Masih ditambah dengan uang kegiatan yang kadang-kadang antara berfaedah dan tidak sebenarnya. Apalagi kalau kita mau menyekolahkan anak di institusi setara High School in Jakarta itu?
Belum lagi biaya operasional anak bersekolah, sekolah zaman sekarang membutuhkan kepemilikan komputer dan ponsel yang seringkali membutuhkan spesifikasi lebih plus anak tetap dibanjiri kebutuhan membeli segudang pernak-pernik prakarya yang tidak murah.Â
Apalagi di lokasi dengan keterbatasan sekolah, orang tua siap-siap merogoh ongkos transportasi yang lebih besar sekalipun anaknya harus bersabar naik jemputan atau merasakan kepanasan dan kehujanan sejak kecil di bangku sepeda motor.
Berlanjut ke jenjang kuliah, lulus seleksi PTN itu tidak mudah. Tidak jarang anak harus mengikuti bimbingan belajar yang tidak murah dan itu pun belum tentu lulus.Â
Belum lagi, biaya operasional untuk kuliah itu tidak murah sekalipun anak bangsa sudah dibantu dengan program beasiswa.Â
Nah, saat ini Pemerintah sedang melakukan proses revamp terhadap sistem pendidikan nasional mulai dari pendidikan dasar, menengah, hingga tinggi. Kita tentu berharap salah satu dampak proses revamp ini adalah biaya pendidikan yang menjadi lebih murah, bukan?
Perhatian saya tertuju pada durasi wajib belajar. Wajib belajar yang dulunya hanya mencakup SD dan SMP selama sembilan tahun kini ditambahkan dengan prasekolah selama satu tahun plus SMA selama tiga tahun.Â
Ini jelas penting untuk memastikan semua anak Indonesia di masa depan lulus SMA, ditambah lagi prasekolah selama satu tahun jelas lebih pendek dari dua tahun KB dan dua tahun TK.
Keberadaan prasekolah di masa modern memang penting. Seorang senior dulu tidak melalui KB dan TK, tetapi tidak masalah menyelesaikan pendidikan hingga gelar Sarjana.Â
Akan tetapi, beliau memang cerdas dan orang tua terlibat dalam memberikan pengajaran setara prasekolah di rumah sehingga anaknya siap menghadapi tantangan di jenjang SD. Di masa sekarang, apakah orang tua punya cukup waktu dan kesabaran untuk mendidik anak sendiri?
Sayangnya, harus diakui bahwa durasi SD sampai SMA sebenarnya bisa dihemat. Ketika Kurikulum Merdeka kini membebaskan siswa memilih pelajaran tanpa terpaku pada penjurusan, sebenarnya pemilihan ini bisa dilakukan dalam dua tahap dan berlangsung lebih cepat.Â