Plat terelit yang bisa dibuat adalah B 4 GAS seharga Rp15 juta, saat ini sudah ada yang punya. Plat tanpa huruf? Bisa secara teknis, B 4645 yang seharga Rp7,5 juta, tetapi sayang sudah ada juga yang punya.Â
Jika Bagas rela huruf G nya ditulis berulang kali, saat tulisan ini dibuat ya B 466 GAS (baca: Bagggas) itu belum ada yang punya.
Lalu, apa yang terjadi soal keadilan? Ya, orang-orang seperti Bagas tidak perlu membayar plat sampai Rp500 juta hanya untuk tidak terganggu dengan kode daerah, selama tidak menginginkan privilege bebas ganjil genap.Â
Sedangkan orang-orang seperti saya, iya. Saran saya sih, mengapa Polri tidak menjual plat custom dan privilege bebas ganjil genap secara terpisah? Mungkin itu bisa mendatangkan uang lebih banyak lagi.
Keempat, privasi dan manfaat. Bagi kalangan bisnis, plat custom mungkin memudahkan mereka menandai mobil dinas sekaligus menjadi identitas.Â
Misalnya, PT XYZ membeli mobil mewah untuk direktur utamanya dan diberikan plat B 1 XYZ akan meningkatkan prestige perusahaan itu sendiri. Pengguna pribadi? Bisa menjadi masalah privasi karena mudah dikenali orang lain, makanya saya sih ogah.
Itu saja pandangan saya soal ide plat custom super mahal ini. Bisa ditebak di kubu mana saya berada, lebih tepatnya saya sih tidak menolak.Â
Asalkan tidak mengganggu industri otomotif nasional dan mengancam rencana pengembangannya ke depan, saya oke-oke saja. Meskipun sih, saya tidak berminat juga ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H