Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pandemi Sudah Berakhir, Ekonomi Semakin Sulit, Saatnya Susun Siasat

11 November 2023   13:30 Diperbarui: 12 November 2023   20:54 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, standar menghibur diri di hari biasa perlahan-lahan diturunkan. Makan di luar, berjalan-jalan sambil berbelanja di mal, perlahan dikurangi. Bahkan, berlangganan layanan hiburan seperti Netflix atau Disney Hotstar juga dihindari. Hiburan berbentuk komik-komik di Instagram atau chatting berbalas jokes bapak-bapak kini sudah cukup memuaskan, rasanya seperti kembali lagi ke sekitar tujuh sampai sepuluh tahun lalu.

Keempat, bersamaan dengan masa yang sulit ini, tetap ditemukan penggunaan uang secara signifikan untuk hiburan. Ya, banyak pihak pula berhemat untuk bisa jalan-jalan ke luar kota atau luar negeri serta menikmati konser idola. Maklum, setelah dilanda pandemi COVID-19 selama beberapa tahun dan ditambah dengan jumlah konser tahun ini yang gila-gilaan, kapan lagi kan tidak dinikmati?

Bagi sebagian orang, hidup zaman sekarang benar-benar sulit dan tidak heran sebagian di antara mereka akhirnya rela bertaruh nasib sekalipun di luar nalar. Ya, kalian tahu taruhan seperti apa yang saya maksud. Bagi sebagian sisanya, hidup ini sepertinya sudah dinikmati begitu saja tanpa memikirkan hari esok dan sekalipun esok harinya harus menyeret hidup demi bertahan.

Kemampuan mengelola uang dan memprioritaskan kebutuhan menjadi penting di masa seperti ini. Berharap pada Pemerintah pun cukup sulit, mengingat kondisi ini terjadi secara global dan bahkan di luar negeri ada yang lebih parah sampai melibatkan PHK massal serta demonstrasi besar-besaran. Sisanya?

Sebagian anak bangsa pergi untuk mengadu nasib di luar negeri, meskipun tidak kalah keras tetapi setidaknya uang yang tersisa bisa dikirimkan ke Tanah Air dan apa yang terasa sedikit di sana bisa sangat layak menghidupi keluarga di sini karena perbedaan biaya hidup. Sebagian yang lain memilih untuk hidup kreatif dengan mengeksplorasi berbagai ide usaha sekalipun itu musiman dan dalam waktu singkat harus memutar otak untuk segera beralih. Ketika usaha orang lain sepi, usahanya ramai diserbu anak-anak muda yang punya uang, penasaran, dan rela membuang uangnya. Sayang, uang yang direnggut tetaplah uang saudara sebangsa sendiri.

Harapannya, kita bisa mulai membangun suatu usaha dengan keseriusan lebih besar untuk menargetkan warga luar negeri sebagai pangsa pasar. Dengan mengurangi idealisme untuk terlebih dahulu menyediakannya bagi bangsa sendiri, meskipun tidak sampai melampaui batasan yang ada dan wajar, setidaknya kita tidak selalu menjadi pasar produsen asing.

Dari situ, kita akan mendapatkan uang untuk bertahan dan bangkit. Jangan berharap UMR naik tanpa adanya uang masuk dari luar yang benar-benar dibelanjakan warga asing untuk produk kita, bukan investasi dan bukan pinjaman, karena ekonomi tidak benar-benar sepenuhnya bertumbuh dan hanya membuat inflasi semakin berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun