaller yang bisa membaca kontak penggunanya untuk mengidentifikasi nama pengguna nomor ponsel tertentu. Kita bisa memilih untuk tidak menggunakan aplikasi tertentu dan mengajak keluarga kita untuk ikut serta, tetapi tidak dengan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun